Archive for Jungjawa.com Agustus 2016
image optimizer


Kurang sreg rasanya ketika sebuah blog post tidak disertai gambar. Ibarat angkringan ya, sego kucing yang dipesen cuma teri thok, tanpa embel-embel tahu bacem dan koyor bakar. Ealah, ini mau bahas tools buat ngeblog apa ngobrol-ngobrol makanan tho?

Jadi gini, kebiasaan saya (dan juga mungkin beberapa blogger lainnya) adalah menyisipkan gambar pada sebuah blog post. Ya, tujuan awalnya sih untuk mempercantik artikel yang diterbitkan. Kan, katanya sebuah gambar mampu mewakili 1000 kata. Gitu kan ya?

Nah, kalo gambar yang diupload banyak, bagaimana? Usut punya usut nih, ternyata ukuran gambar adalah penyebab utama bertambah besarnya ukuran artikel blog kita.

Baca juga: Does Design Really Matter for Your Blog?

Misalnya gini, untuk satu buah gambar yang kita gunakan berukuran 1MB saja. Itu kalo gambar yang kita gunakan kita patok berasal dari jepretan kamera smartphone yang paling kecil. Padahal, untuk ukuran standar saja, rata-rata kamera ponsel bisa menyimpan gambar dengan ukuran lebih dari 2MB.

Bagaimana jika lebih dari satu gambar yang digunakan untuk artikel blog kita? Katakanlah ada 5 gambar saja dengan ukuran rata-rata per gambar adalah 1MB. Ya tinggal dikalikan saja. Hasilnya? Sebuah blog post dengan ukuran lebih dari 5 MB! Ediyaaan tenan.

Bisa jebol kuota paket data kalo gini caranya reeek!

Padahal, kalo ada gambar yang susah banget dimuat, pengunjung sudah buru-buru close tab. Lha, kan jadi ribet sendiri tho masalah ukuran gambar saja.

Solusi

Sebenarnya, solusinya sangat sederhana. Bagi yang bisa pake tools seperti Adobe Photoshop, bisa melakukan kompresi manual dengan cara Save as for Web. Selain itu, bisa menggunakan Microsoft Office Picture Manager untuk melakukan kompresi ukuran gambar.

Baca juga: Wajib Ngerti: Nyantumin Foto Buat Blog Lo

Tapi, solusi ini nggak sesimpel yang dibayangin. Lha gimana mau simpel kalo belum bisa mengoperasikan Photoshop? Ndak ngerti caranya mengubah ukuran gambar menggunakan Microsoft Office Picture Manager juga bisa jadi masalah lain. Pokoknya ribet!

Daripada pusing mending turu wae nde~ via favim.com


Mau pake plugin, eh kan ndak pake Wordpress. Jadinya ya tanpa plugin buat mengkompresi gambar. Padahal, nafsu untuk menulis di blog sudah mateng banget. Tinggal diceplok jadi telur dadar deh. Hehehe...

Compressor.io

Solusi lainnya adalah menggunakan online tools yang guampaaaang banget buat diakses. Istilahnya one click solution lah ya.

Beberapa hari yang lalu, saya nemu tools buat kompresi gambar, Compressor.io. Mungkin ini versi gratisnya dari Kraken.io ya. Walaupun gratis, saya rasa performance dari Compressor ndak kalah sama Kraken.

Dan juga kalo mau cari tools kompresi gambar yang lain bisa cari di Google dengan keyword image compressor yak.

Compressor.io is a powerful online tool for reducing drastically the size of your images and photos whilst maintaining a high quality with almost no difference before and after compression.

Compressor.io mengklaim mampu mengkompresi gambar hingga 90% tanpa harus mereduksi kualitas hasil dari kompresi yang dilakukan. UI dari Compressor pun tidak ribet. Cukup drag and drop saja image yang akan dikompresi, tunggu hingga proses upload selesai dan unduh hasil kompresinya. Tidak ada proses yang bertele-tele kok. Pendek saja.

reduksi gambar semakin kecil
Sebuah landscape photography yang saya reduksi menggunakan Compressor.io


Saya mencoba mengkompresi sebuah foto pemandangan dengan ukuran 4.8 MB. Hasilnya, Compressor.io mampu  mereduksi ukuran foto tersebut menjadi 1.02 MB saja. Hampir mereduksi ukuran gambar tersebut sampai 80%. Ya, tentu saja tanpa harus mengurangi kualitas gambarnya dong ya.

Enaknya nih, Compressor.io memberikan pilihan langsung untuk penyimpanan file yang telah dikompresi. Kita bisa menyimpannya di cloud storage populer seperti Dropbox dan Drive dari Google.

Simpan di cloud storage biar gampang nde! - via compressor.io


Sayangnya, fitur bulk upload alias kompresi rame-rame belum tersedia. Jadi, kalo mau melakukan kompresi foto secara massal, ya nggak bisa. Harus upload satu per satu gambar yang akan dikompresi.


A Picture Is Worth 1.000 Words

Bagaimana jika sebuah elemen foto menjadi hal krusial di blog kita? Bahkan foto atau gambar mampu memberikan sentuhan berbeda untuk artikel yang kita tulis.

Sayang sungguh sayang, apabila momen yang kita tangkap melalui kamera tidak sempat dinikmati oleh para pembaca akibat ukuran foto yang terlalu besar. Mereduksi ukuran gambar yang digunakan adalah solusinya.

Tentu saja, tidak hanya masalah ukuran gambar yang tereduksi, secara tidak langsung hal tersebut juga akan memengaruhi kualitas SEO halaman tersebut. Bagaimana bisa? Tunggu saja cerita saya selanjutnya. Lha kalo saya beberkan semua di sini, ndak ada cerita lanjutannya buat nanti. Hehehe...

Baca juga: Kenapa Sih Belajar SEO?

Ada yang tertarik untuk menggunakan Compressor.io? Atau sebagian dari kalian bahkan sudah memiliki tools alternatif lainnya untuk mengkompresi gambar? Share your thought di kolom komentar di bawah ini ya. For sure, I would love to know about them.


Cokelat Batang


Kalian yang mahasiswa, terutama udah semester akhir, masalah mencari pekerjaan biasanya menjadi topik utama yang dibicarakan. Entah ingin membuka usaha sendiri atau melamar perusahaan tertentu dengan mengirimkan surat lamaran dan CV.

Mungkin, pembahasan yang ada di grup aplikasi chatting pun tak luput dari berbagai poster job fair dan job vacancy. Ah, ketika semuanya semakin sering berseliweran, maka itulah pertanda bahwa kita sudah menjadi mahasiswa akhir.

Biasanya, mencari pekerjaan dengan mengirimkan lamaran itu gampang-gampang susah. Serius loh ya. Walaupun sudah berulang kali mengirimkan lamaran, tetapi tidak juga kunjung mendapatkan panggilan kerja. Namun, ketika kita lihat teman sendiri pertama kalinya melamar, langsung diterima. Ealah kok bisa ya?

Mungkin gini, salah satu faktor gampangnya diterima ya dari kualitas CV yang dikirimkan. Apalagi CV kreatif seperti artikel yang pernah saya baca di Qubicle, tentang pelamar yang mengirimkan CV dengan kemasan cokelat lengkap beserta isinya. Yummy banget dong ya.

Oh sebentar, buat kamu yang belum tau apa itu Qubicle mungkin perlu sedikit saya jelaskan terlebih dahulu. Saya mulai mengenal Qubicle setelah melihat kampanye iklan mereka melalui televisi dan Youtube.

Seperti yang saya tau dari Facebook Fanpage, Qubicle adalah sebuah platform media sekaligus tempat untuk penyedia konten bagi para kreator, termasuk blogger. Sekaligus sebagai media informasi berupa artikel dan video yang bisa digunakan oleh pembaca dilengkapi dengan forum untuk saling bertemu dan membangun jaringan. Istilahnya, kolaborasi lah ya.

Selain itu, di era digital akan ada banyak sekali ide yang bisa kita gali. Seperti karya nyata dalam sebuah video di Youtube misalnya. Kamu juga bisa menggali inspirasi nyata melalui channel Youtube Qubicle.

Logo Qubicle.ID


Qubicle sudah seperti social content network yang menjadi satu dengan content creation platform. Pengguna bisa berkolaborasi membuat konten digital (berupa artikel atau konten multimedia) yang sesuai dengan minat atau hobi. Tapi nggak cuman sendiri. Bisa rame-rame, seperti komunitas.

Nah, dari Qubicle lah saya tahu tentang bagaimana seorang pelamar mengirimkan CV cokelat kemasan pada perusahaan yang dilamarnya. Kalo dipikir-pikir, unik juga ya.

CV Unik Cokelat

Apa yang dilakukan oleh Renata Chunderbalsingh ‘hanyalah’ mengirimkan cokelat dalam bentuk batangan. Nah, yang menjadikannya unik adalah ketika bungkus dari cokelat tersebut dijadikan CV yang dapat dibaca dengan menarik.

Ide yang sebenarnya cukup sederhana. Namun, luput dari pandangan karena keunikannya. Inilah yang membuat Renata tampil berbeda dengan pelamar lainnya.

Hasilnya, Gemma Lewis dari Resources Group cukup tertarik dengan proposal yang dikirimkan oleh Renata. Bahkan, Lewis memposting apa yang dilakukan oleh Renata di LinkedIn-nya. Mungkin saja, Lewis tertarik dengan ‘gift’ yang diberikan oleh Renata.

Bagaimana tidak tertarik? Apa jadinya jika seorang HR menikmati CV yang kita ajukan? Tentu saja peluang kita diterima akan semakin terbuka lebar. Ah, membaca proposal kerja sembari menikmati cokelat adalah hal yang cukup menyenangkan.

Bentuk CV Unik



Dari apa yang dilakukan oleh Renata saya menjadi mengerti bahwa untuk melamar pekerjaan pun haruslah jeli. Terutama bidang pekerjaan yang menuntut kreativitas. Membuat hal-hal sederhana menjadi lebih bermakna seperti lamaran kerja yang bermodalkan sebatang cokelat.

Bahkan, jika boleh unik lagi, sebatang cokelat tadi bisa ditemani oleh minuman juga. Tentu saja, disertai proposal pekerjaan dong ya.

Kamu juga bisa mencari artikel inspiratif lainnya di Qubicle. Boleh jadi, tidak hanya mengenai lamaran pekerjaan, namun melamar sang pujaan hati juga harus kreatif dong ya. Kalian bisa mengikuti Qubicle di Twitter atau melalui akun Instagram Qubicle.

Ada yang ingin berbagi ide untuk lamaran pekerjaan yang menggunakan makanan lain? Silakan tulis di kolom komentar yak!

Image credit: pixabay.com and Gemma Lewis (née Hughes) on LinkedIn

Apakah kamu termasuk pengguna internet yang akan menutup tab browser secepat-cepatnya ketika membuka sebuah situs atau blog dengan waktu loading yang begitu lama?

Jika iya, maka kita termasuk satu tim #TimCloseTab

Ketika mengunjungi sebuah blog dengan waktu tunggu yang relatif begitu lama, tentu saja kita akan merasa cepat bosan. Apalagi konten yang ada di blog tersebut lumayan berat, padahal koneksi internet yang kita gunakan tidaklah secepat alunan dangdut yang secara cerdas dimainkan oleh kondektur bus pantura.

Apa yang terjadi ketika sebuah blog memiliki waktu tunggu yang terlalu lama? Ya, seperti yang saya bilang tadi. Langsung close tab.

Saya menemukan beberapa faktor penting untuk mengoptimalkan kecepatan sebuah blog. Termasuk bagaimana SEO akan mempertimbangkan kecepatan situs tersebut. Sebab, semakin ke sini, Google (search engine) menggunakan kualitas UX dalam penilaian suatu situs. Termasuk kecepatan loading sebuah situs itu sendiri terhadap kenyamanan pengunjung.

Logikanya seperti ini, blog A memiliki load time 12 detik dan blog B memiliki load time 4 detik. Dengan asumsi kecepatan internet yang sama, konten yang sama dan hanya berbeda pada load time saja, maka pengunjung sudah dipastikan akan lebih memilih blog B.

Mengapa? Karena blog B lebih cepat menampilkan konten yang ia miliki. Bagaimanapun juga, waktu 1 detik yang digunakan oleh pengguna internet adalah hal yang sangat berharga.

Sederhananya, saya menemukan hal ini karena statistik blog yang saya kelola (termasuk jungjawa.com) memiliki tren average time on page yang menurun. Mungkin saja page load time memengaruhi secara keseluruhan. Namun, ada alasan khusus mengapa saya menyimpulkan demikian.

Hal ini saya curigai disebabkan karena SumoMe. Tools inilah yang membuat page load time saya menanjak seperti tebing terjal.

SumoMe via sumome.com

Tools SumoMe ini saya gunakan selama dua minggu di beberapa blog untuk melihat heat map dan click yang terjadi. Namun, akibat dari tools ini, saya mengorbankan load time untuk mendapatkan insight tersebut. Sungguh blunder yang menyebalkan.

Click position map yang masih sedikit.


Oh, tapi tidak juga. Akibatnya saya jadi bisa menuliskan tentang hal ini di blog. #AhAlesanAjaSih

Saya mencoba membandingkan data blog yang saya miliki dengan blog milik +uni dzalika. Fyi, blog miliknya memiliki lebih dari 1500 page view per hari. Sebuah statistik yang cukup mudah untuk dibandingkan karena sampel yang diambil bisa cukup banyak.

Hasilnya, blog saya (dengan SumoMe) memiliki tren average time on page yang menurun dalam jangka waktu 2 minggu terakhir sejak SumoMe saya gunakan.

Memang, pada awalnya saya menggunakan SumoMe untuk mendapatkan insight. Namun, tak disangka ternyata tools ini juga membuat time on page saya juga ikut menurun. Oke, selanjutnya saya harus memperbaiki time on page yang sudah ndak karuan kacaunya ini
Average time on page blog Uni Dzalika (atas) dan blog saya (bawah)

Dari data yang saya dapat dari Analytic di atas, memperlihatkan penurunan sebesar 10,92%. Sebenarnya, ini hanyalah gambaran kasar average time on page yang saya ambil. Bukan detail yang sebenarnya. Namun, sudah cukup memperlihatkan bahwa kecepatan memuat blog yang semakin lama akan membuat pengunjung enggan berlama-lama menunggu loading blog tersebut.

Mengapa saya menyimpulkan demikian? Saya mendapatkan load time yang lebih tinggi cenderung memiliki average time on page yang lebih rendah.

Blog Uni Dzalika (atas) dan blog milik saya (bawah)


Contohnya gambar di atas. Blog milik Uni memiliki load time 4.57 s dengan time finish 4.56s. Jika dibandingkan dengan statistik blog saya, hanya terpaut tidak lebih dari 5 detik. Well, maka dari itu saya harus memperbaiki kecepatan blog saya. Salah satunya dengan optimasi javascript yang saya gunakan.

SumoMe memang tools yang powerfull. Saya akui itu. Namun, untuk blog dengan statistik kurang dari 500 page view per harinya, saya rasa itu adalah hal yang sia-sia dan terlalu riskan.

Mengapa sia-sia?

Pertama, untuk melakukan mapping 50 klik saja sangatlah susah di setiap harinya. Jadi, saya rasa untuk mengetahui posisi di mana pengunjung melakukan klik tidak perlu repot-repot menggunakan SumoMe karena data yang didapat tidaklah begitu banyak.

Kedua, Google Analytics sudah memiliki fitur serupa yakni In-page Analytics dan Behaviour Flow. Ya, kurang lebih ya sama dan masih bisa diandalkan.

Kemudiaan, muncul pertanyaan. Bagaimana melakukan optimasi blog dari segi kecepatannya? Sebenarnya cukup mudah. Jangan gunakan script apapun. Karena akan memengaruhi kecepatan load time.

Namun, apakah cukup penting membuat blog dengan load speed di bawah 1 detik? Saya rasa tidak perlu. Karena 5 detik pun masih bisa dibilang cepat. Mungkin faktor yang menentukan apakah perlu ditingkatkan atau tidak adalah 'rasan-rasan' pemilik blog saja.

Jika memang perlu dipercepat, ya monggo. Silakan. Tapi, bagaimana caranya?

Gunakan ukuran gambar yang terkompresi

Siapa yang ingin membuka sebuah artikel blog dengan ilustrasi yang cukup berat? Sebuah gambar dengan size 500 kB misalnya? Saya sih ndak mau. Mending saya close lebih dahulu.

Sebab saya mencari konten berupa teks, bukan gambar. Terkecuali jika blog tersebut memang menonjolkan ilustrasi dan gambar. Fotografi dan infografis misalnya.

Selamatkan kuota internet dengan kompresi via websiteoptimization.com

Itulah sebabnya saya memiliki standar penting untuk mengkompres ukuran setiap gambar yang saya muat di blog ini agar tidak lebih dari 100 kB. Mengapa 100 kB? Untuk ukuran normal agar setiap gambar mampu dimuat dalam waktu kurang dari 1 detik saja.

Untuk mencari gambar sendiri tidak perlu repot-repot dan bingung. Ingat, copyright dari gambar yang diambil. Jika ingin aman, bisa menggunakan situs penyedia gambar dengan atribut free license untuk menyari ilustrasi blog. Tentunya akan lebih baik jika menyertakan atribusi.


Gunakan script seperlunya

Ini seperti blunder saya sebelumnya dengan memasang SumoMe. Saya terlalu memporsir ambisi untuk mendapatkan insight sebanyak-banyaknya. Hasilnya? Durasi page load saya membengkak yang berimbas pada average time on page yang menurun dengan signifikan. Penurunan 10% bukanlah sesuatu yang sepele.

Gunakan script yang sewajarnya dan memang benar-benar diperlukan. Saya pun lebih memilih untuk menghapus SumoMe daripada membuang waktu pengunjung blog untuk memenuhi ambisi yang ndak karuan itu.





Hasilnya cukup sederhana, load time menurun dari 8.10 s menjadi 3.93 s. Ah, hanya mengurangi sebuah request bisa membahagiakan juga.

Jangan lupa untuk mencoba kecepatan blog milikmu melalui browser atau peramban yang berbeda. Mungkin saja kemampuan Chrome dan Firefox sedikit berbeda. Namun, nggak ada salahnya toh dicoba?

Asal jangan menggunakan Internet Explorer saja. Ups!

Selain itu, cobalah akses melalui perangkat mobile. Apakah sudah cukup nyaman dari segi kecepatan loading blog milikmu.

Kesimpulan

Sebenarnya cukup sederhana dan mudah dilogika. Blog yang memiliki kecepatan load yang singkat membuktikan bahwa blog tersebut terawat dengan baik. Jadi, ya kalo mau pengunjung betah berlama-lama (average time on page), ya salah satunya adalah dengan memperbaiki kecepatan load blog milikmu.

  • Gunakan gambar yang terkompresi dengan baik. Let me say, di bawah 100 kB lah
  • Usahakan sedikit mungkin menggunakan external script yang akan membuat load page time semakin lama
  • Gunakan GTmetrix atau Google PageSpeed Insight untuk mengukur kecepatan blog kamu. Jika malas, bisa gunakan DevTool milik Chrome, jangan lupa untuk Disable cache untuk mendapatkan load time yang sebenarnya.
  • Pertimbangkan faktor SEO. Terkadang ada blogger yang bodo amat dengan time on page. Jika orientasinya adalah posisi Search Result, maka page load time perlu dipertimbangkan dan dipersiapkan untuk diperbaiki.
  • Perhatikan kode status resource yang ada. Bisa buka di Chrome DevTool > Network > Status Code. Apakah masih berfungsi dengan baik atau malah sudah 400 Bad Request
Terakhir dan yang paling penting adalah terus berusaha memperbaiki kualitas blog kita. Selain kualitas teknis, tentu harus dibarengi dengan kualitas konten yang dimiliki.

Jangan menunggu waktu untuk menulis lagi. Bahkan permasalahan kecil bisa jadi bahan untuk sebuah artikel. Ya, seperti saya ini. Hehehe...

Jadi, seberapa cepatkah loading blog milikmu? Boleh share di kolom komentar yak!





Header image credit: pixabay.com


Bagi seorang blogger, momen ketika tulisan kita dibaca oleh orang banyak adalah hal sederhana yang sangat menyenangkan. Tentu saja, hal itu akan tercapai ketika banyak sekali pengunjung yang mencari artikel kita kemudian membacanya. Lha kalo banyak yang baca kan menyenangkan, tho?

Baca juga: Dear Blogger, Bongkar Kebiasaan Berkomentar Milikmu!

Channel organic atau search engine adalah salah satu kanal yang bisa kita gunakan untuk mendapatkan traffic loh, guys. Jadi, kalo kita mau visibilitas blog kita terlihat baik di mata search engine, mau nggak mau ya harus cari tahu cara belajar SEO yang benar.

Tapi tunggu dulu. Belajar SEO untuk blog itu susah-susah gampang. Apalagi, SEO itu ndak seperti makan makanan pedas. Pas dimakan langsung terasa pedasnya. Ndak gitu.

Terus gini:

"Sudah serius belajar SEO tapi blognya nggak muncul juga di halaman pertama hasil pencarian. Jangankan halaman pertama, masuk ke hasil pencarian aja untung-untungan."

Sebenarnya gini, kemungkinan besar apa yang kita pelajari itu masih kurang loh ya. Kurang banget. Selain itu, bisa juga metode belajar kita yang masih salah. Mungkin, kita perlu lebih jauh ngobrol biar nyamain visi tentang masa depan rumah tangga bersama, ya kan? #ikiopo

Pendeknya, SEO hanyalah tools. Mengapa? Karena asumsinya sederhana. Penulis digital atau blogger yang ingin mempelajari SEO tentu sudah menguasai tentang bagaimana membuat artikel atau konten tulisan yang menarik. Nah, SEO tadi berguna untuk memperluas audiens penulis tadi melalui search engine.

Kenapa belajar SEO? Balik lagi ke alasan utama SEO sebagai tools. Ya untuk menghubungkan para pencari konten (pengguna search engine) dengan penyedia konten (blogger) dong ya.
Sebenarnya, alasan belajar SEO untuk saya yang masih pemula itu sangat sederhana sekali. Gini, traffic dari search engine itu kan gratis dan melimpah. Maka, boleh dikatakan, SEO itu adalah teknik yang cost-effective untuk mengakuisisi pengguna atau pengunjung. Karena gratis. Oke?

Kalo boleh dibandingkan. Ketika kita melakukan promosi konten melalui media sosial, maka kita memerlukan biaya untuk marketing. Got it?

Pengecualian untuk blog yang memiliki resource yang cukup tinggi di media sosial. Seperti fans Facebook Page yang melimpah ruah atau followers Twitter yang sangat banyak. Maka, cost marketing tadi 'mungkin' nggak seberapa besar jika dibandingkan traffic yang didapat.

facebook-ads-untuk-blog
Facebook Ads via pixabay.com


Sedangkan blogger atau penulis yang tidak memiliki resource media sosial yang memadai tentu akan sulit bersaing untuk mendapatkan traffic dari media sosial. Pengecualian lain ketika ia secara konsisten mampu memproduksi artikel-artikel viral. Wah, kalo itu pasti udah kece banget cara dia menulis.

Optimasi website di mesin pencari adalah proses yang harus kita lakukan secara berkala karena search engine (terutama Google) selalu memperbarui algoritma hasil pencarian mereka dan menampilkan website yang paling relevan dan teroptimasi dengan baik.

Oke, cukup basa-basinya. Artikel ini bukan 101 cara untuk memunculkan blog milik kita di hasil pencarian. Tapi, sebagai introduction tentang SEO dan hal-hal menarik ketika kita mempelajari SEO. Dan jungjawa.com sudah membuat podcast untuk artikel ini. Jadi, kalo kamu ndak punya waktu baca artikel ini, kamu bisa mendownload podcast ini dan mendengarkannya.



Konten yang ada di podcast dan di artikel ini sebenarnya sama aja. Cuman agak beda sedikit tapi nggak terlalu jauh kok. Cuman gimmick sederhana. Dan semoga dengan adanya podcast ini, kamu yang baca-baca tentang SEO semakin semangat untuk menerapkannya di blog. Yeay!

Oke, lanjut nih.

Kenapa sih belajar SEO?

Seperti penjelasan sebelumnya. SEO akan memperbanyak 'kemungkinan' pembaca blog milik kita. Kemudian, ketika blog kita memang memiliki goals tertentu, maka SEO akan mempermudah kita untuk mencapai goals yang kita inginkan.

Google Search Engine Indonesia
Google Search Engine via pixabay.com


Selain itu, seringnya blog kita muncul di hasil pencarian akan memperbesar kemungkinan blog kita makin terkenal. Apalagi blog kita punya hal-hal informatif yang dibutuhkan oleh pembaca.

Belajar SEO di mana ya?

Belajar SEO itu bisa otodidak. Materi belajarnya bisa kita cari di internet. Gampang kok. Kalo kamu mau belajar banyak ya bisa ke blognya milik Mas Sugeng. Kemudian, kalo kamu ingin belajar banyak tentang SEO dan materinya selalu update, kamu bisa ke blognya Moz.

Terus ada juga Quora dengan topik SEO, belajar dari blognya Sujan Patel atau juga bisa kita belajar dari Neil Patel. Pokoknya internet memberikan banyak sekali materi tentang SEO yang gampang untuk dipelajari. Tentu ya kita terapkan di blog, agar apa yang kita pelajari bisa langsung kita lihat hasilnya.

Hal teknis SEO itu seperti apa?

Jadi, masih banyak yang salah kaprah tentang SEO. Karena masih banyak blog yang salah menggunakan tag dan lain sebagainya. Teknis dari SEO sendiri itu termasuk kata kunci artikel tersebut, sampai hal teknis fundamental seperti pemilihan nama domain.

Hal-hal teknis dalam SEO
Hal-hal teknis dalam SEO via pixabay.com


Bahkan, desain dan loading yang baik akan menambah nilai SEO blog tersebut. Apapun yang relevan dengan konten akan membuat nilai SEO blog kita semakin meningkat, termasuk desain dan kecepatan situs tadi. Dasar-dasar penggunaan tag seperti H1, H2, H3, H4 itu juga perlu dipelajari. Termasuk penggunaan alt tag untuk gambar yang digunakan di blog kita.

Tapi jangan fokus di sana. Sebab, fokus kita adalah menulis artikel yang relevan dan baik untuk pengunjung. Dan hal-hal teknis seperti itu udah bisa kita dapatkan dengan mudah. Kalo di blogger, kita bisa dengan mudah mencari template yang sudah SEO friendly. Kalo kamu menggunakan Wordpress, kamu bisa install berbagai plugin SEO untuk menaikkan optimasi SEO yang sudah kita lakukan.

Tools buat SEO apa aja?

Sebenarnya, tools untuk cek SEO itu banyak banget. Mulai dari yang biasa aja sampai yang direkomendasikan untuk SEO expert. Kamu bisa menggunakan tools sederhana seperti SEO Quake, Keyword Planner dan Analytics sebagai alat untuk mengukur performa SEO blogmu.

SEO Quake via seoquake.com


Oh iya, mungkin juga butuh Copyscape buat jaga-jaga plagiarisasi konten yang kita tulis di blog. Sebab, duplikasi konten adalah hal yang bisa memperburuk kualitas sinyal SEO blog kita.

Jadi, kesimpulannya seperti ini, SEO membuat kita mengoptimasi tulisan yang ada di blog untuk human dan bot. Lalu, untuk membuat pengunjung human senang, kita harus membuat mereka menyukai relevansi konten yang kita buat.

Buatlah konten yang menggugah selera pembaca untuk membaca sampai habis hingga melakukan goal berupa share. Ketika pengunjung blog milikmu datang, buatlah navigasi yang mudah untuk mereka, termasuk mempermudah dengan adanya share button. Kenapa? Semakin banyak yang melakukan engagement terhadap kontenmu, maka akan memberikan sinyal relevansi kepada bot sebagai pertanda konten yang baik.

Buatlah konten untuk human! Kemudian buatlah bot mengerti konten apa yang kita buat. Itu saja sih, semua tentang SEO dan optimasi belajar SEO. Gimana, cukup menarik, kan?


Header image credit: pixabay.com

Good Ideas. Great Stories.

Feel free if you want to send an email to me and ask anything, or just to say hello!

hello@jungjawa.com

Copyright © jungjawa 2022