Entah kerasukan setan apa, saya ingin sekali menuliskan hal ini. Mirip sebuah jurnal untuk refleksi diri dari kehebohan dunia yang fana. Sedikit melenceng untuk memaknai jargon internesyenel, YOLO (You Only Live Once).
Tidak perlu mencemooh orang lain. Cukup menertawakan diri sendiri di hari yang fitri ini. Loh? Kan lebaran baru saja kita lewati. Sudah berapa ratus ribu uang THR yang kau manfaatkan untuk berfoya-foya?
Kalo saya, ndak ada sama sekali. Wong jatah THR aja sudah ndak punya. Sebab, sudah kepala 20 hampir 25 dan tentu sudah khatam ditanya 'Kapan lulus dan kapan nikah'. Kapan-kapan wae bro!
"Kapan nikah?"
Hambok ya situ bantu nyariin, gak cuman nanyain. Sebab kalo cuman dipikirin, itu hanya sekadar ingin. Ya to?
Terus apa hubungannya nikah dengan nongkrong dan hobi foya-foya? Jadi gini, saya ingin sedikit memberikan penjelasan tentang kenapa saya belum nikah dan belum lulus juga. Biar nanti kalo ada yang nanya-nanya, tinggal disodorin tulisan ini biar dia baca. Kalo perlu, saya print sekalian di ruang tamu keluarga.
Hobi nongkrong atau nongki-nongki merupakan bentuk kenikmatan duniawi remaja masa kini. Boleh dibilang, nggak nongkrong, ya nggak ngehits. Kalo nggak ngehits, ya susah cari jodo. Nah, dari sini ada sedikit titik terang, tho?
Sebenarnya, saya itu ndak bener-bener suka yang namanya nongki-nongki. Apalagi cuman pergi ke 'tempat keren' terdekat yang nggak bonafit-able buat saya. Lha gimana ndak bonafit? Wong tempatnya saja mirip parkiran alpamaret atau shindomarket.
Semisal ndak ada dedeq-dedeq gemes yang bikin jantung saya deg-deg mak ser, saya tidak akan pernah nongko-nongki dalam hidup saya. Suer deh!
Nongki-nongki dan berfoya-foya adalah bentuk kontribusi saya menuntaskan masalah
Hobi nongkrong dan foya-foya tentu akan saya hentikan saat program kerja ini sukses menekan angka kejombloan. Sebab, naiknya penderita jomblokitis (penyakit jomblo akut dengan membayangkan pacarnya adalah persyonel JKTFortiEx) tentu menyulitkan pemerintahan presiden saat ini. Ya, mungkin juga akan berimbas untuk periode pemerintahan selanjutnya.
Jadi, kesimpulannya gini, nongkrong dan foya-foya adalah solusi untuk masa depan bangsa ini. Enggak nongkrong, ya enggak dapat jodo, gak foya-foya, gak segera nikah. Lha kalo gak segera nikah? Ya, sudah barang tentu jadi hidangan utama pertanyaan saat lebaran.
Akhir kata, saya, mewakili Kementerian Nongki-nongki Kekinian mohon maaf yang sebesar-besarnya jika program kerja tahun ini kurang begitu memuaskan. Ada baiknya kami selaku Kementrian Nongki-nongki Kekinian menerima feedback positif dari Anda sekalian untuk Indonesia yang lebih baik.
Sudahkah Anda nongki-nongki hari ini?
Paijo
Solo, 11 Juli 2016
Artikel ini pertama kali dipublikasikan di Katanium