Archive for Jungjawa.com Juni 2015
Bagi pekerja kreatif terutama digital kreatif seperti web designer, developer hingga blogger mungkin udah nggak asing lagi dengan istilah coworking space. Sederhananya, coworking space adalah kantor yang nggak seperti kantor pada umumnya.

Ide dari coworking space pertama kali digagas pada tahun 1999 oleh Bernie DeKoven. Terus dikembangin sama Brad Neuberg di tahun 2005 (saat dotcom bubble booming banget).

Kayak yang sering kita tau, suasana lingkungan kantor biasanya emang membosankan dan gitu-gitu aja.Tiap hari masuk pukul sembilan pagi dan bertemu orang yang sama setiap harinya hingga pukul empat atau lima sore. Rutinitas yang membosankan.

Baca juga: Hey Pemuda! Jangan Banyak Alasan untuk Berkarya

Padahal sebagai pekerja kreatif yang seharusnya kreatif, which means rutinitas yang nggak selalu sama. Sedangkan di coworking space kita berkesempatan untuk memiliki lingkungan kerja yang mendukung para pekerja kreatif beserta keuntungan-keuntungan lain yang ditawarkan. Lagian kita nggak terikat aturan 9-to-5 lagi kok.

Sekilas, coworking space lebih mirip kafe daripada kantor (yaiyalah namanya juga tempat kerja para pekerja kreatif). Tapi perlu dinget, coworking space bukan tempat buat nongkrong tapi tempat buat kita level up. Tapi nih balik lagi ke preferensi pribadi, semisal kerja dirumah serasa lebih efektif ya jalanin aja dirumah.


Ruang kerja kreatif

Udah tempatnya enak, suasana kerja juga enak. Kurang apa lagi coba buat ngehasilin ide-ide brilian? Apalagi kalo kesempatan buat belajar hal-hal baru dari orang baru makin terbuka lebar. Dan lagi, kita juga bisa punya nilai sosial buat nolong orang lain yang ngebutuhin skill kita. Nggak cuman duduk manis diem di depan laptop..

Kesempatan kolaborasi makin terbuka lebar

Misal nih kita butuh desainer yang bisa bikinin user interface atau seenggaknya kita butuh masukan dari desainer lain. Bisa aja kita dapat di coworking space tadi. Jangan khawatir kalo punya skill yang beda, malah chance buat kolaborasi makin gede. Siapa tau ditawarin proyek kan? Kalo udah dapet kerja sama kayak gini kan sama-sama enak. The benefit of networking!

Bisa lebih expert dalam suatu hal

Di coworking space kita lebih banyak berhubungan dengan orang-orang yang memiliki skill yang sama dengan kita atau bahkan berbeda. Beruntungnya dengan skill yang sama kita bisa sering berbagi pengetahuan dan bikin kita lebih cepat level up daripada berkutat sendirian. Biasanya coworking space bakal bikin event-event sampe workshop buat para membernya. Seru banget kan!

All In One Office and Cafe

Nggak usah bingung lagi kalo startup dimana lo bekerja bakalan ketemu calon investor atau klien dan butuh ruang rapat. Coworking space udah pasti nyedian tempat buat hal-hal yang berhubungan dengan klien tadi.

Baca juga: Mengejar Passion, Coba Pikir Dulu

Bayangin aja kalo kerja udah nggak lagi 9-to-5 alias pindah jadi ROW (Result Oriented Work). Setiap hari nggak perlu kejebak macet yang udah ngabisin waktu juga nambahin capek. Bloomberg TV Indonesia  juga pernah ngebahas kalo coworking space di Indonesia juga bakal meningkat setiap tahunnya. Apalagi di kota-kota besar seperti Jakarta.

Dan lagi di masa sekarang pemerintah juga ingin menumbuhkan pondasi industri kreatif dengan rilisnya beberapa coworking space kayak Jogja Digital Valley, Bandung Digital Valley dan lain sebagainya

Kalo kita bisa kerja di tempat yang lebih enak dan ngasih nilai lebih, kenapa nggak?


Image credit: u8berlin.com

"The important thing is not to stop questioning. Curiosity has its own reason for existing" - Albert Einstein

Pernah nggak sih kamu ngerasain too much thingking sampe-sampe apa yang udah kamu rencanain dari awal nggak jadi kenyataan. Bahkan parahnya lagi cuman nambah-nambahin tumpukan wacana di wishlist kamu.

Apalagi plan yang kamu susun itu adalah sesuatu yang keren banget. Kalo sampai terwujud bakalan jadi salah satu karya kamu yang paling keren deh. Tapi pada akhirnya gara-gara kelamaan bikin konsep, riset sana-sini, cari role model buat jadi mentor hingga pada akhirnya plan yang udah kamu susun tadi cuman jadi wacana lagi. Dan lagi.


Sadar nggak sih apa yang salah? Seharusnya kamu buka lagi deh alasan kamu bikin karya. Atau jangan-jangan kamu kehilangan alasan untuk berkarya?

Uang jangan jadikan alasan untuk berkarya!

Kalo kamu pernah denger lagunya The Script yang berjudul Hall of Fame, kamu bakalan nemuin beberapa alasan fundamental kenapa kamu harus berkarya. It’s not about money I think. Mungkin banyak dari kita yang menjadikan uang adalah motivasi utama untuk berkarya. Man, you’re made a big mistakes before you start it.


Image credit: giphy.com

Padahal kalo kamu bisa memahami esensi dari berkarya yang paling kecil adalah dengan do it for your name. Yap! Kamu bakalan ngelakuin apa yang bisa kamu lakuin untuk ngebanggain diri kamu. Do it for myself. Pada akhirnya kamu dituntut untuk kerja sekeras mungkin untuk ngewujudin hal tadi. Nggak usah deh mikirin hal lain dulu alias negative thinking lagi. Daripada ide kamu untuk berkarya tadi dicuri start sama yang lain. Bisa dikira plagiator kan kalo kamu masih aja nekat ngejalaninnya?

Baca juga: Jadilah kreator bukan plagiator

Do for upmost not for the best because of your pride. Everything that you do, do it for yours. Alasan untuk berkarya itu gampang banget, jangan jadikan to be the best alasan utama kamu. Inget kan? Diatas langit masih ada langit loh. Do it for upmost, do it for your name, do it for your pride.

Karena dengan karya, kita bisa give more ke sekitar kita. We have the opportunity to learn something new everyday. We get the big chance to make things happen. We can change the world if we want. Just do it or never.

Sebuah karya akan memberikan kita kesempatan untuk belajar dan peluang untuk berkembang. Mumpung masih muda nih, ada banyak alasan kenapa anak muda itu harus berkarya. Jangan sampe kamu telat nemuin alasan buat berkarya, jangan sampe deh nyesel dikemudian hari.

Anak muda itu cenderung memiliki daya juang dan semangat yang tinggi. Nggak salah deh kalo Soekarno pernah bilang dengan 10 pemuda ia bisa mengguncang dunia. Apalagi anak muda itu memiliki fisik yang lebih kuat daripada predecessor-nya.

Seenggaknya anak muda itu mudah belajar akan hal-hal baru. Kita punya curiosity yang tinggi dan harus dimanfaatkan. Modal semangat dan rasa ingin tahu tadi bisa kita jadikan modal untuk belajar. Ngerti kan kenapa adek kamu lebih gampang ngerti gadget daripada orang tua?

Belum lagi kalo ngomongin masalah chance, gede banget. Sekarang kompetisi-kompetisi berlabel young-generation udah banyak dimana-mana, asalkan kamu mau nyari aja sih. Kalo kamu belum siap buat kompetisi minimal kamu punya kesempatan untuk masuk ke komunitas atau ikut ambil bagian dalam social-movement yang bisa bikin kamu ngerti kenapa anak muda harus menjadi right man in the right place.


Baca juga: Rian Nofitri, Membuktikan Eksistensi dengan Berkarya

Lagian anak muda, mesti belajar jadi decision maker. Apalagi untuk berkarya, jangan asal-asalan juga. Usahakan tiap karya kamu ada manner disana, ada value yang akan kamu berikan untuk sekitar. Coba deh generasi muda kreatif kita bikin gerakan yang raise awareness tentang isu-isu penting di masyarakat menjadi sederhana dan lebih menarik. Sekali-kali rehat tentang mikirin mantan dan galau-galauan. You can do more!

“Kenapa nggak dari sekarang ya gue berkarya demi kemaslahatan masyarakat?”


Image credit: pixabay.com


School needs classes. Education is everywhere.
Danis Syamra atau akrab dipanggil Danis adalah seorang pengajar di sebuah lembaga bimbingan belajar. Beberapa waktu lalu, Danis yang hobi menulis fiksi ini berkesempatan untuk ngobrol dengan Jungjawa mengenai blogger dan pendidikan di Indonesia.

Sebelum Danis mengenal blog, ia lebih sering menulis di catatan (bukan diary sih).

"Saat internet sudah mulai booming oleh seorang teman diperkenalkan dengan dunia blogging. Oleh dia aku dibuatkan blog, lalu diajarkan gimana-gimananya terus bikin syamra-danis.blogspot.com"

Write to educate

Blogger yang udah mulai ngeblog sejak kuliah semester 2 ini mengungkapkan bahwa korelasi antara dunia blogging dan dunia pendidikan sangat dekat, bahkan cenderung saling berkaitan. Ada begitu banyak blogger yang membuat tulisan yang reaktif, informatif dan edukatif. Tulisan-tulisan tersebut bahkan bisa menjadi ladang informasi, sumber ilmu yang tidak dipelajari di sekolah.

Baca juga: Jadilah Kreator bukan Plagiator


Menurut Danis, cara berpikir seseorang kadang bisa dilihat dari apa yang ia tulis. Persepsinya, nalar dan logika seseorang akan terefleksikan dari apa yang tulis. Maka dari itu, bagi orang-orang, baik pelajar mau pun awam sekalipun, dengan banyak membaca baik buku fisik atau pun artikel online yang ditulis di blog, akan menambah wawasan dan ilmu pengetahuan yang secara teori tidak atau belum diajarkan di bangku sekolah.

Era digital
Danis menegaskan bahwa di era digital seperti ini blogger dapat berbuat banyak untuk memajukan edukasi di Indonesia. Semakin menjamurnya gadget dan akses internet yang mudah, media digital jadi ladang untuk memberikan edukasi. Bahkan secara cuma-cuma.

Dengan menulis tulisan yang yang edukatif dan informatif, maka secara tidak langsung para blogger sudah mendorong untuk meningkatnya kualitas pendidikan di negeri ini. Menariknya lagi, blogger bisa bekerja sama dengan stakeholders setempat untuk menginisiasi kegiatan edukasi ini. Baik secara online maupun offline. Bahkan bisa aja ngebuat event showcase dengan tema pendidikan.

Mendidik adalah tugas setiap orang terdidik
Menurut Danis, sistem pendidikan di Indonesia masih belum stabil. Banyak kebijakan yang selalu berubah tiap periode dan harus diakui ini menjadi masalah yang belum selesai. Orang-orang yang terlibat dalam dunia pendidikan pasti selalu ingin membuat sebuah sistem dan tatanan pendidikan yang baik.

Kesadaran dari semua pihak, baik pelajar, orangtua, masyarakat dan orang-orang yang terlibat secara langsung mau pun tidak langsung harus aware dan mendukung sistem pendidikan yang ada. Kritik dan solusi harus berimbang. Jangan hanya bisa mengeritik saja tanpa bisa memberikan solusi yang jelas.

Pun sebagai mahasiswa yang sejatinya adalah tingkatan tertinggi dari sebuah sistem pendidikan haruslah memiliki kesadaran lebih. Sebagai agent of change maka sejatinya tugas yang diemban tidak hanya mengkritisi dibalik layar, namun juga ikut andil dalam perubahan sebagai eksekutor. Kesadaran untuk berbagi walaupun belum memiliki kemapanan selama dilakukan dengan tulus tentu akan memiliki dampak positif.

Creative thinker
Blogger, sebagai seorang kreatif harus mampu meng-empower diri sendiri dari setiap tulisan yang ia tuliskan. Tulisan mereka akan membawa pemikiran, persepsi dan sudut pandang dari penulisnya. Sefiksi apa pun tulisan, pasti akan ada cerita yang 'nyata' dalam tulisan tersebut. "Aku selalu percaya hal itu. Maka itu, dalam tulisan yang aku buat, secara tidak sadar aku ingin menunjukkan pemikiran dan persepsiku kepada orang-orang yang baca tulisanku" ungkap Danis.

Baca juga: Top 10+ Indonesian Art Blogger

Menurut Danis, ide menulis itu berserakan dimana-mana. Tinggal mau sadar apa nggak dengan ide-ide yang ada disekitar kita dan kemudian menuliskannya. Selain itu, sebagai creative thinker seenggaknya juga memiliki mentor atau panutan untuk belajar. 

"Jika harus menyebut satu nama, maka aku akan menyebut Ayah saya sebagai patron yang selalu ingin saya coba ikuti langkah-langkahnya" jawab Danis.

Danis yang saat ini sedang merampungkan sebuah novel yang ia tulis berdua dengan seorang teman berpesan bahwa untuk blogger agar terus meningkatkan kemampuan diri. Ia berharap ekosistem blogging di negeri ini semakin lebih baik, bergairah dan inspiratif. Tentu saja dengan semangat edukasi, blogger mampu menjadi agent of change dan memiliki social mission untuk budaya menulis dan membaca.

Image credit: gbgindonesia.com | twitter.com/danissyamra

#LocalHero adalah artikel maupun Q&A Jungjawa mengenai Indonesian Creative Thinker. Are you creative thinker? Prove your existence! To becoming my next Local Hero, please send your email to hello@jungjawa.com with subject 'Local Hero'. Good luck! 


Kalo lo sering baca-baca tentang berita ekonomi pasti ngerti apa itu negara-negara BRIC. Yap! Negara-negara BRIC itu adalah akronim dari Brazil, Rusia, India dan Tiongkok yang memiliki pertumbuhan perekonomian yang pesat. Intinya mereka bakalan ngalahin perekonomian dunia yang saat ini dipimpin oleh US. Kok bisa? Karena dengan populasi penduduk yang besar, luas wilayah dan sumber daya yang besar akan membuat mereka bisa menyuplai kebutuhan barang dan jasa. Which means, menguasai perekonomian.

Terus ada juga yang namanya MINT, ini dicetuskan oleh Jim O’Neill yang didasari parameter potensi populasi, sumber daya, dan geografi. MINT sendiri merupakan gabungan negara-negara berkembang yakni Meksiko, Indonesia, Nigeria dan Turki. Tapi jangan terlena dulu nih, walaupun negara kita masuk ke dalam the next big thing, udah siap belum sih mental kita untuk menang? Mungkin MINT bakalan mampu ngalahin BRIC bahkan US sekalipun, tapi apakah kita memiliki basic yang kuat biar nggak goyah nantinya?

Insight diatas bisa kita jadiin acuan dan bersiap-siap menyambut segala tantangannya. Katakanlah hal diatas merupakan kesempatan kita untuk keluar dari jurang mimpi-mimpi besar sebagai macan asia yang tertidur. Belum lagi kalo kita ngebahas tentang kiblat industri kreatif, Inggris. Kok bisa sih negaranya Ratu Elizabeth ini menjadi kiblat? Kenapa nggak negara kita yang dijadiin kiblat?

Baca juga: Berbagai Pilihan Media Kreativitas

Karena pemerintahnya nggak bikin ekosistem yang jelas buat industri kreatif ya? Nggak usah nyalah-nyalahin stakeholders deh. Yuk kita coba menekankan pada diri sendiri, pada titik batas tertinggi. Nggak mungkin kan kalo kita yang pengen banget jadi role model bahkan kiblat kreatif tapi seorang plagiator. Nggak banget deh.

Pada dasarnya otak manusia itu sama. Baik komposisi maupun posisinya. Terus yang harus dibenahin adalah cara penggunaan dan mindset yang ada didalamnya. Seorang kreator dituntut untuk memberikan hal-hal baru, lebih baik lagi hal tersebut punya value bagi orang lain. Kalo lo punya ide, gausah disimpen rapet-rapet. Nyimpen ide itu udah so last year banget. Lebih baik langsung kamu eksekusi.

Jangan-jangan ide yang kamu simpen tadi takut dijadiin bahan oleh plagiator kalo udah kamu sebarin? Udah deh, semakin unik dan mampu memberikan nilai lebih, ide kamu itu bakalan dikenang sepanjang masa. Jadilah yang pertama ngewujudkan ide kamu. Baik atau buruknya ide itu masalah belakangan, kita punya waktu buat improvement. Belum tau kan efek dari sebuah open sharing?

Kalo kata Steve Jobs nih "To me ideas are worth nothing unless executed. They are just a multiplier. Execution is worth millions.”Jangan sampai orang lain curi start dari kita. Kalo udah gitu kita bisa jadi dituduh menjadi plagiator. Nyesel kan? Memplagiat karya orang lain itu cuman pujian sesaat dan sebuah kehinaan. Makanya eksekusi, ide yang baik bukan cuman wacana!
Bayangin aja kalo Edison nggak mau langsung eksekusi idenya dia, mungkin sekarang kita masih ditemani bintang-bintang saat malam tiba. Nggak mungkin juga kita bakalan pake Windows kalo Bill Gates di masa mudanya nyimpen rapet-rapet idenya dan nggak kerja keras untuk mengembangkanya. Atau si Mark Zuckberg malah jadi baper sewaktu putus sama pacarnya dan galau-galauan tiap malem, mungkin kita nggak tau apa itu The Facebook.

Contoh lain nih kalo lo adalah mahasiswa yang peduli banget (seenggaknya sih peduli) dengan pemerintahan dan politik. Instead of doing ordinary things, kayak demo sebagai parlemen jalanan dan bikin macet, bisa aja kan kamu langsung turun tangan ke lapangan bikin kegiatan sosial yang berdampak. Banyak mahasiswa yang nggak begitu peduli politik bisa bikin lingkungan jadi lebih baik.
Sederhananya, kreativitas itu penting. Jadi kreator itu perlu diasah, perlu jatuh bangun, perlu ngerti arti dari kegagalan dan ngerasain pahitnya kegagalan. Plagiator ada disaat seorang kreator muncul dalam kesuksesan. Plagiator nggak pernah tau bagaimana menghadapi kegagalan.

So, we wanted to ride on a wave and become creators, or we just want to follow a leader to be a copycat? Think again!

Image credit: pixabay.com

Good Ideas. Great Stories.

Feel free if you want to send an email to me and ask anything, or just to say hello!

hello@jungjawa.com

Copyright © jungjawa 2022