Archive for Jungjawa.com Januari 2016
konsisten-ngeblog-jungjawa.com


Apa susahnya sih ngeblog? Nggak susah kok. Alasan agar blog bisa eksis adalah dengan adanya koneksi internet yang memadai. Sisanya? Ya berbagai hal non-teknis yang terkait blog itu sendiri.

Terus, kenapa kamu nggak konsisten bikin tulisan terus dipublikasikan di blog kamu? Padahal, setiap blog pasti ada pembacanya loh. Serius. Ada segmen tertentu dari pembaca yang emang suka baca konten blog milik kamu.

Alih-alih konsisten nulis di blog, yang ada ya bikin banyak alasan biar blognya sepi. Sengaja nggak diupdate biar bisa bikin judul ‘First Post in 2016’, atau ekstrimnya lagi diawal post nantinya “Ah.. bersihin debu dashboard blog dulu. Udah lama nggak ngeblog”. Ya, gue dulu juga suka ngelakuin hal ini. Bikin banyak alasan klise biar nggak dapet teguran polisi blog yang seneng main hakim sendiri *nunjuk diri sendiri*

Oke, mungkin kamu bisa liat arsip blog ini, dimana ada peningkatan jumlah tulisan selama tiga tahun terakhir. Bukan sombong sih, ya cuman mau berbagi tips aja buat kalian yang masih enggan nulis secara konsisten di blog. Terus kalo kamu yang profil di media sosialnya ngebanggain ‘I’m Blogger’, ‘Part of <insert_your_proud_of_community_name_here> Blogger Community’, nggak usah malu. Tetep bangga aja. Nggak masalah kok.

Asal kamu tau ya, stamina menulis yang bagus kek Mbak Agiasaziya aja cuman bisa nulis 162 post di tahun 2015 dan 301 di tahun sebelumnya. Nggak usah kagum, kamu juga bisa kok. Jadi orang itu jangan gampang kagum dong ya. Tapi ya dikerjain. Ngaku aja kalo kamu emang masih cupu. Dalam artian ya mau belajar lagi loh ya.Gue punya beberapa list pertanyaan biar bikin kamu semangat dan makin konsisten nulis di blog.

1. Yakinkan diri kamu kalo bisa bikin blog yang bagus

Pertama kali yang harus kamu lakuin adalah bikin tujuan awal ngeblog. Cuman nulis iseng? Nggak masalah, lakuin aja dulu apa adanya. Inget, tujuan ngeblog itu nggak harus bikin blog yang bagus dari awal loh ya. Tapi bikin blog yang baik, artinya seiring berjalannya waktu kamu selalu belajar untuk membuat blog yang bagus. Beda kan?

yakinkan-diri-lo-id.memegen.com
Yakinkan diri lo! - via id.memegen.com

Nggak ada yang namanya overnight sucess. Kalo emang kamu mau sukses ya belajar dan latihan. Gue pernah denger istilah 10.000 jam untuk menguasai suatu bidang dari Malcolm Gladwell. Tapi, apakah setelah 10.000 jam, gue bakalan menguasai bidang tersebut? Belum tentu. Bisa aja nggak. Tergantung dari bagaimana usaha dan kualitas usaha yang kamu lakuin. Intinya, ya praktek terus-terusan. Kalo mau bikin blog yang bagus? Ya ngeblog terus-terusan deh ya.

2. Bikin Konten yang Beda

Kamu harus berani melakukan eksplorasi ide yang kamu simpen. Gue pernah diskusi kecil sama Indra Permana, tentang gimana caranya ngedapetin inspirasi ide saat mau nulis di blog.

Jadi gini, pertama, kamu harus menentukan struktur tulisan yang bakal kamu bikin. Contohnya sederhana, blog kamu temanya adalah anak muda banget, terus kamu pengen mengangkat isu terkini kek yang dulu pernah gue tulis tentang #MelawanAsap. Nah dari dua struktur diatas kamu harus bisa bikin tulisan tentang anak muda banget yang concern sama isu lingkungan kek #MelawanAsap.

Kedua, mau nggak mau kamu harus banyak baca dari tema dan topik yang udah disusun tadi. Misal, kamu nemuin scientific research yang memuat topik tentang tulisan yang akan kamu bahas, ya jadikan referensi aja. Terus, cari tulisan yang bernada sejenis, cari tau kekurangannya dan kamu tambahin biar lebih sempurna di tulisan kamu. Inget, jangan copy paste! Jadilah kreator bukan plagiator! Okay?

Gampang kan? Itu cara gue dan akhirnya sampai sekarang gue kebanjiran draft tulisan yang belum juga selesai. Astaga.

3. Fokus Pada Visi Ngeblog

“Emang ngeblog butuh visi? Kek perusahaan aja deh!”

Bentar, tanpa visi yang jelas, blog kamu akan gampang banget dilupain sama pembaca. Visi bakalan bisa bikin blog kita lebih visioner kedepannya. Lagian, kalo blog kamu punya visi yang jelas, kamu bisa keep on track biar fokus ngebahas hal-hal tertentu di blog kamu. Keberadaan visi juga bisa ngejawab pertanyaan kenapa blog kamu harus ada dan untuk apa.

Semisal kamu nggak punya visi alias cuman iseng ngeblog, ya sekarang pertanyaannya apa yang bisa kamu berikan buat orang yang bakalan ngebaca blog kamu? Apakah mereka iseng juga? Think again!

4. Cari Masalah

Gimana mau konsisten nulis kalo kamu males cari masalah? Hampir setiap hari gue nemuin berbagai permasalahan. Ya nggak semua permasalahan yang gue hadapi itu perlu dipublikasikan di blog dong ya. Tapi bukankah masalah akan terus ada ketika kita masih hidup? Apalagi kalo emang passion kamu jadi blogger yang cari masalah *eh?*

Cari masalah lo? - via kapanlagi.com

Ya sebenernya kalo kamu emang males buat konsisten ngeblog, kamu harus mengidentifikasikan permasalahan punya kamu sendiri. Misal kamu adalah seorang blogger dan punya blog tentang kesehatan, terutama kesehatan kulit. Mau nggak mau ya kamu pasti nyari berbagai permasalahan tentang kesehatan kulit dong. Padahal hal tersebut nggak ada habisnya kalo mau dibahas. Yakin nih masih sulit buat konsisten nulis?

In a nutshell, kalo kamu nggak cari masalah, kamu bisa kehabisan ide buat nulis yang ujung-ujungnya bisa bikin kamu nggak konsisten.

“Gue udah nyoba nyari masalah. Tapi tetep stuck dan nggak dapet-dapet. Gimana dong?”

Jawabannya: the power of social media. Gue banyak nemuin berbagai permasalahan dari media sosial. Asal kamu tau ya, media sosial itu lengkap banget, bahkan kamu bisa dapet berbagai permasalahan dengan gratis. Ada orang nyinyir, ada twitwar yang bisa kamu simak setiap tahunnya, ada berbagai writing challenge yang hadiahnya bisa perpanjang domain baru. Bahkan ada juga Jonru yang gantengnya nggak ketulungan. Ya kan? Bisa banget nih buat dibahas.

5. Banyak-banyakin Baca

Istilahnya wondering why gitu. Dengan selalu penasaran akan hal baru tentunya semakin banyak hal-hal yang bisa kamu temukan. Nah daripada nggak didokumentasikan, lebih baik apa yang telah kamu temukan tadi diarsipkan dalam sebuah blog. Suatu saat, kamu bisa baca ulang tulisan kamu buat jadi referensi atau sekadar pengingat kalo lagi lupa tentang sesuatu.

Lagian anak muda itu pasti punya banyak waktu buat belajar berbagai hal. Bisa baca berbagai macam buku dan ngelakuin hal-hal yang sama sekali belum pernah dilakuin.

“Kalo wawasan gue luas, harus ditulis di blog?”


Nggak juga sih. Mungkin gue bisa balik nanya, “Kenapa harus nggak ditulis di blog kalo emang wawasan kamu bener-bener luas?”

Konsisten ngeblog emang nggak gampang. Kadang-kadang frekuensi menulis kita turun gitu aja. Tapi tetep aja, kalo kamu mau konsisten, kamu harus bisa maintain mood kamu buat nulis. Balik lagi deh ke visi kamu di atas.


Header image credit: pixabay.com
jakarta-bukanlah-gotham-city-jungjawa-blog

“It’s not about the money, it’s about sending a message. Everything burns!” - The Joker

Jakarta bukanlah Gotham City yang menjerit ketakutan oleh teror dari seorang villain seperti Joker. Bukan, Jakarta masih terlalu kuat. Jakarta akan tetap terus tegar dan kokoh pada pendirian bersama warganya. Apakah kota lain akan sekuat Jakarta atau bahkan lebih kuat lagi? Mungkin saja.

Teror bom Sarinah pada Kamis pagi, 14 Januari 2016 akan menjadi catatan sejarah bagi warga Jakarta atau seorang mahasiswa semester akhir yang sibuk mencari sang pujaan hati, dosen pembimbing kesayangannya. Menariknya, respon warga Jakarta tidak seperti warga Gotham City. Warga Jakarta terbukti lebih kuat dan unggul dalam menghadapi serangan teror. Bagi sebagian orang, teror hanyalah sebuah candaan yang menjadi candu untuk membangkitkan gairah citizen journalism dan kesempatan emas bertamasya menuju tempat kejadian perkara.

Ya, Jakarta bukanlah Gotham City yang berdiri dibantu oleh seorang superhero atau lebih ekstrem lagi memaksa superhero kota mereka untuk menyerahkan diri. Warga Jakarta tidak takut sebab mereka adalah superhero bagi kota Jakarta. Jika harus mengakui secara jujur, mungkin mereka lebih takut kepada kecebong yang menjadi bahan resep rahasia hidangan manis rasa-rasa ala martabak. Bisa jadi?

Lucunya, pelaku terorisme bom Sarinah kurang belajar dari Amrozi cs atau melakukan studi banding kepada Joker yang terkenal di Gotham City dalam menyebarkan teror dan memporak-porandakan kota. Tapi mungkin saja warga Jakarta terlalu kebal dalam menghadapi teror recehan seperti Joker. Hal demikian tidak berlaku di kota yang terlampau kuat seperti Jakarta.

Pedagang sate yang laris menggelar dagangannya tentu menjadi hidangan yang nikmat untuk ditampilkan diberbagai portal berita online. Bahkan, sneakers serta tas polisi ganteng pun tak lupa mendapat tempat dan tidak dapat menyembunyikan rahasia umum bahwa masih banyak kaum jomblo proletar milik bangsa ini. Ah, sungguh, musibah membawa berkah. Tapi, beruntunglah bagi warga menengah galau karena segera mengetahui ternyata masih banyak srikandi unyu yang masih berkeliaran diluar sana dengan tagar #KamiNaksir.

The White Knight bersama jajaran kabinetnya pun langsung turun ke jalan dan meninjau tempat kejadian perkara guna menyiapkan strategi berikutnya. Tidak lupa pula menghimbau warga kota untuk tidak takut terhadap teror dan berani melawan. Sunguh, cerminan yang baik bagi jajaran kabinet Gotham City yang krisis keberanian dalam jiwa-jiwa mereka. Sekali lagi, mereka harus melihat Jakarta yang lebih kuat dari Gotham City.

Warga Gotham City juga harus belajar strategi untuk melawan aksi terorisme. Belajar tentang perlawanan non-fisik dan musyawarah strategi menggunakan hashtag atau tanpa hashtag sama sekali. Tentunya pemakaian hashtag harus mempertimbangkan stabilitas perekonomian nasional dan dana investor yang dapat membuat psikologi netizen dunia rusak. Ini adalah hal vital yang harus dipelajari oleh seluruh lapisan masyarakat Gotham City, mengingat banyak perusahaan besar seperti Wayne Enterprise beroperasi di sana. Sebab, gejolak ekonomi bisa saja terjadi akibat aksi teror dan warga Gotham City harus memiliki ekonom media sosial yang berpotensi untuk menggantikan Menko Perekonomian kita yang sekarang, Darmin Nasution. Ah tentu, hal ini tidak dapat ditiru oleh warga Gotham City. Mereka terlalu takut untuk melakukan gerakan massal seperti ini dan memilih berlindung dibalik jubah superhero kebanggaan kota mereka.

Now we see the funny side

Tapi kita tidak bisa menyamakan aksi terorisme bom Sarinah dengan genius planner sekelas Joker. Beberapa pakar mengatakan bahwa aksi teror kali ini kurang begitu jelas. Ya, mungkin saja disebabkan mereka tidak melakukan studi banding ke Gotham City atau belajar dari Amrozi cs. Tapi coba kita lihat dari sudut pandang yang berbeda. Aksi ini seolah-olah menjelaskan kepada kita bahwa everybody got a dark side. Bahkan kota impian seperti Jakarta (juga kota lainnya) pun memiliki sisi gelapnya. Kota ideal adalah utopia, seperti Gotham City yang memiliki sisi gelapnya tersendiri. Idealisme kota impian adalah utopia yang dapat terwujud dengan adanya berbagai kebohongan dari panitia penyelenggara.

Persamaan warga Gotham City dan Jakarta adalah kegelisahan. Gotham City yang terlalu gelisah dengan kehadiran Joker dan Jakarta yang kemudian gelisah dengan aksi teror bom Sarinah. Sehingga mereka baru saja bangun dan tersadar akan kebenaran yang ada walaupun dalam bentuk yang sangat menyebalkan dan paling mengerikan.

In hope we trust. But wait, what’s hope?

People loose their mind ketika menerima broadcast Whatsapp yang isinya terlanjur ditelan mentah-mentah dan tidak segera dimuntahkan. Tak lupa pula, sebagai agenda wajib untuk mengkritisi Zuckberg yang tidak segera memberikan layanan safety check atau ala-ala bendera Indonesia melalui layanan jejaring sosial miliknya. Mungkin Mark lupa jika jumlah pengguna yang mengakses Facebook melalui handphone di Indonesia sebesar 62.6 juta di tahun 2015 . Atau Mark lupa bahwa Jakarta bukanlah Gotham City. Tidak ada super hero di sini. Super hero adalah warga Jakarta itu sendiri yang mampu melawan teror tersebut. Sehingga Jakarta tidak perlu memiliki rasa aman dan berbagi keamanan karena warga Jakarta adalah keamanan itu sendiri. Tapi sekali lagi, ini membuktikan bahwa warga Jakarta lebih kuat daripada warga Gotham City. Kami tidak butuh safety check milikmu, Mark!

Kecepatan penyelidikan pihak kepolisian Jakarta pun lebih unggul daripada kepolisian Gotham City. Mereka mampu mengidentifikasi identitas pelaku teror lainnya yang ternyata alumni salah satu perguruan tinggi di Solo. Ah, tentu kita tidak perlu ambil pikir tentang kesalahan menyebut UNS menjadi Universitas Negeri Solo. Sudah sering dan sudah terbiasa. Alangkah lebih bijak jika membiarkan mereka belajar mencari informasi identitas nama perguruan lebih dalam lagi.


Why so serious?

Sementara itu, Jakarta tidak seperti Gotham City yang begitu serius. Mungkin Joker perlu membuat agenda khusus untuk pergi berlibur ke Jakarta. Sebab, kejadian ini bisa saja kita tertawakan seperti yang ditertawakan oleh Mbak Desi Wulandari. Miris, namun cukup lucu untuk ditertawakan. Entah mengapa, warga Gotham City terlalu serius menanggapi berbagai hal tentang kotanya. Pendeknya, Gotham City tak dapat sebercanda Jakarta. Mungkin bagi gerombolan Si Berat, aksi kali ini akan menjadi salah satu rapor merah milik mereka. Sehingga mungkin saja setelah ini mereka akan mengulang kelas pelatihan yang dibuka kembali oleh League of Shadow dan melakukan uji coba di Gotham City suatu saat nanti.
Image credit: hdwallpapers.in

Kemudian, bagaimana dengan sebagian dari lainnya yang berbekal ilmu cocoklogy dan chochokhony mencoba menghubungkan kejadian ini dengan deadline milik Freeport ditanggal yang sama, hari yang sama dan bulan yang sama. Warbiyasah sekali bukan? Ah, tentu kita diperbolehkan menolong harapan mereka dari aksi Portal Payungan yang belum pernah memuat pemberitaan mengenai Gotham City. Hei Gordon, kamu harus tau hal ini!

Semoga trio Gotham City­­ –Batman, Gordon, Robin atau siapa sajalah– mampu menghadapi gerombolan Si Berat yang menyerang kota mereka. Tapi tentu saja mereka harus belajar dari Jakarta karena Jakarta bukanlah Gotham City.


Header image credit: vignette1.wikia.nocookie.net/

muda-dan-ambisius-jungjawa-blog

"Saya adalah anak muda yang sangat ambisius dan selalu ingin merasa terdepan dalam segala hal. Baik dalam karir maupun status sosial. Apa yang harus saya lakukan?"

Jawabannya adalah: bikin sesuatu!

Pernah gak lo menemukan permasalahan diatas? Permasalahan yang timbul gara-gara sebagai anak muda, lo pengen banget jadi yang terbaik diantara orang-orang disekitar lo. Keinginan yang ambisius untuk show up dan bikin kontribusi tapi nggak pernah terwujud. Bahkan cuman jadi wacana tiap tahun yang masuk di wish list for next year diakhir tahun.

Padahal, hal terbaik yang bisa dilakukan oleh anak muda ambisius mulai usia 18 tahun adalah dengan make something or build something. At least lo emang harus do something. Sebab lo nggak bakal bisa puas kalo cuman makan teori di kelas maupun dari buku-buku aja. Misalnya aja nggak punya kemampuan sebagai makers buat bikin sesuatu. Maka, hal pertama yang dapat kamu lakukan adalah do something. Belajar bikin sesuatu. Kalo emang lo mau bikin eksperimen ya bikin. Mau nulis ya ngeblog. Mau bikin aplikasi ya belajar ngoding.

Terimakasih banyak buat internet karena hidup kita bisa jadi lebih mudah dengan keberadaannya. Gini, kalo lo emang niat buat build something, lo harus pelajari dan belajar bagaimana cara membuatnya. Skill apapun nggak dengan gampangnya turun gitu aja dari langit terus lo tiba-tiba bisa bikin sesuatu. Tapi lo harus belajar secara bertahap bagaimana caranya membuat sesuatu. Ya secara step by step. Nggak ada yang instan, walaupun mie instan ya tetep harus dimasak, kan?
Banyak banget situs di internet kayak WikiHow, Quora, Stackoverflow atau <insert related site like WikiHow here please/> yang bisa lo pake buat referensi dan sebagai tempat belajar. Bahkan kalo buat belajar koding website, lo bisa dengan gampang belajar dari W3School. Gratis! Internet udah jadi school of life buat kita yang punya ambisi gede banget buat bikin sesuatu.

In a nutshell, internet punya potensi agar kita nggak diem sambil scrolling linimasa. Nggak cuman itu. Kita juga bisa ngebuktiin kalo internet cepet itu bermanfaat, toh ntar kita bisa ngejawab pertanyaannya bapak menteri komunikasi kita yang dulu, "Kalo ada internet cepet, mau kalian pake buat apa sih?"

"Buat belajar lah, Pak!"

Lagian kalo emang kita punya internet cepet, kita nggak perlu susah-susah download materi lagi. Mau buka video tutorial ya tinggal streaming Youtube aja. Toh, disana banyak banget channel edukatif yang bisa kita ambil manfaatnya. Belum lagi juga banyak kreator yang bikin video bagaimana cara-cara bikin sesuatu. Apalagi kalo lo anaknya emang gak bisa diem dan pengennya ngajak orang lain buat ikutan bikin sesuatu. Ya, tinggal dipraktekin ide kreatifnya dan bikin kolaborasi aja. Seru banget kan?

Sebenernya, anak muda yang ambisius adalah potensi yang emang harus dikembangkan. Bahkan Oliver Emberton pernah nulis di situs pribadinya tentang apa saja yang harus dilakukan oleh anak  muda yang ambisius, yakni bikin karya, ambil target yang besar, dan tetap fokus.

Bikin karya

Seperti yang gue bilang diatas, anak muda yang ambisius pasti pengen banget buat build something. Tapi masih aja ada aja yang cuman omong doang, mau bikin sesuatu tapi nggak mau belajar. Katanya mau bermanfaat buat orang lain tapi kerjaan sehari-hari nggak jelas mau ngapain nantinya.

Terus katanya mau bikin startup biar bisa solving real problem tapi kerjaannya tiap hari cuman nongkrong-nongkrong gak jelas. Eh, emangnya bikin startup segampang balikin telapak tangan? Ya nggak lah. Pasti ada progress-nya dong. Well, lo gak harus banget kok bikin sesuatu dengan sempurna. Kan ada yang namanya kolaborasi dan pengembangan. Hal lain yang lebih penting adalah lo jadi tau gimana caranya bikin sesuatu dan bisa membuatnya lebih baik lagi. Daripada lo cuman diem dan cuman bisa bergumam "Kapan ya gue bisa bikin kek gitu", lebih baik lo belajar dari sekarang!

Cari target yang besar

Gue pernah nulis kalo anak muda itu harus bikin taget yang emang seharusnya gede. Kenapa? Karena bikin target yang seratus persen itu bakalan lebih baik daripada bikin target yang cuman setengahnya. Artinya gini, target besar bakalan bikin lo menerima keberhasilan yang lebih besar apabila lo mengalami suatu kegagalan.

Contohnya, si A pengen banget tahun ini punya target bikin 50 produk dari perusahaannya. Sedangkan si B punya target bikin 30 produk saja, ya lebih rendah lah daripada si A. Dan nyatanya di akhir tahun, si A cuman bisa bikin 48 produk dan si B bisa bikin 30 produk. Si A gagal, nggak bisa memenuhi target yang udah dia bikin, sedangkan si B berhasil mencapai target. Tapi dari apa yang didapatkan, si A tentu lebih baik daripada si B.

Kegagalan nggak bikin si A gitu aja kalah dengan mudah dari si B. Dia cuman gagal memenuhi ambisinya yang gede. Sedangkan si B walaupun berhasil, dia masih nggak lebih baik dari si A. Easy to understand, right?

Stay Focus

Nah, ini nih! Keknya paling banyak dari kita itu sering nggak fokus kalo mau bikin sesuatu. Emang sih kita punya ambisi yang gede dan pengen banget buat build something. Tapi harus dibarengi dengan komitmen serius untuk fokus. Soalnya, kalo lo nggak fokus rasanya susah buat bikin target lo bisa tercapai. Misal tahun ini bikin itu, eh di pertengahan tahun pengen bikin yang lain, terus di akhir tahun beda lagi. Ya kapan selesainya?

Coba deh dipikir-pikir lagi, udah seharusnya anak muda yang ambisius mau memanfaatkan waktu dan energi yang mereka miliki dan bikin kontribusi menyelesaikan real problem yang ada di lapangan. Sesuatu yang memang meaningful buat kita semua. Kan katanya pengen reshaping the future of our country biar nggak jadi negara korupsi lagi. Iya nggak?

So, harus nunggu berapa abad lagi untuk build something?



First image credit: pixabay.com
iklan-blog-salah


“We entertain readers, readers give us traffic, and traffic give us money. Fair enough, ain’t?” - Shitlicious
Sebagai pengguna media sosial dan blogger yang seneng blogging, gue sering banget nemuin orang-orang yang punya passion mengkomplain adanya iklan. Mungkin, ada sejuta alasan bagi kita untuk membenci iklan *gue juga pernah membenci iklan kok*. Apalagi bagi mereka yang menjadikan iklan sebagai peluang usaha dengan cara bikin blog gratis dan mendapatkan pendapatan darinya. Well, rasanya kok pengen banget nyari duit dengan cara kayak begitu.

Tapi itu semua bikin kita punya standar ganda deh. Maksud gue gini, disatu sisi lo bakalan menyindir mereka yang menampilkan iklan. Sedangkan disisi lain, lo ya tetep aja nerima kalo ada yang mau nge-endorse lo buat ngiklanin brand tertentu. Iya nggak sih?

Padahal untuk bikin iklan, apalagi iklan native kayak job review itu nggak mudah. Walaupun menurut gue, iklan job review itu adalah iklan yang paling sopan dan nggak banyak mengganggu pembaca ketika ditampilkan di blog. Kalo mau dibahas lebih dalam nih, pengunjung atau pembaca kan bisa mengakses konten yang ada di blog tersebut secara cuma-cuma alias gratis. Apakah salah ketika pemilik blog nyari sedikit upah untuk membeli iPhone 7—yang kabarnya akan rilis di tahun 2016—dengan jalan ‘menjual’ konten yang mereka buat? Kan pembaca tetep bisa membaca secara gratis, nggak perlu bayar loh.

Baca juga: Tips Desain Blog dari Blogger Profesional

Tapi ya masih aja ada yang nggak suka kalo konten yang awalnya mereka dapatkan secara gratis mulai disusupi oleh iklan. Padahal, yaudahlah kalo mereka emang laris dapet duit dari slot iklan yang mereka sediakan, kan artinya konten mereka emang bagus. Dan artinya bagi kita, konten mereka masih bisa kita dapatkan dengan gratis, nggak perlu bayar. Kalo mau bersaing secara sehat ya nggak perlu menyindir, tapi bikin konten tandingan. Mampu nggak?

Bagi lo yang emang simpatisan anti-iklan, nggak salah kok membenci iklan. Ya soalnya emang nyatanya masih aja ada blogger nakal menampilkan iklan yang nggak banget. Ya lo tau sendiri lah iklan jenis apa

Emang sih, ada layanan kek AdBlock yang bisa kita pake buat ngeblokir iklan. Tapi nggak selamanya iklan yang kita blokir itu tadi layak untuk kita blokir. Kenapa? Sebagai blogger budiman, gue tau kalo pembaca blog pasti lebih suka blog tanpa iklan. Tapi, masih ada kok iklan yang relevan ditampilin buat kita.

Image credit: https://adblockplus.org/

Tentu, akan lebih bijak kalo kita nggak secara serampangan make AdBlock dan memblokir seluruh iklan dari berbagai blog yang kita kunjungi. Soalnya gini, ada aja blog yang memang pantas kita blokir ketika konten iklan yang ditampilkan melebihi batas kewajaran. Gue lebih suka untuk me-nonaktifkan AdBlock buat blog yang emang gue suka. Kenapa? Karena gue tau, konten blog bisa hidup dari iklan yang mereka tampilkan. Sedangkan gue, nggak pantes egois terhadap nafsu gue yang cenderung seneng hal-hal gratis.

Baca juga: Yaudah Baca Buku Aja Dulu

Lo juga mesti tau, kalo iklan itu jenisnya macem-macem. Ada yang secara langsung menegaskan bahwa itu iklan, kek iklan banner tadi. Terus ada juga iklan yang nge-blend sama konten yang dibawakannya. Namanya native ads, dan sepengetahuan gue, bikin native ads apalagi job review buat ditampilkan di blog itu emang nggak gampang. Penulis perlu bikin riset dan nyari ide tentang apa yang akan diulas secara bertanggung jawab. Ngasih nilai plusnya pun nggak boleh overdosis. Soalnya ya dipikir lagi, kalo yang direview itu nggak jujur, bisa-bisa kredibilitas tulisan blog tersebut menurun dengan drastis. Ujung-ujungnya klien nggak mau ngasih kerjaan lagi sama pemilik blog tersebut. Repot kan? Pokoknya nggak segampang yang kalian bayangin, banyak yang dipertaruhkan loh. #TeamJobReview

Kalo boleh jujur, nggak ada alasan bagi kita terganggu dengan adanya iklan. Toh secara tidak langsung, kita semua pasti butuh iklan kok. Lagian nggak baik loh kalo punya hobi bikin rusuh peluang usaha orang lain. Salah satu cara agar mereka bisa membuat konten yang gratis ya dengan adanya iklan di konten blog yang mereka buat.

By the way, this is what I want to say: stop complaining and start something!




First image credit: pixabay.com
tips-desain-blog-jungjawa

“Everything is designed. Few things are designed well.” -Brian Reed
Apa kabar para blogger yang katanya profesional? Sudahkah menggunggah foto ke album Instagram kalian dengan caption yang warbiyasah? Perkenalkan, nama saya Paijo, cah ndeso yang beruntung bisa menuntut ilmu ke kota. Mencari pendidikan yang lebih baik dari yang ada di desa. Biar apa? Biar bisa dapet kerjaan bagus terus ongkang-ongkang di meja kantor sambil mimik kopi cantik.

Andaikata kamu sudah mengenal saya lebih dekat, kamu bakalan tau kalo saya itu orangnya ngumunan loh. Saya itu sering kagum sama orang-orang yang kerjaannya nulis di internet. Lha iya, soalnya saya itu kan mahasiswa, kalo kuliah ya sering dikasih tugas sama bapak atau ibu dosen biar makin pinter buat bikin makalah. Namanya juga cah ndeso baru tau internet, kalo lihat tulisan yang bagus dari penulis di internet itu ya rasanya emezing warbiyasah. Belakangan, saya baru tau kalo mereka yang nulis-nulis di internet itu namanya blogger. Terus, media buat nulis tadi namanya blog. Wah, kalo gitu saya juga mau dong jadi blogger, apalagi bisa dibayar. Mesti Sukiyem bangga banget nanti sama saya. Kayaknya ya enak banget gitu ya, nulis dibayar. Lha wong, saya yang masih mahasiswa ini nggak habis pikir, kenapa masih banyak mahasiswa yang nulis skripsi, tapi kok malah ndak dibayar. Kan ya nggak beda sama penulis yang dibayar tadi. Lha wong sama-sama nulis. Kan yo opo nggak aneh?

Saya sudah banyak membaca blog milik blogger yang katanya profesional tadi loh. Jujur, saya kesengsem banget sama konten yang ada disana, tata bahasanya bagus, diksinya enak, nggak kayak tulisan saya ini. Pembahasan blognya juga gurih kemripik seperti peyek. Wah, jadi inget peyek buatan Mbok Darmi yang ada di kampung, sudah lama tidak mendengar kabar beliau.

Selain kontennya yang saya suka, desain blog milik blogger yang katanya profesional tadi juga banyak yang bagus kok. Amburegul emesyu banget deh. Kalo kata anak gaul Jakarta ya,”Leh uga nih desain blognya. Saik dah. Hactep abis!”

Baca juga: Does Design Really Matter for Your Blog?

Itu semua karena saya punya temen yang katanya seorang blogger profesional. Dia yang ngajarin saya cara bikin blog loh. Menurut dia, bikin blog yang bagus itu emang susah. Lha kan saya yang cah ndeso ini emang ndak ngerti tho, ya saya manggut-manggut aja ngedengerin penjelasan teman saya yang satu ini. Biasa, wong ndeso itu gampang kagum kalo lihat apapun yang bagus, apalagi dijelasin sesuatu yang warbiyasah.

Mas bro ini pernah bilang, kalo mau bikin blog itu desainnya dari template dan template yang bagus di internet itu nyarinya susah banget. Pernah dia sudah nemu template bagus dan pas buat blognya, eh ternyata sudah dipake sama temen. Template itu dipake sama salah satu temen satu komunitas. Mas Bro ya gengsi dong kalo desainnya sama dengan desain blogger lain, kan jadinya terlalu pasaran. Ndak jadi blogger yang katanya profesional kalo gitu namanya. Wah, saya jadi kepikiran kalo nyari template bagus itu sama susahnya sama musim paceklik di desa. Biasanya, saya sama Ragil makan nasi gaplek aja sudah cukup. Lha ternyata ada yang lebih susah dari saya tho.

Suatu hari, saya pernah iseng nih nanya sama Mas Bro kayak gini,”Mas Bro desain blognya nggak dibagusin lagi tho? Kalo saya sudah bosen liatnya. Hehehe....”. Dasarnya saya yang keterlaluan, Mas Bro tentu pengen marah sama saya. Tapi ya biar menjaga nama baik blogger yang katanya profesional tadi, Mas Bro pasang wajah kalem aja sama saya. Tentu Mas Bro punya alasan yang bisa bikin saya berdecak kagum warbiyasah,”Lha kan konten gue sudah bagus. Bodo amat mau desainnya standar. Yang penting itu konten dan konten! Content is the King!”. Woh, kalimat terakhir yang pake bahasa Jawa itu bikin saya manggut-manggut. Ternyata Mas Bro ini selain blogger yang katanya profesional juga orang yang hobinya dolan pake motor RX King. Warbiyasah!

Pertanyaan saya tadi rasanya sungguh kurang ajar. Gimana nggak? Blogger pemula kayak saya ini ya nggak pantes tho kalo ngasih masukan sama blogger yang katanya profesional kayak Mas Bro itu. Mas Bro ini seperti ngajarin sesuatu sama saya, kita itu ndak boleh nyuruh yang punya blog buat bikin blog dengan desain yang bagus. Itu namanya penghakiman secara sepihak. Lagian mereka itu blogger katanya profesional loh. Jangan salah, pasti ada alasannya kalo blognya dibikin kayak gitu. Inget, blog mereka itu mulia banget dibandingkan blog milik saya yang masih pake blogsepotan. Mas Bro juga ngajarin saya kalo desain yang minimalis itu nggak enak dipandang, soalnya banyak banget ruang kosong. Ah jadi inget kata pak ustad, hal-hal yang sia-sia itu lebih baik ditinggalkan. Ya tho?
Saya juga harus mau menerima kenyataan, bahwa blogger yang katanya profesional itu ya cuman nulis. Tidak sebagaimana yang saya dambakan, ya nulis ya jadi desainer. Bagi Mas Bro, ngeblog ya nggak ada istilah bikin template, koding dan tetek bengek lainnya. Kita ndak perlu ngerti tentang HTML, CSS, Javascript dan lain sebagainya. Apalagi tentang estetika ilmu grafis, kayak bentuk huruf, warna, tata letak dan lainnya. Mas Bro juga pernah cerita kalo dia pernah nyoba ngutak-atik itu semua dan hasilnya diare dua hari dua malam. Ealah, kok bisa semengerikan itu ya? Bisa jadi kalo saya yang mainan itu semua malah masuk UGD. Duh, biyung!

Tapi saya pernah nyari-nyari template di situs luar negeri dan nemu template bagus. Terus saya bilang sama Mas Bro, ada template bagus loh. Eh Mas Bro malah bingung sama saya, katanya situs yang saya temukan tadi itu situs jasa bikin template. Namanya jasa ya pake duit, mereka itu garda terdepan pasukan desain grafis bukan desain gratis. Wah, ternyata walaupun menyandang predikat blogger yang katanya profesional, Mas Bro ini menjunjung tinggi prinsip irit. Kalo bisa ya terpaksa minta bikinin template sama temen, tapi gratis. Inget, hemat pangkal kaya. Saya cuman manggut-manggut walaupun sampai sekarang masih susah ngebedain antara hemat dan pelit.

Mas Bro juga pernah bilang, kalo tulisan di blog juga ndak perlu gede-gede banget. Kata Mas Bro, setiap browser punya fitur zoom-in dan zoom-out kan? Salah satu cara mengapresiasi developer yang udah bikin fitur itu ya bikin tulisan di blog kita jadi sangat kecil atau dibikin jadi gede banget. Pilih salah satu katanya. Konsisten. Kan kita mau mengapresiasi fitur yang udah dibikin susah-susah sama developer. Pembaca blog juga biar ngerti akan hal itu. Tenang aja, ini nggak menyulitkan mereka kok. Ternyata ada ya cara mengapresiasi yang kayak gitu. Paijo cah ndeso kayak saya ini ya kok baru tau hal yang kayak gitu.

Gambar-gambar di blog Mas Bro juga gede-gede. Pas saya tanya kok ndak dikecilin jadi 100KB gitu loh, eh Mas Bro bilang biar kualitasnya itu tetap terjaga. Ukurannya harus besar, jadi paling nggak ya 2MB lah per gambar. Kan biar detil gitu. Maknyus! Peduli amat sama mereka yang kuota internetnya terbatas, toh sekarang kan harga paket data itu murah. Lha wong saya aja bisa beli kuota internet. Berarti kan internet sudah merakyat. Yeah!

Baca juga: Wajib Ngerti: Nyantumin Foto Buat Blog Lo

Pernah suatu hari ada yang mengomentari desain blognya Mas Bro di kolom komentar. Wah, langsung dibalas sama Mas Bro dan dijelasin kalo dia nggak perlu capek-capek buang waktu buat ke blognya Mas Bro yang katanya profesional. Salah siapa? Ya salah dia. Apalagi katanya dia nggak ngerti navigasi blognya Mas Bro, wah dasar gaptek. Wong cah ndeso kayak saya aja ngerti kok gimana navigasinya, ya walaupun harus memahaminya dalam waktu dua tahun. Itu namanya belajar!


Image source: pixabay.com

Good Ideas. Great Stories.

Feel free if you want to send an email to me and ask anything, or just to say hello!

hello@jungjawa.com

Copyright © jungjawa 2022