Jung - All Post

"You're never alone when you're reading a book" - Susan Wiggs
Gimana jadinya kalo orang-orang nggak suka baca buku lagi? Nggak ada anak muda yang mau nulis dan menjabarkan pemikirannya melalui sebuah buku. Ya soalnya gara-gara makin sedikit aja anak muda yang mau menyempatkan waktunya buat membaca.

Gue pernah kepikiran sampe kesana. Mungkin terlalu overthinking, soalnya ya hal kek gitu kayaknya nggak bakal terjadi. Tapi ada fakta mesti lo tau dulu. Rata-rata anak-anak Indonesia cuman bisa baca 27 halaman per tahun. Loh?

Mana ada buku yang dicetak kurang dari 27 halaman. Gagal paham nih *garuk-garuk kepala*. Tapi yang jelas, ini bukan hal sepele. Ya, fakta tadi jangan lo banding-bandingin sama negara lain. Gausah repot-repot deh. Balik aja ke diri lo dulu, iya nggak? Lha wong baca aja harus disuruh kok. Ya nggak mas mbak sarjana?

Bukannya membaca buku itu gampang. Katanya sih buku adalah jendela ilmu pengetahuan. Tapi keknya udah bergeser deh dari media cetak berupa kertas kemudian beralih pake internet. Ditambah lagi budaya menonton. Hla terus kalo nonton salah ya? Ndak kok. Tinggal ketik. Hasilnya muncul. Gitu aja kalo pake mesin pencarian. Tapi pernah nggak lo kepikiran sama negara yang nggak jauh dari kita, Jepang.

Baca juga: Teknologi Bisa Bikin Kita Saling Menginspirasi
Apa yang berbeda dari orang Jepang? Well, kalo lo emang suka banget sama manga, Jepang udah pasti dihubung-hubungin sama berbagai komik dari sana yang banyak beredar di Indonesia. Woah, kalo itu gue juga seneng lah. Apalagi beberapa waktu lalu anime One Punch Man emang lagi ngehits banget. Ya kan?

Anyway, dalam acara TEDxUNS beberapa waktu yang lalu gue sempet nyimak sama apa yang dipaparkan M. Syukri. Menurutnya, bangsa Jepang terlebih dahulu mengenal buku baru TV, tapi kita sebaliknya. Lebih mengenal TV baru buku. Apa yang salah? Salahnya adalah ketika kita asumsikan TV itu nggak ada. Kita gak bisa ngapa-ngapain. Kasarnya kalo orang Jepang masih bisa baca buku, kita malah mainan batu.

Mungkin asumsi diatas emang terlalu berlebihan, tapi menurut gue sih nggak. Gini, ada berapa jam dari 24 jam dalam sehari yang lo pake buat baca buku? Misal lo males baca buku, ada nggak lo kepikiran buat bikin solusi. Gimana kalo tercetus ide buat baca 25 halaman per hari, keknya asik deh. Ya nggak?

Terus kalo baca lewat gadget gimana, kan sama aja? Bagus sih. Cuman menurut gue terlalu banyak distraksi. Soalnya banyak notif yang masuk dan pengen buka ini buka itu. Lagian kalo lowbat kan jadi susah. Rasanya nggak bisa fokus kayak baca buku beneran.

Lucunya nih, balik ke orang Jepang tadi. Mereka walaupun udah banyak bikin gadget masih aja suka baca buku. Lah kita? Simpulkan aja sendiri alasan kenapa mereka tetep ngelakuin hal itu.

Baca juga: Jangan Pernah Males Baca Buku Kalo Pengen Kreatif

Biar jadi habit yang baik nih, kalo kemana-mana ya bawa buku yang diselipin di tas lo. Ya biar kegiatan membaca lo bisa tersalurkan. Serius. Cobain deh. Ada satu lagi hal lucu yang gue temui. Kalo seseorang sedang baca buku (pdf atau semacamnya) lewat gadget, bakalan dibilang anti sosial. Lah? Ya karena orang seringkali nggak tau sebenernya kita lagi ngapain.

Tapi kalo kita lagi pegang buku, masak iya dibilang ansos? Biasanya sih kita dibiarin gitu aja, "Oh mbaknya yang cakep itu lagi baca buku".

Terus gimana?

Bagi gue buku bukan cuman jadi bahan bacaan. Buku bisa jadi simbol. Simbol pendidikan, simbol politik, simbol kekuasaan dan sebagainya. Buku bisa jadi tanda pemikiran dan referensi pembacanya.

Buku adalah pemikiran seseorang yang digantikan dalam lembaran kertas dan tinta. Menyimpan pemikiran seseorang sebagai referensi dan sudut pandang mereka bukanlah hal yang mudah dan sederhana. Apalagi buat anak muda nih, mereka kan bisa bikin dampak yang besar biar bisa membangun Indonesia.

Well, buat kalian yang masih percaya kalo buku adalah jendela pengetahuan, jangan berhenti membaca. Dan buat kalian yang belum suka baca buku, think again!


Image source: kaboompics.com
ricky_elson_tedxuns_jungjawa


"Seseorang yang memiliki pengetahuan yang tinggi, wajib untuk memberikan manfaat" - Ricky Elson
Seperti ilmu padi, semakin berisi maka akan semakin merunduk. Mungkin seperti itulah pribahasa yang tepat dari apa yang kita harapkan kepada kita sebagai kaum intelek di Indonesia.

Nah, di acara TEDxUNS, Ricky Elson memaparkan tentang anak muda dan semangat untuk membangun Indonesia. Ricky Elson sendiri telah ikut membangun bangsa ini dengan mengembangkan potensi kincir angin bersama mahasiswa-mahasiswanya di Ciheras, Tasikmalaya.

Baca juga: Clean Tech dan Para Penari Langit

Ciheras merupakan sebuah karya nyata bahwa kita sebagai anak muda mampu dan sanggup untuk memberikan dampak dan ikut berkontribusi dalam pembangunan bangsa. Ricky Elson percaya bahwa anak muda memiliki semangat yang tinggi dan selalu memiliki daya juang yang hebat.

"Potensi terbesar yang dimiliki Indonesia untuk saat ini adalah anak muda," kata Ricky.

Telah terdapat 10 kincir angin yang beroperasi di Ciheras. Rencananya akan ada 1000 kincir angin yang beroperasi dalam jangka waktu 4 tahun kedepan. Tentu, ini dapat memberikan kemandirian energi disana. Dan bagi banyak daerah di Indonesia yang belum teraliri listrik, ini merupakan sebuah harapan dari tangan-tangan tulus yang akan mewujudkannya. Ya karena jika kita tau lebih jauh, ada daerah yang sudah 70 tahun sejak Indonesia merdeka belum teraliri oleh listrik!

Menurut Ricky, anak muda adalah salah satu komponen mesin penggerak bangsa. Setiap hari selalu ada saja berbagai permasalahan muncul diberbagai daerah. Sehingga solusi dan peran serta kita semua sangat dibutuhkan atas permasalahan yang terjadi.

Tetapi, ada hal sepele yang jika kita cermati lebih detail akan memberikan dampak yang besar. Yaitu permasalahan pola pikirnya. Ini yang harus diubah. Seringkali kita merasa sia-sia ketika telah melakukan sebuah riset. Berbagai alasan muncul untuk tidak mengembangkan riset dan belajar lebih jauh. Ya alasannya riset tidak didukung, birokrasi yang rumit, takut gagal dan lain sebagainya

Baca juga: Bener Nggak Kalo Teknologi Bakalan Mempersempit Lapangan Pekerjaan?

Padahal itu bukan menjadi masalah utama yang perlu dipikirkan. Seharusnya sejak dari awal perlu memiliki keyakinan dan kemampuan untuk mandiri. Jika kita yakin dan mampu secara mandiri, kita dapat mewujudkan hal yang mungkin pada awalnya kita merasa tidak sanggup. Impossible is nothing.

Ya intinya, seperti yang pernah dibahas di jungjawa.com, kita harus percaya bahwa anak muda dapat memberikan value kepada lingkungan dimana ia berada. Intinya, kita bisa melakukan apapun untuk membangun demi kemajuan Indonesia!



Image credit: instagram.com/tedxuns


Hey lads! Anyway, bulan November lalu jungjawa.com selalu ngomongin masalah clean tech. Udah bosen ya? Eits, tapi tunggu dulu, ada hal menarik lain lagi nih yang bisa kita omongin bareng. Yaitu biomasa.

Kalo lo belum tau banyak tentang biomassa, lo bisa cari berbagai literatur di internet kok. Ya cuman kalo mau yang lengkap banget ya yang pake bahasa inggris. Simpelnya sih gini, biomasa itu jenis bahan bakar yang dibikin dari bahan biologis seperti tanaman, kotoran hewan atau juga mikroorganisme. All hail methane!

Gue pernah kek wondering why gitu sama biomasa dan korelasinya di Indonesia. Soalnya gini deh, Indonesia kan negara agraris which means sumber biomasanya justru melimpah ruah. Tapi kok teknologi biomasanya nggak kek negara-negara lain?

Hasilnya, kegelisahan gue tadi udah bisa terjawab. Beberapa waktu lalu gue sempet baca jurnal tentang korelasi antara jumlah sumber bacaan di internet tentang biomasa dan hubungannya sama perkembangan teknologi biomasa di Indonesia. Menarik banget kan?

This is mindblowing fact. Penelitian ini nunjukkin kalo literatur biomasa dalam bahasa Indonesia itu masih sedikit. Logikanya, kalo mau mempercepat perkembangan teknologi, salah satunya ya memperbanyak literatur dalam bahasa kita. Ya, kalo udah gitu kan yang mau belajar jadi lebih enak kan?

Penelitian tadi nunjukkin kalo mayoritas artikel tentang biomasa berasal dari komunitas. Padahal kan harusnya lembaga penelitian atau universitas lebih mendominasi di bidang ini. Loh kok gitu? Ya emang gitu faktanya.

Menurut gue, ini bukan masalah tapi jadi peluang loh. Soalnya gini deh, komunitas bisa unjuk gigi untuk lebih show off kalo mereka punya potensi untuk menguasai internet dan menguasai dunia. Haha.. Sorry just kidding.


Maksud gue gini, kalo secara penerapannya di lapangan, mungkin (mungkin loh ya) lembaga penelitian sama universitas udah banyak ngelakuin banyak penelitian dan eksperimen. Tapi publikasi mereka di internet emang masih kurang. Wajar, soalnya mereka ya emang fokus buat neliti dan eksperimen. Nggak ada waktu buat bikin-bikin di internet. Ya gue ngomong gini karena emang sering liat kondisinya di kampus gue sih.

Tapi ini bakalan menciptakan suatu kondisi dimana peluang kolaborasi jadi semakin gede. Peneliti emang fokus buat meneliti dan mereka yang aktif di internet bisa ikutan berkontribusi untuk menyebarkannya di internet. Spread our love through internet lah istilahnya. Tsaaah~

Terus apa sih yang bisa kita lakuin? As a student kita masih punya banyak waktu untuk belajar sambil mengedukasi. Ya, kita bisa nulis di internet tentang berbagai penelitian yang kita lakuin. Seenggaknya lo bisa nerbitin tugas akhir yang lo lakuin ke internet sehingga mudah dimengerti. Simpel kan?

Apa perlu jadi blogger buat itu semua? Nggak juga, lo tulis aja dengan bahasa yang gampang lo pahami sehingga orang lain bisa paham tentang penelitian lo. Lagian banyak platform kok buat ngepublikasiin tulisan lo. Salah satunya adalah Katanium.

Dalam pandangan gue, anak seni mungkin aja nggak paham sama ilmu eksak. Tapi kalo lo bisa bikin tulisan yang bisa dipahami dengan baik dan mempublikasikannya di internet, lo bisa bikin perubahan besar yang mungkin nggak lo sadari sebelumnya. 


Come on! As a young people who tends to reshaping our future, kita bisa ngebantu mereka buat memahami banyak hal. Nulis tentang sesuatu yang emang bisa ngasih dampak dan value ke sekitar kita.

Lagian, daripada nulis menye-menye tentang mantan terus *ups sorry*, mending nulis amazing things yang emang bisa ngebuka wawasan kita. Well, ngasih dampak itu nggak gampang. Tapi bukan berarti nggak mungkin kok. Kalo emang pengen, yuk bikin tulisan yang bisa bikin dampak and share any amazing things.

Inspire and get inspired!


Image credit: pixabay.com
teknologi-mempersempit-lapangan-pekerjaan.jpg


Bulan November ini, jungjawa.com selalu ngomongin masalah teknologi. Khususnya teknologi bersih atau clean tech. Tapi setuju nggak kalo perkembangan teknologi bakal ngebawa dampak buruk? Salah satunya bakalan mempersempit lapangan pekerjaan.

Iya nggak sih? Kalo emang bener, gimana coba teknologi bisa mempersempit lapangan pekerjaan?

Mungkin kita bisa sum up dulu asumsi banyak orang kalo teknologi bikin segalanya lebih mudah. Ya, emang bener. Sebagai gambaran di industri manufaktur misalnya, dulu tenaga manusia masih banyak digunakan. Namun karena perkembangan otomasi dan elektronika, sekarang peran manusia tergantikan oleh robot.

Baca juga: Why We Should Know About Clean Technology?

Well, kalo kek gini ya emang tenaga manusia harus digantikan karena menuntut efisiensi pekerjaan yang tentunya robot memiliki efisiensi yang lebih tinggi. Soalnya kalo nggak efisien ya perusahaan bakalan merugi dong, apalagi kalo kebutuhan pasar selalu naik tiap tahunnya.

Kemudian tenaga manusia tidak begitu diperlukan lagi, which mean ya jumlah karyawannya dikurangin. Tapi bener gak kalo teknologi bakalan mempersempit lapangan pekerjaan? Menurut gue sih belum tentu. Bahkan jenis lapangan pekerjaannya bisa jadi banyak. Alih-alih jadi sempit, ini malah makin lebar aja.

Why?

Jadi gini, coba kita balik lagi ke tahun 80an. Ada nggak sih lowongan pekerjaan social media admin? Gak ada lah, padahal kan sekarang hampir semua brand punya account media sosial. Bahkan satu brand bisa aja bikin banyak account media sosial loh.

Baca juga: Clean Tech dan Para Penari Langit

Ya kan internet aja belum berkembang kek sekarang. Baru di tahun 1998-2000an internet digunakan secara massive hingga timbul fenomena yang disebut bubble dot com. Kemudian trend ini membaik dan teknologi membawa inovasi diberbagai bidang.

Contohnya Airbnb sendiri deh dengan sharing economy ikut memanfaatkan teknologi buat ngebantu banyak orang khususnya traveler untuk nyari penginapan dengan nuansa lokal (dan murah tentunya) hingga tempat tinggal sementara. Selain itu, pemilik rumah terbantu secara ekonomi dengan adanya pemasukan dari pengguna yang menginap. Fair enough?

Ya, banyak lapangan pekerjaan baru ikut tercipta deh pokoknya. Kalo kita balik ke industri manufaktur yang pake robot tadi ya juga sama. Walaupun yang bikin mobil itu robot, siapa sih yang bikin robotnya? Terus yang bikin otomasi, sistem kognitif dan lain sebagainya siapa coba? Ya manusia lah.

Baca juga: Harusnya Kalo Punya Ambisi Ya Harus Seratus Persen

Otomasi bisa menggantikan banyak tenaga kerja di bagian produksi. Tapi pembuatan electrical machine tadi ya tetep aja masih butuh tenaga manusia. High skilled people lah intinya.

Jadi, ya simpel aja. Kalo teknologi itu nggak bikin kita jadi pengangguran kok. Tapi memacu kita buat level up untuk punya keahlian yang lebih baik.

Ya jangan nyalah-nyalahin teknologi kalo belum dapet kerja. Setidaknya kita masih bisa belajar kok. Ya kalo masih belum ngerti apa-apa ya belajar. Lagian, layanan pencarian kerja juga ada tuh. Gimana? Yuk jadi high skilled people!


Image credit: businesswire.com


Teknologi dapat dianggap sebagai implementasi dari sains dan diterapkan pada kehidupan sehari-hari, khususnya di dunia industri. Sehingga, jika kita bahas lebih jauh lagi, clean technology adalah metode atau teknologi yang menggunakan sumber energi tanpa mengganggu keseimbangan ekosistem lingkungan.

Terus, kenapa sih kita mesti ngerti tentang clean technology? Jadi gini, kalo kita make teknologi ini, kita dapat mengurangi polusi dan emisi karbon di udara. Contohnya kayak natural gas vehicle, green building, paperless officesgreen manufacturing process dan masih banyak lagi lainnya.

Baca juga: Clean Tech dan Para Penari Langit

Ada banyak hal yang bisa dilakuin kalo kita paham dan ngerti tentang clean technology. Kita bisa bikin lingkungan yang sustainable tanpa harus mengorbankan faktor lain.

Buat lo yang tinggal di kota besar atau urban area, kerasa banget kan polusi yang terjadi? Baru jalan bentar aja polusi udah dimana-mana. Apalagi ditambahin sama kemacetan, makin lama makin tua aja di jalan.

Kalian pasti pengen banget bisa menghirup udara bersih, at least lo pengen nafas segar tanpa harus make masker. Nah, salah satu solusinya adalah penggunaan compressed natural gas (CNG) sebagai bahan bakar transportasi publik. Ya pengennya sih polusi udara dan emisi karbon di daerah urban bisa turun. Karena faktanya, secara global polusi di urban area membunuh lebih dari 3 juta orang setiap tahunnya.

Sektor korporasi misal, bisa berbenah diri dan dapet banyak keuntungan dari clean technology yang diterapkan. Contohnya aja penerapan green buildings dan green manufacturing process, bisa ngasih input efisiensi energi yang digunakan. Selain itu, penggunaan LED dan air conditioner yang emang green based bisa menghemat daya yang digunakan suatu perusahaan dibandingkan make alat-alat yang masih konvensional.

Clean technology juga bisa diterapkan pembangkit listrik loh. Apalagi negara kita punya banyak opportunity terkait sumber daya alam yang dimiliki. Energi matahari, wind power, biogas, tidal dan lainnya bisa menjadi solusi dari kebutuhan energi yang kita tau kalo setiap tahunnya semakin menggila.

Ya soalnya asik sih, kalo kita bisa bikin teknologi dan manfaatin teknologi tapi nggak ngerusak lingkungan. Kalo bisa ya standard of living kita bisa naik dan juga meminimalisir dampak ke lingkungan.

Baca juga: Ngehasilin Energi Listrik dari Rem Kereta, Emang Bisa?

Kesimpulannya, clean technology memberikan berbagai solusi terkait ekonomi, energi dan lingkungan. Memanfaatkan teknologi ini dapat memberikan dampak yang signifikan baik di bidang industri maupun melindungi kelestarian sumber daya alam.

Kalo emang kita pengen lingkungan yang bersih dan pertumbuhan ekonomi yang bagus ya mau nggak mau harus nyoba ngerti sama yang namanya clean technology. Iya kan?



Image credit: azocleantech.com

"Lagipula, pesawat tinggal landas dengan cara melawan angin, bukan dengan mengikutinya" - Ricky Elson

Keknya hampir setiap orang udah tau deh kalo Belanda punya julukan sebagai negeri kincir angin. Ya soalnya di Belanda sendiri banyak terdapat kincir angin yang digunakan sejak dulu untuk pengairan. Eh, mungkin lo udah pernah ke Belanda?

Kincir angin, selain dipake buat pengairan bisa juga dipake buat jadi pembangkit listrik loh. Seperti yang udah kita tau kalo pemanfaatan energi angin atau bayu merupakan salah satu cara untuk mendukung pelestarian lingkungan. Ya, kincir angin merupakan salah satu pengembangan teknologi clean tech yang menarik.

Baca juga: Ngomongin Clean Tech, Emangnya Udah Ngerti?

Well, secara ekonomi kincir angin mampu memberikan efektivitas yang tinggi dalam jangka waktu yang panjang. Soalnya, untuk mendapatkan angin yang bergerak para penari langit ini tidak memerlukan bahan bakar seperti pembangkit listrik pada umumnya. Tapi ya emang sih, investasi untuk ngebangun infrastrukturnya tergolong mahal (untuk yang skala besar).

Kenapa gitu? Kek yang kita semua tau, komponen-komponen dari kincir angin skala besar emang nggak diproduksi dari dalam negeri, seperti generator listrik. Tapi jangan berkecil hati dulu, kalo kamu ingin tau, kamu bisa cari tau apa yang sedang dilakukan oleh Putra Petir Indonesia saat ini, Ricky Elson.

Nah, untuk nambah wawasan yang lo punya, boleh nih kenalan sama beberapa penari langit dari berbagai belahan dunia.

Vestas V164 8MW

Rekor paling gede sebagai kincir angin yang menghasilkan energi listrik untuk saat ini dipegang oleh Vestas V164. Setelah sebelumnya rekor ini dipegang oleh Enercon V126 dan dipatahkan Vestas di tahun 2014. Blade dari kincir angin ini memiliki panjang 80 meter dimana lo bisa bebas bergelantungan disepanjang blade. Tapi itu nggak mungkin kali.

Asal lo tau nih, Vestas V164 bisa ngehasilin pasokan listrik sebesar 8 Megawatt. Dimana pasokan listrik sebesar itu sama dengan mimpi Pemkab Bekasi untuk mendapatkan pasokan listrik yang berasal dari pengolahan sampah (eh!).

Enercon E126 7.5MW

Seperti yang gue singgung diatas, Enercon E126 adalah pemegang rekor sebagai the biggest wind turbine in the world hingga pada akhirnya dipatahkan oleh Vestas V164. Kincir angin ini dibuat oleh perusahaan asal Jerman, Enercon. Dimana ia mampu mensuplai kebutuhan listrik hingga sebesar 7,5 Megawatt.

Fyi ajasih untuk melakukan instalasi satu unit Enercon E126 memerlukan biaya sebesar 14 juta dollar US. Ya itu udah termasuk biaya pemasangan loh. 

Samsung S7.0 171 7MW

Selain hobi bikin smartphone, Samsung juga punya hobi buat bikin kincir angin loh. Kincir angin buatan Samsung ini pernah di tes di Energy Park Fife, Skotlandia pada tahun 2013. Sayangnya, kincir angin dengan panjang blade hampir 85 meter ini nggak direncanakan untuk diproduksi secara massal.

Sayang banget sih kalo pengembangan kek gini terhenti, ya ujung-ujungnya balik ke perusahaan masing-masing sih.

Anyway, wind turbine adalah salah satu alternatif untuk mendapatkan sumber energi yang ramah lingkungan. Disamping itu, untuk mengembangkan kincir angin memerlukan potensi angin yang cukup baik.
Dimana potensi angin cukup besar dapat kita temui diberbagai pesisir pantai seperti Indonesia. Kek pemanfaatan kincir angin beserta solar panel yang udah diterapkan di Desa Ngentak, Pandansimo, Kab Bantul. Keren kan?

Bangkitlah dan menarilah wahai para penari langitku!


Image credit: pixabay.com
kereta-kota-cleantech-jungjawa


Pernah denger tentang mobil hybrid nggak? Atau seenggaknya lo mungkin tau kalo rem pada kendaraan dapat menghasilkan energi, ya namanya adalah pengereman regeneratif.

Secara fisika ya, emang energi nggak bisa diciptakan dan nggak bisa dimusnahkan. Ya cuman bisa diubah ke bentuk yang lain aja. Begitu juga ketika kita melakukan pengereman terhadap kendaraan apapun. Energi kinetik atau gerak tadi ya berubah jadi energi panas akibat gesekan.

Konsepnya sederhana dari pengereman regeneratif ini menggunakan energi kinetik dari pengereman untuk kemudian diubah menjadi energi listrik dan disimpan di dalam baterai. Sederhananya ya energi panas maupun kinetik dari kendaraan digunakan untuk menggerakan generator untuk menghasilkan listrik. Sebenernya sih teknologi ini sudah sejak lama digunakan pada balapan Formula 1 dengan nama Energy Recovery Sistem (ERS) yang terbagi menjad dua, yakni kinetik (MGU-K) dan panas (MGU-H).

Baca juga: November: Yuk Ngomongin Clean Technology!

Baru-baru ini di London, ada sebuah percobaan teknologi ini untuk diaplikasikan di dalam pengereman kereta bawah tanah. Ya, kita tau kalo di Inggris sana kereta emang menjadi transportasi utama untuk bepergian ke berbagai tempat di seluruh wilayah Inggris.

Teknologi ini telah diuji di Cloudesley Road dan dapat menghasilkan sekitar 1MWh listrik setiap harinya. Dimana energi listrik sebesar itu cukup untuk menghidupkan 104 rumah setiap tahunnya. Jumlah energi sebesar itu juga cukup untuk mensuplai kebutuhan energi Stasiun Holborn selama dua hari. Seenggaknya dapat menghemat energi sebesar 6 juta poundsterling untuk setiap tahunnya.

Sistem teknologi ini merupakan bagian dari proyek Transport for London untuk membuat transportasi umum yang lebih hemat energi dan menurunkan jejak karbon. Ya seenggaknya juga menaikkan efisiensi penggunaan energi dalam sistem transportasi publik.

Nah, kalo orang luar sendiri udah mulai concern sama lingkungan dan carbon footprint, kita kapan? Apa kita mau terus-terusan ngehasilin karbon dan menyesal nantinya? Think Again.

Baca juga: Harusnya Sih Kalo Punya Ambis Ya Harus Seratus Persen


Image credit: pexels.com

Good Ideas. Great Stories.

Feel free if you want to send an email to me and ask anything, or just to say hello!

hello@jungjawa.com

Copyright © jungjawa 2022