Merekam Jejak, Waktu dan Memori
Banjarmasin, 23 Januari 2014 |
Bagaimana jika sebuah foto mampu memutar kembali peristiwa yang telah lalu? Sebuah sejarah yang dapat diputar berulang-kali melalui sebuah bingkai foto.
Merekam jejak, waktu dan memori adalah pekerjaan sulit. Namun dapat dilakukan oleh fotografi. Ya, fotografi!
Sederhananya, fotografi dapat merekam peristiwa dan berbagai hal yang menyertainya. Bahkan, sebuah foto mampu menghadirkan kembali nuansa yang telah lampau. Membayangkan bagaimana peristiwa bersejarah saat Soekarno membacakan naskah proklamasi di Jalan Pegangsaan Timur No 56 hanya dengan melihat dokumentasi fotonya.
Sejarah proklamasi via blogbankris.my.id |
Seperti itulah makna dari fotografi yang diungkapkan oleh Agan Harahap melalui salah satu artikelnya di Qubicle (http://qubicle.id/story/the-invisible-monuments). Fotografi mampu menghadirkan sejarah, peristiwa besar dan sebagai penanda berbagai hal yang telah lampau.
Baca juga: Lamaran Kerja Bermodal Cokelat, Emang Bisa?
Memori yang luput dari rekaman ingatan manusia dapat dikemas ke dalam sebuah foto melalui fotografi. Dalam prakteknya, kita dapat bernostalgia melalui sebuah foto. Jangan pernah pula melupakan sebuah ingatan, apalagi sejarah. Karena sejarah adalah tonggak awal kemajuan pembelajaran bagi suatu bangsa.
The Invisible Monument by Agan Harahap on Qubicle via qubicle.id |
Melalui artikel tersebut, Agan Harahap memperkenalkan sebuah project fotografi yang bernama "The Invisible Monument". Sebuah project yang berupaya untuk menjelajahi lokasi kuburan massal era 65 di Pulau Jawa. Menghadirkan kembali ingatan tentang peristiwa besar yang menyimpan luka, duka dan lara.
Mengingat waktu dan masa lalu
Fotografi, sebuah alat pengingat waktu yang telah lampau dengan campur tangan manusia. Fotografi digunakan sebagai alat untuk mengungkap sejarah. Biarkanlah foto yang bercerita. Nyaris, seperti itulah project fotografi yang dituliskan di Qubicle dari Agan Harahap ini.Agan Harahap on Qubicle via qubicle.id |
Artikel tersebut juga membuka wawasan tentang fotografi. Sebuah foto dapat menjadi penanda momen-momen yang pernah kita lalui. Mulai dari apa yang kita rasa saat kecil hingga beranjak dewasa. Mempelajari apa yang telah lewat melalui pertanda dalam bentuk 'rekaman beku', sebuah foto.
“Those who cannot remember the past, are condemned to repeat it - George Santayana
Fotografi layaknya sebuah mata universal dalam bentuk rekaman memori dan waktu. Sedangkan jejak yang ada adalah sejarah yang terjadi namun tak bisa terulang kembali.
Salah satu view dari Agan Harahap. Saya menerka peristiwa yang terjadi via qubicle.id |
Fotografi memaksa kita merekam sejarah melalui lensa kamera. Membuat sejarah dari sudut pandang kita sendiri. Termasuk sejarah kecil seperti liburan yang telah kita lalui. Menyenangkan sekali bukan?
History are written by humans
Jika masih penasaran, lihatlah album foto kamera milikmu. Apakah memiliki cerita di dalamnya? Sudah pasti ada rekaman tertulis dalam memori sebuah foto. Rekaman waktu mulai dari satu bulan hingga setahun yang lalu menjadi satu.Rekaman memori saya tentang Bandung, 2 tahun yang lalu |
Last, terima kasih banyak untuk Qubicle karena telah menginspirasi saya melalui sebuah artikel yang dituliskan oleh Agan Harahap. Memaknai fotografi tidak hanya dari gambaran keindahan yang disajikan. Namun, bagaimana fotografi mampu memberikan sejarah yang tak terlihat. Yap! Just like invisible monument for us.
Baca juga: Mengejar Passion? Coba Pikir Dulu
Di Qubicle.id kita bisa mencari inspirasi dari sesama user yang memiliki minat sama. Selain itu, kita pun bisa melihat berbagai karya dari mereka. Bahkan, kita bisa membuat komunitas dari passion yang kita miliki.
Kalau kamu ingin tahu banyak tentang Qubicle bisa mencarinya melalui Facebook Fanpage Qubicle, Twitter @Qubicle_ID, Instagram @Qubicle_ID bahkan Youtube Qubicle_ID.
Baca juga: Hey Pemuda! Jangan Banyak Alasan untuk Berkarya
Siapa tahu, Qubicle mampu memberikanmu berbagai inspirasi lainnya. Bagaimana? Tertarik untuk menemukan artikel inspirasi menarik lainnya? Share ur tought on comment section below or you can share this awesome article.
qubicle nih ada temenqu lho....
BalasHapusWih, apa iya ben?
Hapusaeh... qubicle nih. bisa ketemu yang satu visi dan misi yak... coba ah...
BalasHapusCobain om
HapusFotografi selain dilihat dari seni cahaya itu sendiri, merupakan galeri yang bisa menjadi sejarah, bisa menjadi sihir untuk sekedar mengingat gambaran yang ada di gambar. That's why gue seneng sama fotografi. Hehe.
BalasHapusGue juga seneng. Gimana kalo IGxBlogger?
HapusJadi penasaran sama qublicle...
BalasHapusMenarik mbak! :D
Hapusmenarik
BalasHapusFotografi emang dokumentasi yg membuat kita bs bernostalgia
BalasHapusbtw di blog saya selalu masukin foto 50%-50% dengan gambar biar imbang..karena gambar punya banyak cerita
BalasHapusWah apik itu mas. Kapan-kapan deh bikin insight tentang postingan plus gambar di blog.
Hapussaya pecinta seni satu ini dan masih belajar juga. Fans berat sama IG jadinya hehehe dan punya teman-teman yang membuat saya takjub sama foto-foto mereka karena bercerita.
BalasHapusMemang benar banget, photo speak a thousand words.
Kalo foto-foto saya biasa aja Mbak, ndak heboh-heboh banget kek anak IG yang ngehits :v
Hapus