Mana Disclosure Blogmu?

ternyata disclosure blog itu penting


Membangun sebuah blog bukan hanya perkara hal-hal teknis atau bermodalkan sebuah artikel yang viral lantas kemudian mendulang dollar Adsense. Tidak. Namun, ada faktor penting yang seringkali tidak disadari. Padahal hal ini adalah aspek fundamental.

Ah, mbelgedes.. Tulisan pembukaan yang terlalu muluk-muluk. Siapa yang peduli dengan konten sebuah blog? Mengapa harus memikirkan pembaca apabila dengan menulis pun tidak ada yang akan protes.

Banyak pernyataan yang ujung-ujungnya menimbulkan pertanyaan. Kalau sebuah blog sebegitu populernya, sehingga menerima endorse visual seperti anak-anak Instagram kekinian, apa yang harus dilakukan?

Beberapa waktu yang lalu, Den Bagus Ilham bertanya kepada saya:

“Wahai baginda, sudikah kiranya Anda pergi menuju negeri api?”
“Buat apa?”
“Isteri saya lagi ngidam tahu bulat enyoy-enyoy”

Woalah, Ham. Pancen bathuk mu kui lagi sempal.

*** 

Ilham bertanya tentang Disclosure
Sebuah jawaban yang membuat saya merasa sayentifik


Jadi begini, sebuah blog yang cukup populer bisa saja mendapatkan ikatan kerja sama dengan pihak ketiga. Apa parameter populer tadi? Banyak sekali. Umumnya ada dua, populer di mata search engine dan populer dengan banyak pembaca setia. Setia, selingkuh tiada akhir. Hassshembuh.

Ketika sebuah blog memiliki kerja sama dengan pihak ketiga. Katakanlah ia membuat sebuah blog post yang pada dasarnya adalah sebuah iklan native, maka secara tidak langsung pembaca akan disuguhi oleh promosi sebuah produk.

Karena banyaknya pihak ketiga yang ingin beriklan di blog tersebut, maka akan ada banyak sekali artikel promosi. Nah, bentuknya bisa bermacam-macam. Salah satunya adalah native ads tadi. Bisa berupa job review, content placement atau (walaupun jarang sekali sih) banner ads.

Seringkali, hal-hal yang berbau promosi pasti manis-manisnya aja dong, kayak harga teman gitu. Hehehe…

Baca juga: Harga Teman: Kayak Ada Manis-manisnya Gitu

Nah, dengan adanya disclosure, maka pembaca akan mengerti sejak dari awal membaca sebuah artikel beriklan di dalamnya. Loh, apa itu disclosure?

Gini ndoro...

Kalau kalian pernah membaca beberapa blog post jungjawa.com, maka kalian akan menemukan beberapa artikel yang diawali dengan “Artikel ini disponsori oleh blablabla sebuah produk blablabla…”, itulah yang dinamakan pemberitahuan awal bahwa pembaca akan menyimak sebuah konten promosi.

Disclosure setiap sponsored post jungjawa.com


Pembaca jadi tidak merasa tertipu. Saya sudah membuat pernyataan di awal bahwa artikel yang akan dibaca berisi iklan. Sehingga, saya akan membahas produk tersebut dengan sejujurnya berdasarkan opini pribadi dan mungkin saja (walaupun jarang sekali) ditambahkan sedikit pemanis. Begitu.

Apakah sebuah disclosure itu penting?

Ya. Saya tekankan sekali lagi, ya. Sebuah halaman disclosure pun kalau bisa dibuat untuk berbagai kepentingan dan sebagai etika terhadap blog yang kita kelola.

Jika kamu merasa sebuah disclosure sederhana yang bisa dibuat berdasarkan tag blog saja itu ribet, cobalah mengerti pembacamu. Sedikit saja. Bagaimana bisa mereka terima begitu saja bahwa artikel yang mereka baca adalah konten promosi.

Mungkin saja (walaupun tidak semua) ada yang merasa tertipu membaca konten promosi. Alih-alih senang, akan ada banyak pembaca yang kurang menyukai iklan. That's definitely true.

Lagi-lagi ini hanya perkara pantas atau tidak. Itu saja.  

Mengapa halaman disclosure bisa penting?

Sebenarnya tidak ada keharusan dalam membuat sebuah pernyataan seperti itu. Hanya saja, alangkah baiknya jika kita buat sejak awal. Boleh dikatakan, ini adalah itikad baik dari sang pemilik artikel tentang etika promosi untuk tidak membohongi pembaca.

Halaman tentang iklan di jungjawa.com. Kalian bisa membacanya di sini


Terdapat banyak sekali strategi pemasaran, baik secara hard selling maupun soft selling. Semua itu bisa kita lakukan, namun jika dengan promosi tersebut, pembaca merasa terganggu. Itu akan lain cerita.

Menyatakan bahwa ada kerjasama atas artikel yang dibuat. Pembaca tidak salah paham ketika sesekali ada produk yang kita review atau promosikan. Disclosure penting untuk menuju level profesional dan bagus sekali untuk etika sebagai seorang opinion leader, influencer atau buzzer, you named it.

Bagaimana jika tanpa disclosure?

Boleh saja sih. Enggak masalah sebenarnya. Tapi saya ingin memberikan alasan lain yang bisa saja membuat kamu berpikir kembali.

Bagaimana jika Google memberikan sebuah nilai buruk untuk blog yang seringkali membohongi pembaca dengan konten sponsor di dalamnya? Oke, kalau blog kamu enggak membutuhkan traffic dari search engine, so far enggak masalah.

Ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh Google terkait blog yang tidak memenuhi ekosistem yang dimilikinya. Bisa saja blog kita mengalami deindex, dimana merupakan sebuah tindakan dari Google untuk menurunkan ranking blog tersebut di beberapa keyword atau sampai menghapus blog tersebut dari hasil pencarian. Whoops!

Mengerikan? Yup. Deindex dan spam adalah dua modal utama untuk menghilang dari hasil pencarian. Maka dari itu, halaman disclosure saya rasa sangat penting untuk dibuat.

Sederhana saja, balik lagi ke diri kita jika sebagai pembaca. Apakah akan merasa senang jika diberikan konten eh yang ternyata di ujungnya merupakan iklan. Kan bisa jadi KZL BAT GW.

Akhir kata, saya hanya ingin job review semakin banyak untuk kita semua. Alangkah baiknya dengan makin larisnya blog yang kita miliki, pembaca juga ikut kita perhatikan. Tanpa adanya pembaca, blog kita mungkin tidak akan bisa sebesar ini.

Sudah ya, saya mau beli tahu bulat enyoy-enyoy dulu.

Komentar

  1. Penting dong disclosure, biar pembaca tahu kalo konten ini berbayar dan juga sebagai pemberitahuan jika ada komplen ya langsung ke brand :D
    Sudah semestinya memang ada page disclosure apalagi untuk yang sering terima job.

    Enak gitu tahu bulat? Lebih enak tahu bakso ah *halaah :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mak, seringkali sponsored post kan dapat komplain. Nah, fungsinya juga sabagai perantara untuk brand juga.

      Ah Mak Ran, lebih enak bakso yang dibayarin kok *kodekode*

      Hapus
  2. blogku belum ada iklan sedikitpun meski ada juga beberapa tawaran, gak tau kenapa kayaknya masih belum bisa nulis begituan, hihi
    tapi lain waktu ada rencana
    baru tau juga ada deindeks blog gara2 beginian,
    ulasan menarik mas
    salam kenal
    salam kenal

    BalasHapus
  3. Berarti harus dikasih tau dari awal kalau itu tulisan berbayar gitu? Hm. Rasanya kok jujur banget. Aneh buat gue jadinya. Hahaha.

    Gue pikir, sebagian pembaca ada yang memaklumi, karena seorang bloger kan ada yang hidup dari tulisannya. Tapi bener juga tuh, emang ada pembaca yang kesel (gue sendiri pernah) kalau itu tulisan buat lomba atau berbayar. Cuma sekarang udah ngerasa itu hal yang wajar.

    Oke, mau coba tambahin di laman disclaimer. Jadi disclaimer and disclosure. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Enggak juga sih Yog. Kan balik lagi ke yang punya blog. Sebisa mungkin kan ngasih tau pembaca kalo mereka akan mendapatkan konten berbayar. Nah, saya pikir pembaca perlu tahu itu semua. Walaupun yah... terkesan terlalu jujur sih memang.

      Hapus
  4. Aku merasa makjleb hwaaaa aku merasa kotor, aku pembohong. Hwaaaaa. :'(

    Terima kasih, Kak Jung, mencerahkan sekali pagi-pagi baca ginian.

    BalasHapus
  5. jadi sebenarnya mendingan mana, dikasih tau ke pembaca kalo artikel itu berbayar atau membuat konten berbayar tapi dibaca nyaman aja sama si pembaca? Piye mas? :D

    BalasHapus
  6. Wah mantab nih informasinya, cocok buat aku yang masih newbie di dunia blogging!..
    Makasih kaka!

    BalasHapus

Posting Komentar

Popular Post

Yuk Kenalan dengan Berbagai Jenis Power Plant yang Ada di Indonesia

Pengalaman Pengembalian Dana (Refund) Tiket Pesawat di Traveloka

LOGO BARU PIZZA HUT