Jung - All Post
blog-salah-tulis-com


Firdaus Ramdhan atau biasa dipanggil Daus adalah salah satu blogger yang mengawali aktivitas blogging melalui platform Tumblr sejak SMP. Menjadi seorang blogger yang memutuskan pindah haluan menggunakan Blogspot sejak mengenal tentang komunitas blogger yang eksis.

Baca juga: Komunitas Perubahan

Beberapa waktu yang lalu, jungjawa.com dapat kesempatan untuk ngobrol dengan Daus, tentang blogging dan bagaimana ia memandang menulis sebagai sebuah aktivitas.


Ngomongin blog nih, apakah selama ini salahtulis.com punya misi khusus melalui media blog? Boleh dong dikasih tau nih.

Punya misi tertentu? Hmm...Gue bukan tipe orang yang penuh rencana. Gue biasa melakukan sesuatu secara spontan, alias gak berpikir ke depan, alias malas. Ya, intinya gue pemalas.

Gue nge-blog sekedar untuk penyalur hobi menulis tadi. Jadi, gue gak tahu apa yang akan terjadi ke depan karena efek dari blog salahtulis.com ini. Semoga sih yang bagus-bagus aja. Hehehe.

daus-salah-tulis-com


Okay, at least lo bisa ngasih tau kalo hobi menulis bisa disalurkan. Salah satunya melalui blog. Terus, menurut lo, bener gak kalo kreativitas anak muda mampu memperbaiki kondisi sebuah negara? Apakah blog bisa berkontribusi di dalamnya?

Bisa! Jelas bisa! Salah satu contohnya Mas Waditya. Beliau adalah animator asal Kota Malang, sekaligus penulis Buku Sila Ke-6: Kreatif Sampai Mati. Sering kali, keahliannya di bidang desain grafis diberdayakan oleh pemerintah dalam perayaan acara-acara nasional, seperti misalnya pembuatan logo HUT RI, dan lainnya.

buku-kreatif-sampai-mati
Sila Ke-6: Kreatif Sampai Mati via distrokdri.com


Belum lagi orang-orang kreatif lain yang karyanya sering meledak, sehingga memiliki pengaruh kepada masyarakat dalam berpikir dan bertindak, baik langsung maupun tidak.

Apakah blog termasuk di dalamnya? Ya. Tapi di segmen yang berbeda. Karena tidak semua kalangan hobi membaca, apalagi membaca blog.

Bagaimana cara kerja blog dalam memperbaiki Indonesia? Apalagi kalau bukan dengan tulisan yang berbobot? Seperti misalnya, Local Heroes episode sekarang ini.


Balik lagi ke blogging nih. Sebagai blogger gimana sih caranya biar kita bisa punya ide terus tanpa harus copy paste dari apa yang udah ada?

Menurut gue, copas itu hanya soal kebiasaan. Cara mengatasinya ya dengan membiasakan diri untuk menulis sendiri. Mungkin ada yang tidak pede, merasa tulisannya kurang bagus. Wajar.


“Belajar menulis sama seperti belajar berbicara. Tidak ada yang langsung lancar.”

Sementara ide, sumbernya ada di mana-mana. Kadang, hanya dengan duduk di teras rumah sambil minum teh hangat juga bisa memancing ide. Tapi sering kali yang jadi masalah, begitu ide sudah didapat justru kita biarkan dan tidak dieksekusi.

Mengikuti saran dari orang-orang terdahulu juga, bawalah selalu pulpen dan buku catatan. Sehingga ketika ide datang, kita bisa langsung menyatatnya agar tidak lupa.

Wah, nice tips ya! Next, aktivitas ngeblog kan identik dengan sesuatu yang online. Ada nggak dampak yang kamu rasakan di dunia nyata dari aktivitas blogging ini?

Sejauh ini belum ada dampak yang besar. Paling hanya apresiasi dari teman-teman dekat yang sering baca blog gue. Kebanyakan dari mereka bilang kalau tulisannya aneh-aneh dan gak penting. Tetapi menghibur. Alhamdulillah.

Pengalaman paling berkesan dari aktivitas blogging?

Ada dong. Salah satu yang gue ingat, sewaktu gak sengaja ketemu teman di kampus. Kami jalan berpapasan gitu. Tiba-tiba dia heboh sendiri, teriak-teriak tanpa sebab. Katanya, dia suka banget sama satu cerpen yang gue bikin. Menginspirasi, katanya.

Well, tulisannya udah dibaca sampe segitunya ya. Bisa bikin teriak tanpa sebab. Oke, kalo boleh tau nih, sebutkan 5 blog favourite lo dong?

Nah ini. Hahaha. Jujur gue jarang banget blogwalking. Dan kalau blogwalking pun, biasanya dari blogger yang nyasar dan khilaf komen di blog gue. Tapi kalau ditanya penulis favorit, mungkin gue bisa jawab. Gue suka buku-bukunya Tere Liye, Kang Abik, Raditya Dika, Pidi Baiq juga. Gue juga baca koleksi kasus Sherlock Holmes yang terjemahan.

firdaus-ramdhan-salah-tulis-com



Hmm.. Kalo tools khusus buat ngeblog? Mungkin kek Google Analytics atau SEO Tools gitu?

Tools buat nge-blog? Apa ya? Buku termasuk gak sih? Jujur, tanpa buku mungkin tulisan di blog gue bakal begitu-begitu aja. Gak ada perkembangan. Baik dari gaya penulisan, isi, dan segala macam. Dari buku juga gue banyak mendapat inspirasi menulis.

Baca juga: Yaudah Baca Buku Aja Dulu

Terakhir nih, ada yang ingin disampaikan nggak buat blogger atau pembaca dari tulisan ini. Biar mereka menikmati aktivitas blogging dan makin semangat buat create something?

Untuk para blogger atau pembaca yang ingin menulis, gue punya tips ampuh agar kegiatan menulis lancar. Mungkin kalian sering mendengar tips ini. Tapi tidak apa. Sesuatu yang diulang biasanya mudah diingat.

Jadi, tipsnya adalah, sebelum memulai menulis, buatlah oret-oretan. Fungsinya sederhana, yaitu menghindari agar kamu tidak "stuck" atau kebingungan saat melanjutkan tulisan. Analogi oret-oretan itu seperti peta yang kamu buat sendiri untuk mengantarkanmu sampai di akhir tulisan.

Formatnya mudah. Kamu hanya perlu menulis poin-poin yang akan kamu bahas. Kemudian poin tersebut kamu urutkan agar saling berkaitan. Terakhir, pisahlah poin-poin tersebut menjadi tiga bagian: awal-tengah-akhir.

Dikhawatirkan terlalu panjang, mungkin itu saja yang bisa gue sampaikan. Ada banyak buku yang membahas soal kepenulisan, termasuk tips oret-oretan tadi. Tentunya akan dibahas lebih lengkap dan lebih jelas.


Header image credit: http://www.salahtulis.com/

#LocalHero adalah artikel maupun Q&A Jungjawa mengenai Indonesian Blogger and Creative Thinker. Are you creative thinker? Prove your existence! To becoming my next Local Hero, please send your email to hello@jungjawa.com with subject 'Local Hero'. Good luck! 
blogger masuk angin


Jadi gini, beberapa waktu yang lalu, Paijo bertanya ke saya tentang blog milik Sukirman yang sudah hampir satu tahun tidak ada update post sama sekali. Paijo bingung, soalnya Sukirman nggak ada ngasih kabar sama sekali. Entah sakit. Atau mungkin sedang berjuang menguatkan harga rupiah melawan dollar US.

“Mungkin Sukirman masuk angin, lek Jo”, saya memberikan jawaban yang cukup singkat untuk Paijo.

Dengan muka masam, Paijo semakin bingung. Bagaimana bisa seorang blogger masuk angin kemudian tidak menulis sama sekali? Bahkan masuk angin hampir satu tahun. Bisa membayangkannya?

Baca juga: Ada Apa dengan Path dan Paijo?

Saya menjelaskan dengan sedikit senyum di ujung bibir. Bahwa seorang blogger yang masuk angin ya memang seperti itu gejalanya. Tidak ada aktivitas sama sekali, baik blog maupun dirinya. Ya, namanya juga orang sedang masuk angin. Mau ngapa-ngapain pasti nggak enak.

Menulis sebuah blog post setahun sekali ya sudah sujud syukur. Kita harus memandang dari sudut pandang lain, bagaimana Sukirman berusaha untuk menulis sebuah post di setiap tahunnya. Jadi, bukan hak kita untuk menghakimi Sukirman. Justru kita harus memberi semangat kepada Sukirman. Bukan melakukan bully atas penyakit yang dialaminya.

Mengkomentari kegiatan orang lain tentu sangat membahagiakan. Namun, jangan lupa, menyampaikan kritik dan berkomentar juga ada etikanya. Jangan lupa untuk mengintrospeksi diri sendiri.
Paijo terlihat sedikit gembira dengan jawaban saya. Sembari mendengarkan, ia manggut-manggut tanda setuju. Namun, beberapa saat kemudian Paijo kembali mengrenyitkan dahi. Sepertinya masih ada yang mengganjal pikirnya.

Lha resolusi ‘makin rajin ngeblog’ setiap tahunnya itu gimana mas?”. Duh, pertanyaan yang cukup sederhana namun tidak cukup singkat untuk dijawab dengan penjelasan yang sederhana pula.

Saya harus memberikan penjelasan berkali-kali kepada Paijo. Seperti yang saya bilang tadi, mungkin saja Sukirman masuk angin. Jadi, setiap tahun dia selalu berdoa kepada Sang Kuasa agar dikuatkan. Masuk angin bukan perkara gampang. Rasanya badan nggak enak dan ingin sekali lekas sembuh. Namun apa daya? Tak kunjung jua.

Lek, sampeyan tau ndak? Kalo obat masuk angin bahkan kerokan sekalipun belum tentu mujarab untuk menyembuhkan masuk angin. Jadi, apa yang mujarab selanjutnya lek?”

“Apa?”

Jawabannya adalah doa. Apa yang lebih baik dari orang yang mendengarkan doa seseorang? Adalah mengamininya. Sukirman selalu berdoa di setiap tahunnya. Melalui sebuah post yang konsisten ia tulis. Mengantisipasi penyakit masuk anginnya kambuh lagi. Entah kenapa, selalu diawali oleh ‘bersih-bersih dashboard blog’ untuk mengawali kalimat pertama tulisan Sukirman.

Apa mau tak bantu bersihin, mas? - via pixabay.com


Paijo terlihat puas. Hati saya cukup lega karena jam sudah menunjukkan pukul 12 malam, waktunya pulang dan percakapan dengan Paijo malam ini berujung dengan memuaskan. Kopi, gorengan dan remang-remang angkringan yang menemani malam sudah cukup sampai di sini saja. Kami harus pulang.

Baca juga: Tips Desain Blog dari Blogger Profesional

Bagaimana kalau kami tidak pulang dan melewati tengah malam? Angin malam akan menghukum kami. Entah siapa yang akan masuk angin esok hari.

Selesai membayar, Paijo menoleh ke saya. Pikirku ia akan berpamitan atau semacam salaman. Ternyata tidak. Ia berbisik lirih. Pengunjung angkringan lain tentu tidak akan mendengar suaranya. Terlalu lirih.

“Jadi, Sukirman itu blogger angin-anginan ya, Lek?”



Header image credit: http://www.publicdomainpictures.net/
Merekam Jejak, Memori dan Waktu
Banjarmasin, 23 Januari 2014


Bagaimana jika sebuah foto mampu memutar kembali peristiwa yang telah lalu? Sebuah sejarah yang dapat diputar berulang-kali melalui sebuah bingkai foto.

Merekam jejak, waktu dan memori adalah pekerjaan sulit. Namun dapat dilakukan oleh fotografi. Ya, fotografi!

Sederhananya, fotografi dapat merekam peristiwa dan berbagai hal yang menyertainya. Bahkan, sebuah foto mampu menghadirkan kembali nuansa yang telah lampau. Membayangkan bagaimana peristiwa bersejarah saat Soekarno membacakan naskah proklamasi di Jalan Pegangsaan Timur No 56 hanya dengan melihat dokumentasi fotonya.

sejarah-proklamasi-blogbankris.my.id
Sejarah proklamasi via blogbankris.my.id


Seperti itulah makna dari fotografi yang diungkapkan oleh Agan Harahap melalui salah satu artikelnya di Qubicle (http://qubicle.id/story/the-invisible-monuments). Fotografi mampu menghadirkan sejarah, peristiwa besar dan sebagai penanda berbagai hal yang telah lampau.

Baca juga: Lamaran Kerja Bermodal Cokelat, Emang Bisa?

Memori yang luput dari rekaman ingatan manusia dapat dikemas ke dalam sebuah foto melalui fotografi. Dalam prakteknya, kita dapat bernostalgia melalui sebuah foto. Jangan pernah pula melupakan sebuah ingatan, apalagi sejarah. Karena sejarah adalah tonggak awal kemajuan pembelajaran bagi suatu bangsa.

The Invisible Monuments by Agan Harahap on Qubicle.id
The Invisible Monument by Agan Harahap on Qubicle via qubicle.id


Melalui artikel tersebut, Agan Harahap memperkenalkan sebuah project fotografi yang bernama "The Invisible Monument". Sebuah project yang berupaya untuk menjelajahi lokasi kuburan massal era 65 di Pulau Jawa. Menghadirkan kembali ingatan tentang peristiwa besar yang menyimpan luka, duka dan lara.

Mengingat waktu dan masa lalu

Fotografi, sebuah alat pengingat waktu yang telah lampau dengan campur tangan manusia. Fotografi digunakan sebagai alat untuk mengungkap sejarah. Biarkanlah foto yang bercerita. Nyaris, seperti itulah project fotografi yang dituliskan di Qubicle dari Agan Harahap ini.

Agan Harahap on Qubicle.id
Agan Harahap on Qubicle via qubicle.id


Artikel tersebut juga membuka wawasan tentang fotografi. Sebuah foto dapat menjadi penanda momen-momen yang pernah kita lalui. Mulai dari apa yang kita rasa saat kecil hingga beranjak dewasa. Mempelajari apa yang telah lewat melalui pertanda dalam bentuk 'rekaman beku', sebuah foto.

“Those who cannot remember the past, are condemned to repeat it - George Santayana

Fotografi layaknya sebuah mata universal dalam bentuk rekaman memori dan waktu. Sedangkan jejak yang ada adalah sejarah yang terjadi namun tak bisa terulang kembali.

Salah satu view dari Agan Harahap. Saya menerka peristiwa yang terjadi via qubicle.id


Fotografi memaksa kita merekam sejarah melalui lensa kamera. Membuat sejarah dari sudut pandang kita sendiri. Termasuk sejarah kecil seperti liburan yang telah kita lalui. Menyenangkan sekali bukan?

History are written by humans

Jika masih penasaran, lihatlah album foto kamera milikmu. Apakah memiliki cerita di dalamnya? Sudah pasti ada rekaman tertulis dalam memori sebuah foto. Rekaman waktu mulai dari satu bulan hingga setahun yang lalu menjadi satu.

Kota Bandung di tahun 2014
Rekaman memori saya tentang Bandung, 2 tahun yang lalu


Last, terima kasih banyak untuk Qubicle karena telah menginspirasi saya melalui sebuah artikel yang dituliskan oleh Agan Harahap. Memaknai fotografi tidak hanya dari gambaran keindahan yang disajikan. Namun, bagaimana fotografi mampu memberikan sejarah yang tak terlihat. Yap! Just like invisible monument for us.

Baca juga: Mengejar Passion? Coba Pikir Dulu

Di Qubicle.id kita bisa mencari inspirasi dari sesama user yang memiliki minat sama. Selain itu, kita pun bisa melihat berbagai karya dari mereka. Bahkan, kita bisa membuat komunitas dari passion yang kita miliki.



Kalau kamu ingin tahu banyak tentang Qubicle bisa mencarinya melalui Facebook Fanpage Qubicle, Twitter @Qubicle_ID, Instagram @Qubicle_ID bahkan Youtube Qubicle_ID.

Baca juga: Hey Pemuda! Jangan Banyak Alasan untuk Berkarya

Siapa tahu, Qubicle mampu memberikanmu berbagai inspirasi lainnya. Bagaimana? Tertarik untuk menemukan artikel inspirasi menarik lainnya? Share ur tought on comment section below or you can share this awesome article.


melancong ke citadines kuta Bali


Saya pernah bercerita tentang bagaimana anak muda harus mencoba untuk travelling sekali dalam seumur hidupnya. Tak apa jika dilakukan sekali seumur hidup. Toh akan lebih baik daripada tidak mencoba sama sekali.


Pertama kali melakukannya, saya pergi ke Bali. Pulau Dewata yang selalu meninggalkan kesan panorama alam dan wisata yang mustahil untuk segera dilupakan. Bagaimana jika suatu saat rindu akan Bali dan berencana liburan ke sana? Duh, saya kok lagi kesengsem liburan ke Bali ya.

Bagi saya, liburan dan travelling adalah dua hal yang sangat menyenangkan. Namun, tidak menyenangkan apabila liburan yang seharusnya kita nikmati menjadi kacau gara-gara masalah sepele. Contoh saja kamar hotel yang ludes karena bertepatan dengan musim liburan. Ah, ndak menyenangkan sama sekali tho?

Well, mungkin saya harus mulai mencari solusi lain jika hal ini terjadi. Andaikata benar-benar pergi ke Bali, saya harus mencari hotel yang cocok. Beberapa hari yang lalu, saya iseng-iseng browsing hotel yang cocok disekitar Kuta, Bali. Eh ternyata, saya menemukan salah satu hotel yang oke punya. Wah, wuapik tenan pokok e, joss gandhos!

Hotel ini juga bisa menjadi referensi buat kamu kalo berlibur di Bali, yaitu Citadines Kuta Beach Bali. Hotel ini berada di Jalan Pantai Kuta, Kuta– Bali. Lokasi hotel ini cukup strategis karena sangat dekat dengan Bandara Ngurah Rai yang jaraknya sekitar 3,92 km untuk bisa tiba di hotel.

Ah sampe lupa kan, hotel ini bisa kamu pesan dengan gampangnya melalui Traveloka. Apalagi dengan adanya mobile app dari Traveloka, pesennya bisa lagi dimana aja. Bisa mesenin kamar hotel buat simbok nih kalo belio gerah pengen liburan.

Hotel berbintang empat ini memiliki ketinggian mencapai 5 lantai dengan jumlah kamar sebanyak 194 ruangan dengan fasilitas dan harga yang beragam. Terdapat tipe kamar seperti Studio, Studio Deluxe, Studio Executive, Studio Premier, dan 2 Bedroom Executive.

Harganya enggak terlalu mahal sih, tapi ya worth it lah buat dibandingin sama fasilitasnya. Mulai Rp838.461 kamu sudah bisa menginap selama satu malam. Eh, jangan lupa juga ketika ada berbagai promo menarik lainnya. Biasanya info kayak gini seliweran di berbagai media sosial loh ya.

Kamar Hotel Citadines Bali
Kamarnya wuenak e poll! via www2.citadines.com


Enaknya nih, Pantai Kuta bisa kita jangkau dengan mudah dari hotel ini. Cukup berjalan kaki sekitar 5 menit saja, kita bisa menikmati sensasi sunset yang sangat cantik nan mengagumkan dengan senja yang menyelimuti sore. Apalagi sambil bawa gandengan, cuit cuit cuit lah pokok e.

Selain Pantai Kuta, terdapat beberapa objek wisata lain yang dekat dari hotel. Salah satunya adalah objek wisata belanja, yaitu di Beachwalk Bali.

Beachwalk Bali berada di Jalan Pantai Kuta Bali. Beachwalk Bali ini didirikan pada tahun 2012 tepatnya adalah di bulan April. Terdapat alang-alang dan tanaman tropis yang menghiasi sekeliling mall ini. Di Beachwalk juga mempunyai panggung megah yang sering digunakan untuk beberapa acara musik di sana.

Berbagai tenant yang tergabung dalam mall ini pun cukup memiliki brand terkenal. Selain itu, bukan hanya bermerek, barang-barang yang ada pun tersedia lengkap. Beachwalk Bali ini memiliki 3 lantai dan basement. Pada lantai dasar atau basement, kita dapat dengan mudah menemukan bank, ATM center, apotik, money changer, dan supermarket belanja kebutuhan liburan di Bali.

Kalo kamu ingin mencari cafe dan restoran, bisa pergi ke lantai satu yang menyajikan menu makanan yang sangat banyak. Terdapat outlet fashion seperti Topman, Topshop, Guess, Pull & Bear dan masih banyak yang lainnya.

Mall Beachwalk Bali
Beachwalk Bali via beachwalkbali.com


Berbagai produk seperti sepatu, alat elektronik, gadget, alat traveling, produk olahraga, produk kecantikan dan masih banyak yang lainnya bisa dengan mudah kita dapatkan di lantai dua. Apalagi di lantai ini terdapat Cinema XXI loh.

Food court bisa kita kunjungi di lantai tiga dengan berbagai menu makanan dan minuman yang tentunya dengan harga yang sangat terjangkau dibandingkan dengan restoran ternama. Selain itu, terdapat tenant yang menawarkan produk perlengkapan bayi, berbagai barang-barang souvernir atau oleh-oleh, dan juga terdapat pusat seni dan kerajinan.

Jam operasional di Beachwalk Bali ini adalah hari Minggu sampai dengan Kamis dibuka pada jam 10 pagi hingga 12 malam. Sedangkan pada hari Jumat dan Sabtu dibuka pada jam 10 pagi hingga 2 malam.

Kalau gini caranya, makin tertarik liburan di Bali kan? Yuk monggo bikin rencana liburannya. Hehehe...


Header image credit: pixabay.com
image optimizer


Kurang sreg rasanya ketika sebuah blog post tidak disertai gambar. Ibarat angkringan ya, sego kucing yang dipesen cuma teri thok, tanpa embel-embel tahu bacem dan koyor bakar. Ealah, ini mau bahas tools buat ngeblog apa ngobrol-ngobrol makanan tho?

Jadi gini, kebiasaan saya (dan juga mungkin beberapa blogger lainnya) adalah menyisipkan gambar pada sebuah blog post. Ya, tujuan awalnya sih untuk mempercantik artikel yang diterbitkan. Kan, katanya sebuah gambar mampu mewakili 1000 kata. Gitu kan ya?

Nah, kalo gambar yang diupload banyak, bagaimana? Usut punya usut nih, ternyata ukuran gambar adalah penyebab utama bertambah besarnya ukuran artikel blog kita.

Baca juga: Does Design Really Matter for Your Blog?

Misalnya gini, untuk satu buah gambar yang kita gunakan berukuran 1MB saja. Itu kalo gambar yang kita gunakan kita patok berasal dari jepretan kamera smartphone yang paling kecil. Padahal, untuk ukuran standar saja, rata-rata kamera ponsel bisa menyimpan gambar dengan ukuran lebih dari 2MB.

Bagaimana jika lebih dari satu gambar yang digunakan untuk artikel blog kita? Katakanlah ada 5 gambar saja dengan ukuran rata-rata per gambar adalah 1MB. Ya tinggal dikalikan saja. Hasilnya? Sebuah blog post dengan ukuran lebih dari 5 MB! Ediyaaan tenan.

Bisa jebol kuota paket data kalo gini caranya reeek!

Padahal, kalo ada gambar yang susah banget dimuat, pengunjung sudah buru-buru close tab. Lha, kan jadi ribet sendiri tho masalah ukuran gambar saja.

Solusi

Sebenarnya, solusinya sangat sederhana. Bagi yang bisa pake tools seperti Adobe Photoshop, bisa melakukan kompresi manual dengan cara Save as for Web. Selain itu, bisa menggunakan Microsoft Office Picture Manager untuk melakukan kompresi ukuran gambar.

Baca juga: Wajib Ngerti: Nyantumin Foto Buat Blog Lo

Tapi, solusi ini nggak sesimpel yang dibayangin. Lha gimana mau simpel kalo belum bisa mengoperasikan Photoshop? Ndak ngerti caranya mengubah ukuran gambar menggunakan Microsoft Office Picture Manager juga bisa jadi masalah lain. Pokoknya ribet!

Daripada pusing mending turu wae nde~ via favim.com


Mau pake plugin, eh kan ndak pake Wordpress. Jadinya ya tanpa plugin buat mengkompresi gambar. Padahal, nafsu untuk menulis di blog sudah mateng banget. Tinggal diceplok jadi telur dadar deh. Hehehe...

Compressor.io

Solusi lainnya adalah menggunakan online tools yang guampaaaang banget buat diakses. Istilahnya one click solution lah ya.

Beberapa hari yang lalu, saya nemu tools buat kompresi gambar, Compressor.io. Mungkin ini versi gratisnya dari Kraken.io ya. Walaupun gratis, saya rasa performance dari Compressor ndak kalah sama Kraken.

Dan juga kalo mau cari tools kompresi gambar yang lain bisa cari di Google dengan keyword image compressor yak.

Compressor.io is a powerful online tool for reducing drastically the size of your images and photos whilst maintaining a high quality with almost no difference before and after compression.

Compressor.io mengklaim mampu mengkompresi gambar hingga 90% tanpa harus mereduksi kualitas hasil dari kompresi yang dilakukan. UI dari Compressor pun tidak ribet. Cukup drag and drop saja image yang akan dikompresi, tunggu hingga proses upload selesai dan unduh hasil kompresinya. Tidak ada proses yang bertele-tele kok. Pendek saja.

reduksi gambar semakin kecil
Sebuah landscape photography yang saya reduksi menggunakan Compressor.io


Saya mencoba mengkompresi sebuah foto pemandangan dengan ukuran 4.8 MB. Hasilnya, Compressor.io mampu  mereduksi ukuran foto tersebut menjadi 1.02 MB saja. Hampir mereduksi ukuran gambar tersebut sampai 80%. Ya, tentu saja tanpa harus mengurangi kualitas gambarnya dong ya.

Enaknya nih, Compressor.io memberikan pilihan langsung untuk penyimpanan file yang telah dikompresi. Kita bisa menyimpannya di cloud storage populer seperti Dropbox dan Drive dari Google.

Simpan di cloud storage biar gampang nde! - via compressor.io


Sayangnya, fitur bulk upload alias kompresi rame-rame belum tersedia. Jadi, kalo mau melakukan kompresi foto secara massal, ya nggak bisa. Harus upload satu per satu gambar yang akan dikompresi.


A Picture Is Worth 1.000 Words

Bagaimana jika sebuah elemen foto menjadi hal krusial di blog kita? Bahkan foto atau gambar mampu memberikan sentuhan berbeda untuk artikel yang kita tulis.

Sayang sungguh sayang, apabila momen yang kita tangkap melalui kamera tidak sempat dinikmati oleh para pembaca akibat ukuran foto yang terlalu besar. Mereduksi ukuran gambar yang digunakan adalah solusinya.

Tentu saja, tidak hanya masalah ukuran gambar yang tereduksi, secara tidak langsung hal tersebut juga akan memengaruhi kualitas SEO halaman tersebut. Bagaimana bisa? Tunggu saja cerita saya selanjutnya. Lha kalo saya beberkan semua di sini, ndak ada cerita lanjutannya buat nanti. Hehehe...

Baca juga: Kenapa Sih Belajar SEO?

Ada yang tertarik untuk menggunakan Compressor.io? Atau sebagian dari kalian bahkan sudah memiliki tools alternatif lainnya untuk mengkompresi gambar? Share your thought di kolom komentar di bawah ini ya. For sure, I would love to know about them.


Cokelat Batang


Kalian yang mahasiswa, terutama udah semester akhir, masalah mencari pekerjaan biasanya menjadi topik utama yang dibicarakan. Entah ingin membuka usaha sendiri atau melamar perusahaan tertentu dengan mengirimkan surat lamaran dan CV.

Mungkin, pembahasan yang ada di grup aplikasi chatting pun tak luput dari berbagai poster job fair dan job vacancy. Ah, ketika semuanya semakin sering berseliweran, maka itulah pertanda bahwa kita sudah menjadi mahasiswa akhir.

Biasanya, mencari pekerjaan dengan mengirimkan lamaran itu gampang-gampang susah. Serius loh ya. Walaupun sudah berulang kali mengirimkan lamaran, tetapi tidak juga kunjung mendapatkan panggilan kerja. Namun, ketika kita lihat teman sendiri pertama kalinya melamar, langsung diterima. Ealah kok bisa ya?

Mungkin gini, salah satu faktor gampangnya diterima ya dari kualitas CV yang dikirimkan. Apalagi CV kreatif seperti artikel yang pernah saya baca di Qubicle, tentang pelamar yang mengirimkan CV dengan kemasan cokelat lengkap beserta isinya. Yummy banget dong ya.

Oh sebentar, buat kamu yang belum tau apa itu Qubicle mungkin perlu sedikit saya jelaskan terlebih dahulu. Saya mulai mengenal Qubicle setelah melihat kampanye iklan mereka melalui televisi dan Youtube.

Seperti yang saya tau dari Facebook Fanpage, Qubicle adalah sebuah platform media sekaligus tempat untuk penyedia konten bagi para kreator, termasuk blogger. Sekaligus sebagai media informasi berupa artikel dan video yang bisa digunakan oleh pembaca dilengkapi dengan forum untuk saling bertemu dan membangun jaringan. Istilahnya, kolaborasi lah ya.

Selain itu, di era digital akan ada banyak sekali ide yang bisa kita gali. Seperti karya nyata dalam sebuah video di Youtube misalnya. Kamu juga bisa menggali inspirasi nyata melalui channel Youtube Qubicle.

Logo Qubicle.ID


Qubicle sudah seperti social content network yang menjadi satu dengan content creation platform. Pengguna bisa berkolaborasi membuat konten digital (berupa artikel atau konten multimedia) yang sesuai dengan minat atau hobi. Tapi nggak cuman sendiri. Bisa rame-rame, seperti komunitas.

Nah, dari Qubicle lah saya tahu tentang bagaimana seorang pelamar mengirimkan CV cokelat kemasan pada perusahaan yang dilamarnya. Kalo dipikir-pikir, unik juga ya.

CV Unik Cokelat

Apa yang dilakukan oleh Renata Chunderbalsingh ‘hanyalah’ mengirimkan cokelat dalam bentuk batangan. Nah, yang menjadikannya unik adalah ketika bungkus dari cokelat tersebut dijadikan CV yang dapat dibaca dengan menarik.

Ide yang sebenarnya cukup sederhana. Namun, luput dari pandangan karena keunikannya. Inilah yang membuat Renata tampil berbeda dengan pelamar lainnya.

Hasilnya, Gemma Lewis dari Resources Group cukup tertarik dengan proposal yang dikirimkan oleh Renata. Bahkan, Lewis memposting apa yang dilakukan oleh Renata di LinkedIn-nya. Mungkin saja, Lewis tertarik dengan ‘gift’ yang diberikan oleh Renata.

Bagaimana tidak tertarik? Apa jadinya jika seorang HR menikmati CV yang kita ajukan? Tentu saja peluang kita diterima akan semakin terbuka lebar. Ah, membaca proposal kerja sembari menikmati cokelat adalah hal yang cukup menyenangkan.

Bentuk CV Unik



Dari apa yang dilakukan oleh Renata saya menjadi mengerti bahwa untuk melamar pekerjaan pun haruslah jeli. Terutama bidang pekerjaan yang menuntut kreativitas. Membuat hal-hal sederhana menjadi lebih bermakna seperti lamaran kerja yang bermodalkan sebatang cokelat.

Bahkan, jika boleh unik lagi, sebatang cokelat tadi bisa ditemani oleh minuman juga. Tentu saja, disertai proposal pekerjaan dong ya.

Kamu juga bisa mencari artikel inspiratif lainnya di Qubicle. Boleh jadi, tidak hanya mengenai lamaran pekerjaan, namun melamar sang pujaan hati juga harus kreatif dong ya. Kalian bisa mengikuti Qubicle di Twitter atau melalui akun Instagram Qubicle.

Ada yang ingin berbagi ide untuk lamaran pekerjaan yang menggunakan makanan lain? Silakan tulis di kolom komentar yak!

Image credit: pixabay.com and Gemma Lewis (née Hughes) on LinkedIn

Apakah kamu termasuk pengguna internet yang akan menutup tab browser secepat-cepatnya ketika membuka sebuah situs atau blog dengan waktu loading yang begitu lama?

Jika iya, maka kita termasuk satu tim #TimCloseTab

Ketika mengunjungi sebuah blog dengan waktu tunggu yang relatif begitu lama, tentu saja kita akan merasa cepat bosan. Apalagi konten yang ada di blog tersebut lumayan berat, padahal koneksi internet yang kita gunakan tidaklah secepat alunan dangdut yang secara cerdas dimainkan oleh kondektur bus pantura.

Apa yang terjadi ketika sebuah blog memiliki waktu tunggu yang terlalu lama? Ya, seperti yang saya bilang tadi. Langsung close tab.

Saya menemukan beberapa faktor penting untuk mengoptimalkan kecepatan sebuah blog. Termasuk bagaimana SEO akan mempertimbangkan kecepatan situs tersebut. Sebab, semakin ke sini, Google (search engine) menggunakan kualitas UX dalam penilaian suatu situs. Termasuk kecepatan loading sebuah situs itu sendiri terhadap kenyamanan pengunjung.

Logikanya seperti ini, blog A memiliki load time 12 detik dan blog B memiliki load time 4 detik. Dengan asumsi kecepatan internet yang sama, konten yang sama dan hanya berbeda pada load time saja, maka pengunjung sudah dipastikan akan lebih memilih blog B.

Mengapa? Karena blog B lebih cepat menampilkan konten yang ia miliki. Bagaimanapun juga, waktu 1 detik yang digunakan oleh pengguna internet adalah hal yang sangat berharga.

Sederhananya, saya menemukan hal ini karena statistik blog yang saya kelola (termasuk jungjawa.com) memiliki tren average time on page yang menurun. Mungkin saja page load time memengaruhi secara keseluruhan. Namun, ada alasan khusus mengapa saya menyimpulkan demikian.

Hal ini saya curigai disebabkan karena SumoMe. Tools inilah yang membuat page load time saya menanjak seperti tebing terjal.

SumoMe via sumome.com

Tools SumoMe ini saya gunakan selama dua minggu di beberapa blog untuk melihat heat map dan click yang terjadi. Namun, akibat dari tools ini, saya mengorbankan load time untuk mendapatkan insight tersebut. Sungguh blunder yang menyebalkan.

Click position map yang masih sedikit.


Oh, tapi tidak juga. Akibatnya saya jadi bisa menuliskan tentang hal ini di blog. #AhAlesanAjaSih

Saya mencoba membandingkan data blog yang saya miliki dengan blog milik +uni dzalika. Fyi, blog miliknya memiliki lebih dari 1500 page view per hari. Sebuah statistik yang cukup mudah untuk dibandingkan karena sampel yang diambil bisa cukup banyak.

Hasilnya, blog saya (dengan SumoMe) memiliki tren average time on page yang menurun dalam jangka waktu 2 minggu terakhir sejak SumoMe saya gunakan.

Memang, pada awalnya saya menggunakan SumoMe untuk mendapatkan insight. Namun, tak disangka ternyata tools ini juga membuat time on page saya juga ikut menurun. Oke, selanjutnya saya harus memperbaiki time on page yang sudah ndak karuan kacaunya ini
Average time on page blog Uni Dzalika (atas) dan blog saya (bawah)

Dari data yang saya dapat dari Analytic di atas, memperlihatkan penurunan sebesar 10,92%. Sebenarnya, ini hanyalah gambaran kasar average time on page yang saya ambil. Bukan detail yang sebenarnya. Namun, sudah cukup memperlihatkan bahwa kecepatan memuat blog yang semakin lama akan membuat pengunjung enggan berlama-lama menunggu loading blog tersebut.

Mengapa saya menyimpulkan demikian? Saya mendapatkan load time yang lebih tinggi cenderung memiliki average time on page yang lebih rendah.

Blog Uni Dzalika (atas) dan blog milik saya (bawah)


Contohnya gambar di atas. Blog milik Uni memiliki load time 4.57 s dengan time finish 4.56s. Jika dibandingkan dengan statistik blog saya, hanya terpaut tidak lebih dari 5 detik. Well, maka dari itu saya harus memperbaiki kecepatan blog saya. Salah satunya dengan optimasi javascript yang saya gunakan.

SumoMe memang tools yang powerfull. Saya akui itu. Namun, untuk blog dengan statistik kurang dari 500 page view per harinya, saya rasa itu adalah hal yang sia-sia dan terlalu riskan.

Mengapa sia-sia?

Pertama, untuk melakukan mapping 50 klik saja sangatlah susah di setiap harinya. Jadi, saya rasa untuk mengetahui posisi di mana pengunjung melakukan klik tidak perlu repot-repot menggunakan SumoMe karena data yang didapat tidaklah begitu banyak.

Kedua, Google Analytics sudah memiliki fitur serupa yakni In-page Analytics dan Behaviour Flow. Ya, kurang lebih ya sama dan masih bisa diandalkan.

Kemudiaan, muncul pertanyaan. Bagaimana melakukan optimasi blog dari segi kecepatannya? Sebenarnya cukup mudah. Jangan gunakan script apapun. Karena akan memengaruhi kecepatan load time.

Namun, apakah cukup penting membuat blog dengan load speed di bawah 1 detik? Saya rasa tidak perlu. Karena 5 detik pun masih bisa dibilang cepat. Mungkin faktor yang menentukan apakah perlu ditingkatkan atau tidak adalah 'rasan-rasan' pemilik blog saja.

Jika memang perlu dipercepat, ya monggo. Silakan. Tapi, bagaimana caranya?

Gunakan ukuran gambar yang terkompresi

Siapa yang ingin membuka sebuah artikel blog dengan ilustrasi yang cukup berat? Sebuah gambar dengan size 500 kB misalnya? Saya sih ndak mau. Mending saya close lebih dahulu.

Sebab saya mencari konten berupa teks, bukan gambar. Terkecuali jika blog tersebut memang menonjolkan ilustrasi dan gambar. Fotografi dan infografis misalnya.

Selamatkan kuota internet dengan kompresi via websiteoptimization.com

Itulah sebabnya saya memiliki standar penting untuk mengkompres ukuran setiap gambar yang saya muat di blog ini agar tidak lebih dari 100 kB. Mengapa 100 kB? Untuk ukuran normal agar setiap gambar mampu dimuat dalam waktu kurang dari 1 detik saja.

Untuk mencari gambar sendiri tidak perlu repot-repot dan bingung. Ingat, copyright dari gambar yang diambil. Jika ingin aman, bisa menggunakan situs penyedia gambar dengan atribut free license untuk menyari ilustrasi blog. Tentunya akan lebih baik jika menyertakan atribusi.


Gunakan script seperlunya

Ini seperti blunder saya sebelumnya dengan memasang SumoMe. Saya terlalu memporsir ambisi untuk mendapatkan insight sebanyak-banyaknya. Hasilnya? Durasi page load saya membengkak yang berimbas pada average time on page yang menurun dengan signifikan. Penurunan 10% bukanlah sesuatu yang sepele.

Gunakan script yang sewajarnya dan memang benar-benar diperlukan. Saya pun lebih memilih untuk menghapus SumoMe daripada membuang waktu pengunjung blog untuk memenuhi ambisi yang ndak karuan itu.





Hasilnya cukup sederhana, load time menurun dari 8.10 s menjadi 3.93 s. Ah, hanya mengurangi sebuah request bisa membahagiakan juga.

Jangan lupa untuk mencoba kecepatan blog milikmu melalui browser atau peramban yang berbeda. Mungkin saja kemampuan Chrome dan Firefox sedikit berbeda. Namun, nggak ada salahnya toh dicoba?

Asal jangan menggunakan Internet Explorer saja. Ups!

Selain itu, cobalah akses melalui perangkat mobile. Apakah sudah cukup nyaman dari segi kecepatan loading blog milikmu.

Kesimpulan

Sebenarnya cukup sederhana dan mudah dilogika. Blog yang memiliki kecepatan load yang singkat membuktikan bahwa blog tersebut terawat dengan baik. Jadi, ya kalo mau pengunjung betah berlama-lama (average time on page), ya salah satunya adalah dengan memperbaiki kecepatan load blog milikmu.

  • Gunakan gambar yang terkompresi dengan baik. Let me say, di bawah 100 kB lah
  • Usahakan sedikit mungkin menggunakan external script yang akan membuat load page time semakin lama
  • Gunakan GTmetrix atau Google PageSpeed Insight untuk mengukur kecepatan blog kamu. Jika malas, bisa gunakan DevTool milik Chrome, jangan lupa untuk Disable cache untuk mendapatkan load time yang sebenarnya.
  • Pertimbangkan faktor SEO. Terkadang ada blogger yang bodo amat dengan time on page. Jika orientasinya adalah posisi Search Result, maka page load time perlu dipertimbangkan dan dipersiapkan untuk diperbaiki.
  • Perhatikan kode status resource yang ada. Bisa buka di Chrome DevTool > Network > Status Code. Apakah masih berfungsi dengan baik atau malah sudah 400 Bad Request
Terakhir dan yang paling penting adalah terus berusaha memperbaiki kualitas blog kita. Selain kualitas teknis, tentu harus dibarengi dengan kualitas konten yang dimiliki.

Jangan menunggu waktu untuk menulis lagi. Bahkan permasalahan kecil bisa jadi bahan untuk sebuah artikel. Ya, seperti saya ini. Hehehe...

Jadi, seberapa cepatkah loading blog milikmu? Boleh share di kolom komentar yak!





Header image credit: pixabay.com

Good Ideas. Great Stories.

Feel free if you want to send an email to me and ask anything, or just to say hello!

hello@jungjawa.com

Copyright © jungjawa 2022