Ngomongin Clean Tech, Emangnya Udah Ngerti?



Sebelumnya kita pasti sering dengerin tentang renewable energy atau energi terbarukan. Nah sekarang ini ada juga namanya clean tech atau teknologi bersih. Tapi sebelum ngomongin clean tech, sebenarnya udah ngerti banget belum sih? Atau cuman jadi buzzword doang biar kelihatan keren gitu.

Jadi clean tech itu menggambarkan produk-produk yang dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi dari suatu sistem operasional. Nah selain itu clean tech sendiri mampu untuk mengurangi biaya operasional sambil mengurangi konsumsi energi dan menekan limbah bahkan sampe jadi zero waste. Wih!

Gue lebih suka dengan penjelasan dari ecoconnect.org.uk: clean tech refers to technology, products and services which generate superior commercial benefits to customers while addressing significant environmental concerns such as global warming, sustainability of natural resources and energy security. Simpelnya sih teknologi yang memanfaatkan lingkungan dan concern banget sama lingkungan bahkan keberlanjutan dari sumber energi tersebut pun ikut diperhatikan. Ciee perhatian banget...

Baca juga: Ngapain Takut Bikin Perubahan

Clean tech sendiri merupakan tingkat lanjut dari teknologi konvensional yang sudah banyak berkembang dan diharapkan mampu lebih baik untuk menjadi inovasi. Ya seenggaknya menyelamatkan planet kita dari kerusakan. Ya akibat kita juga sih.

Ada delapan kategori clean tech, yaitu, renewable energy generation, energy storage, transportasi, lingkungan, clean industry, water treatment dan pertanian.

Zenithsolar
ZenithSolar merupakan solar panel berbentuk parabola. Sebagai contoh Z20 memiliki ukuran 11 meter persegi dan dilengkapi cermin optik untuk menangkap dan mengkonsentrasikan sinar matahari yang ditangkap agar energi yang didapatkan bisa lebih efektif dan efisien.

Image credit: rotemi.co.id

Vertical Farming
Kalo yang satu ini mungkin kita udah banyak liat. Di kota-kota besar vertical farming udah jadi tren. Selain dapat menjadi 'kebun penghijauan' dalam kota juga menjadi sumber pangan. Pernah denger kan tesis dari Thomas Malthus yang menyatakan pertumbuhan penduduk itu mengikuti deret ukur, sedangkan pertumbuhan pangan mengikuti deret hitung. 

Image credit: scorigin.com

Sehingga lahan pertanian bakalan punya kompetitor lain, yakni kebutuhan tempat atau papan oleh manusia. Vertical farming sendiri mampu meningkatkan hasil pertanian, selain itu juga hemat lahan. Hal ini dikarenakan untuk setiap 100 meter persegi lahan vertikal sama dengan 400-600 meter persegi lahan pertanian konvensional. Apalagi sistem pertanian ini memiliki keunggulan lain seperti bebas banjir dan bebas hama.

Carbon Nanotubes
Nanotube ini masuk kedalam teknologi material. Di kalangan peneliti, teknologi ini memiliki popularitas yang tinggi dan perusahaan industri elektronika memiliki perhatian besar pada material. Coba bayangin sebuah material yang kondiktivitas listriknya melampaui tembaga dan kemampuan hantar panasnya bisa lebih tinggi dari berlian, keren kan!

Image credit: cntcoating.com

Namun masalah lain muncul seperti kemampuan produksi massal yang masih menjadi kendala utama di kalangan industri. Perusaaan-perusahaan besar pembuat CNT (Carbon Nanotube) hanya mampu memproduksi material ini kurang dari 100 ton per tahunnya.

Carbon nanotubes (CNT) pertama kali ditemukan oleh Iijima pada tahun 1991. CNT diketahui memiliki sifat elektrik, kimia dan mekanik yang luar biasa sehingga sejak ditemukannya material CNT, CNT telah menjadi subyek penelitian-penelitian aplikasi teknologi baru, seperti biosensor, aktuator, fuel cells dan berbagai proyek lainnya.

Hydrovolt
Kebayang nggak kalo teknologi yang kita gunakan udah advance banget sehingga mampu meniadakan limbah dari proses itu sendiri atau istilah lainnya adalah zero waste. Selain di industri kertas, ada satu teknologi lain yakni hydrovolts yang menyediakan teknologi “micro hydropower” dan dapat menghasilkan membangkitkan listrik dengan tenaga air dari sumber apapun.

Image credit: gizmondo.com.au

Namun, teknologi ini difokuskan untuk digunakan di pabrik-pabrik yang memiliki limbah industri berupa cairan. Jadi sebelum limbah dibuang ke lingkungan, hydrovolt akan memanfaatkan energi kinetik dari aliran air limbah untuk dikonversikan menjadi energi listrik. Jadi tidak terbuang sia-sia.

Baca juga: Hackers: Kekuatan Baru yang Patut Diperhitungkan

Ngomongin clean tech emang asik banget, selain teknologinya lebih advance kita juga bisa lebih concern ke lingkungan. Jadi, pengusaha jangan cuman mainin ego kapitalisme doang, terus lingkungan gak ikut diperhatikan. Ya rusak deh.

Apa mau terus-terusan begitu? Makanya belajar dari sekarang.


Header image credit: pixabay.com

Komentar

Posting Komentar

Popular Post

Yuk Kenalan dengan Berbagai Jenis Power Plant yang Ada di Indonesia

Pengalaman Pengembalian Dana (Refund) Tiket Pesawat di Traveloka

LOGO BARU PIZZA HUT