Archive for Jungjawa.com Maret 2015


Bicara sosial media emang mengasyikan apalagi dibumbui dengan interaksi-interaksi menarik di dalamnya. Tapi nggak banyak user yang aware dengan etika apalagi creative copyright dalam menggunakan sosial media. Udah banyak sih kasus yang terbukti melanggar etika apalagi hak cipta. Tapi apakah setiap kasus tidak bisa diambil pelajarannya dan terus terulang?

“The Internet is the first thing that humanity has built that humanity doesn't understand, the largest experiment in anarchy that we have ever had.” ― Eric Schmidt

Salah satu social media yang lagi ngehits saat ini adalah Instagram. Social media berbasis foto bagi penggunanya. Sama seperti era Twitter ketika belum jaya seperti sekarang, Instagram masih menjadi lahan basah bagi mereka yang ends up pengen banget jadi Selebgram.

Baca juga: 12 Akun Instagram Inspirasi Desainer Grafis

Masalahnya adalah keinginan dan hasrat yang berbenturan akibat kondisi yang memaksa. Terlalu haus akan sebuah ketenaran dan tidak mau tau bisa menjadi serangan balik bagi mereka yang nggak mau belajar. Bahkan sampai etika-etika copyright pun dilanggar. Tipikal mereka yang tidak mau belajar dari kesalahan.

Sebagai contoh sebuah akun yang kita tidak usah sebutlah namanya. Menurut seorang penulis yang nggak usah disebut namanya juga, telah menegaskan konten-konten tweet di akun Twitternya telah di copas habis-habisan oleh akun Instagram tersebut tanpa menyertakan copyright. You name it lah.

Padahal kreativitas itu ada hak ciptanya. Nggak mudah untuk menjadi kreatif. Emang mau sini yang mikir, situ yang dibayar? Nggak kan. Mental copy paste inilah yang harus dibenahi. Kalo mindset udah nggak bener ya jangan harap kesuksesan akan berlangsung lama. Bahkan menjadi the ugly truth di suatu saat nanti.

Baca juga: Berbagai Pilihan Media Kreativitas

Copy paste itu udah so last year banget. Udah saat nya kita berusaha untuk menjadi diri sendiri. Dengan nggak copy paste, seenggaknya kita menghargai proses kerja kita loh. Kalo menurut Austin Klein di bukunya Steal Like An Artist kita harus tiru-tiru dalam artian yang baik bukannya langsung mengambil mentah-mentah.


Kalo sampe sekarang masih kebawa arus dan ego untuk tampil kekinian dengan copy paste punya orang lain ya semoga cepat sadar. Minimal dikurangin. Sebab sebagus apa atau sehebat apa kamu akan nggak ada apa-apanya kalo cuman bisa copy paste. Good product will sell itself.

Header image credit: www.mk-stern.de

Be as smart as you can, but remember that it is always better to be wise than to be smart. - Alan Alda
Mungkin bagi sebagian orang kreatif sering ditunjukkan kepada mereka yang bergelut di dunia seni, musikus, penulis, fashion designer, visual artist atau segala bidang yang berbau seni. Padahal kreativitas bukan hanya untuk mereka yang bekerja di industri kreatif.

Lebih baik kata 'kreatif' kita asumsikan sebagai kegiatan yang menyenangkan. Nggak heran kalo orang-orang kreatif selalu terlihat gembira setiap harinya. Hal ini wajar mengingat mereka melakukan sesuatu yang sesuai dengan passion mereka.

Bagaimana menempatkan passion pada tempatnya?

Salah satunya adalah memilih untuk memiliki media kreativitas. Dengan adanya internet dan pendukungnya maka media kreativitas sangat beragam dan memiliki ruang lingkup masingg-masing. Sebagai contoh mereka yang memiliki passion dalam bidang kepenulisan dapat memiliki blog. Bahkan seorang yang memiliki hobi desain maupun fotografi dapat memilih platform Instagram guna menunjang media kreativitas mereka.


Karena passion akan terus terasah dengan baik jika kita mau menerima masukan-masukan dari orang lain. Tentu memilih media yang tepat akan sangat penting dan sekaligus dapat dijadikan sebagai portfolio pribadi. Sehingga kreatif bukan lagi barang eksklusif.

Seorang blogger misalnya akan selalu dituntut untuk berfikir secara kreatif. Kenapa? Karena tidak mungkin konten tulisan yang ia tulis di blognya mengcopy-paste blog lain. Nggak banget kalo seorang blogger dicap sebagai blogger copas.


Coba kita melihat sedikit di bidang pendidikan. Misalnya saja perguruan tinggi atau universitas akan selalu menuntut mahasiswanya menjadi insan-insan kreatif melalui karya yang mereka hasilkan. Baik itu secara akademik maupun non-akademik. Hal ini ditujukkan agar kita memiliki generasi unggul, bukan generasi pekerja.

Kesimpulannya...

Kreatif bukanlah hal yang dibawa sejak lahir. Ini penting mengingat kita juga mengenal kata 'kreativitas' yang menurut saya berarti aktivitas untuk menjadi kreatif. Perlu diasah.


Kemudian menentukan media untuk meletakan 'aktivitas' tersebut. Udah nggak jaman ide-ide yang kita punya disimpen rapat-rapat. Lebih baik langsung saja eksekusi ide-ide tersebut.

As a graphic designer, where do you put the creative activity?

Baru-baru ini saya bersama +Royan Romadhon  merilis clothing line dengan nama Kaosan. Dimana produk utama menyasar ke mahasiswa yang ingin tampil hip namun tetap bangga dengan almamater mereka.

Namun nggak bisa dipungkiri juga, kami akan senang hati jika bisa membantu kalian yang ingin memiliki kaos namun masih bingung mau pesan dimana. Kami akan sangat senang membantu ataupun hanya sekedar say hello di @kaosanco

Untuk pemasaran, Kaosan masih memilih social media sebagai lini utama memperkenalkan produk-produknya. Hmmm... bagi yang penasaran bisa di cek di Instagram maupun Twitter dengan username @kaosanco.

Header image credit: imgkid.com


You can't do sketches enough. Sketch everything and keep your curiosity fresh. John Singer Sargent


Pada era sekarang ini sepertinya nggak mungkin memiliki ide yang original tanpa ada kemiripan dengan hal-hal yang sudah ada. Kebanyakan sih sudah ada pendahulunya sebagai referensi atau hanya memperbaiki hal yang sudah ada. Hanya saja yang membedakan adalah saat ide tersebut dieksekusi sebagai hasil nyata.

Saya yang sedikit banyak bergelut di dunia desain pun mengalami hal yang sama. Terkadang ada kemiripan logo yang baru dirancang oleh seorang desainer terhadap logo yang sudah ada. Lazimnya hal seperti ini terjadi di situs-situs crowdsourcing desain seperti 99design maupun Sribu.com.

Baca juga: Desain Logo Plagiat

Lantas manakah yang lebih baik?

Memiliki sebuah ide adalah hasil kreativitas seseorang. Menurut Steve Jobs, kreativitas hanyalah menghubungkan hal-hal yang sudah ada. Yang paling penting adalah bagaimana hal-hal yang kita hubungkan tadi dieksekusi secara unik dan berbeda dengan kompetitor yang sudah ada.


Apakah salah memulai sesuatu dari nol?

Nggak. Namun untuk memulai sesuatu dari nol kita membutuhkan effort yang lebih banyak. Sedangkan saat ini kita harus berkompetisi dengan kompetitor lainnya. Coba kita lihat yang dilakukan oleh Apple melalui iPod-nya sebentar.

Pemutar musik biasa tentu tidak menarik daripada iPod. Padahal Apple hanya memperbaiki hal yang sudah ada pada pemutar musik biasa dan mengubahnya dengan sederhana agar mudah digunakan oleh konsumen.

Tetapi memulai sesuatu dari nol terkadang juga harus kita lakukan agar berbeda dari kompetitor. Kenapa? Karena sesuatu yang sudah ada akan menjadi pembeda ide yang kita miliki.

Baca juga: Creativity (Creative Activity)

Sekali lagi, ide atau kreativitas bukanlah hal yang pasti dalam menciptakannya. Namun lebih penting adalah bagaimana ide tersebut terwujud dalam hal nyata.

"Nothing is original, so strive for something fresh instead. After all, it’s how others respond to your ideas that counts most.” - John Hegarty, Co-founder, BBH


Header image credit: mashable.com

Good Ideas. Great Stories.

Feel free if you want to send an email to me and ask anything, or just to say hello!

hello@jungjawa.com

Copyright © jungjawa 2022