Mengasah Otak, Membunuh Hoax



Sosial media bagaikan dua sisi mata uang. Memberikan kemudahan atau bahkan sebaliknya, memberikan sisi lain yang justru sangat menyebalkan, viralitas artikel hoax.

Saya sering geli sendiri ketika membaca sebuah post yang bahkan dari judul saja sudah sangat tendensius dan bersemangat sekali untuk memojokkan pihak lain. Konyolnya, masih banyak sekali yang percaya akan berita hoax tersebut. Termasuk teman saya sendiri. Duh dek!

Penalaran logika yang sering tidak masuk akal hingga saya geleng-geleng kepala. Bahkan saya sampai menelusuri berbagai komentar yang nyempil di bagian bawahnya untuk mempelajari wabah ini. Ya dari Twitter, Facebook maupun Instagram.

Baca juga: Telegram, Terorisme dan Pro Kontra Pemblokiran, Salah Siapa?

Di kolom komentar tersebut banyak sekali kata-kata kutukan hingga berbagai panorama kebun binatang, bisa kita jumpai dengan mudah. Seru sekali. Kadang, saya kemingkelen ketika harus berjumpa dengan logical fallacy yang terjadi.

Ketika sebuah berita muncul dengan nada kontroversi, baik secara tersirat maupun tersurat, maka tinggal menunggu hitungan jam untuk menjadikannya viral. Sayangnya, kontroversi yang ada tidak disikapi secara skeptis oleh audiens (inilah cikal bakal viralitas). Parahnya, masih banyak yang justru membagikan status maupun twit tersebut tanpa berpikir terlebih dahulu.

Istilah hoax dimulai sejak abad ke-18 yang justru sering dipakai di era digital sekarang ini. Sekali lagi...

Lucu? Memang.

Viskositas internat yang cenderung rendah mampu membuat berita, artikel, opini maupun status-mantan-pacar-kamu bisa menyebar dengan sangat mudah. But, kecepatan menyebarnya artikel tersebut tidak dibarengi dengan kecepatan berpikir dan kemauan untuk melakukan verifikasi kebenarannya.

"Ya ngapain diverifikasi, tunggu sampai ada yang menyanggah aja lah ya, ngapain gue repot-repot"

Hahaha... sebuah pemikiran konyol memang. Sehingga, bimsalabim semua berita hoax akan laris manis layaknya kacang goreng. Pembuat berita pun merasa senang. Apalagi berita hoax yang berada menggunakan kepercayaan sebagai genre utama untuk ditabuh.

Lucu? Memang.

Manusia dibuat seolah-olah tidak memiliki otak. Sebentar, terlalu kasar jika menyebut mereka adalah manusia tak berotak. Lebih baik jika kita sebut dengan manusia yang mengalami degenerasi otak. Lebih halus, bukan?

How to deal with it?

Bahaya dari hoax adalah menurunnya fungsi otak. Ya karena organ tubuh yang jarang dipakai akan mengalami penurunan fungsi dan pada akhirnya tidak bisa dipakai lagi. Mengerikan? Enggak ah, biasa saja kok.

Otak kita akan semakin mengkerut apabila jarang digunakan. Tapi, jika kita menggunakannya untuk hal-hal yang lebih baik seperti melakukan verifikasi berita dan tidak hanya bersumber dari satu channel saja, niscaya otak kita semakin terasah.

Baca juga: Ketika Media Sosial Melahirkan Penulis Handal
Pun dengan memiliki tendensi negatif akan sebuah portal berita bukan merupakan solusi. Contohnya? Beberapa orang menganggap bahwa KompusTV, BIBICI, SI EN EN dan MitrovTV adalah antek aseng yang tak pantas dipercaya.

Well, tidak sepenuhnya salah dan juga tidak sepenuhnya benar. Menjadi judgemental dan menilai hanya dari luarnya saja. Lebih baik bersikap objektif untuk menghadapi portal-portal yang notabene hanya bermodalkan blogspot dan pengalihan domain menjadi .com seperti jungjawa.com ini. Hayoloh...!

Hanya dengan dana sebesar 200 ribu saja portal hoax bisa dengan mudah dibuat. Sedikit template untuk mempercantik tampilan dan pemilihan nama domain yang 'terlihat' dapat dipercaya, maka hoax akan dengan mudah disebarkan. Audiens tidak mungkin memeriksa whois, registrar dan hal lainnya. Mereka tidak mungkin sepintar itu.

Baca juga: Yaudah Baca Buku Aja Dulu

Kenapa? Karena (sekali lagi) mereka adalah orang-orang yang mengalami (tadi kita sudah sebut dengan) degenerasi otak.

What should we do?

Berusaha menjadi pintar adalah pilihan bijak. Well, bukan hanya berusaha hingga sok-sokan menjadi keminter yang keblinger. Bukan, bukan itu maksud saya.

Menjadi pintar adalah pilihan ketika bodoh adalah keharusan karena kondisi diri yang masih belum sadar. Belajar untuk tidak terlihat keminter itu sulit loh guys.

Bijaklah menggunakan jempol digital milikmu!
Cara paling cepat untuk mengatasi berita hoax adalah berhenti melakukan klik terhadap portal-portal berita tendenius disertai judul yang kontroversi-yang-ternyata-situsnya-banyak-iklannya.

Akhir kata, izinkan saya untuk mengutip TED Talk dari Sally Khon yang berjudul Don't like clickbait? Don't click:

"Don't engage with news that looks like it just wants to make you mad. Instead, give your precious clicks to the news sites you truly trust." — Sally Kohn

Komentar

  1. Seharian ini aku dapet broadcast di banyak grup tentang permen berbentuk sapi. Kali Mas Jung dapet juga ya.. Udah ada klarifikasi jg padahal, kalo itu hoax. Tapi tetep aja masih pada ribut. Iya sih, waspada memang sangat perlu. Tapi... Hmmm... Ga tau lah. Bener kata mas Jung, belajar untuk tidak terlihat keminter itu sulit.

    BalasHapus
  2. Sekarang tulisan fitnah dan hoax menjadi bisnis menggiurkan mas. Dan mereka yang menyebarkan di sosial media itu dengan suka rela, selama tulisan tersebut sreg dengan hatinya. Sekalinya ditanya tentang kebenarannya, jawabannya simpel "saya cuma nyebar, kalau nggak suka ya nggak usah dibaca"

    Kan paet, orang seperti itu mungkin lupa kalau manusia itu dianugerahi otak :-D

    BalasHapus
  3. Dilihat saja fakta atau argumen yg ada..
    Kalau kemah dan asal-asalan y berarti hoax..

    Dan hal tersebut bisa dipakai untuk memberi tahu teman kita jika ada yg memercayainya..

    BalasHapus
  4. Detik yang sekarang paling menyebalkan tuh. Udah beritanya bawa-bawa fisik mulu, isinya nggak jelas pula.

    Tukang tambal ban cantik ini blablabla. Bule tampan ini jadi tukang ojek. Segitunya amat. Emang orang cantik nggak boleh nambel ban? Emang bule nggak boleh ngojek? :))

    Akhirnya kalau nemu judul-judul yang kayak gitu lagi, gue nggak akan pernah mengekliknya. Yuhu~

    BalasHapus
  5. Wah gilak.. jaman sekarang banyak banget tersebar hoax...
    Musti cerdas menanggapi dan memiliah-milah informasi yang didapat. Bener-bener harus cari tau dulu seblum mulai bicara seseuatu :( Mengerikan.

    BalasHapus
  6. Hoax hoax bergembiiiira bergembira semuaaaa ~~~
    *Kemudian kena tuntut penistaan lagu nasional*

    BalasHapus
  7. Makanya, “putar otak” itu benar-benar harus dilakukan.. heuuh.. mblenger aku mas.

    BalasHapus

Posting Komentar

Popular Post

Yuk Kenalan dengan Berbagai Jenis Power Plant yang Ada di Indonesia

Pengalaman Pengembalian Dana (Refund) Tiket Pesawat di Traveloka

LOGO BARU PIZZA HUT