Attack on Titan: Ketakutan, Ketidakpastian dan Harapan


If you win, you live. If you lose, you die. If you don’t fight, you can’t win! - Eren Yaeger
Entah bagaimana rasanya hidup selama 100 tahun di dalam sebuah dinding raksasa yang sekalipun kita tidak pernah keluar melewatinya. Sungguh sial, hal tersebut tidak bisa dibayangkan oleh nalar dan akal pikir manusia biasa.

Mungkin kita sudah terbayangkan bagaimana The Maze Runner menyajikan nuansa post-apocalyptic dalam trilogi dystopian-nya. Trilogi sains-fiksi yang ditulis oleh James Dashner tersebut memiliki sedikit kemiripan dengan Shingeki No Kyojin.

Ya, saya ingin membahas tiga hal sekaligus dalam artikel ini. Anime, manga dan film dari Shingeki No Kyojin atau Attack on Titan. Mengapa? Karena alur cerita anime ini sungguh disajikan dengan cara yang sedikit berbeda. Mari kita bahas satu per satu.

Seperti yang saya katakan di atas. Apakah kita bisa bertahan jika dikurung atau diisolasi dalam suatu lingkungan. Rasa penasaran yang bergejolak akan menjadi sebuah masalah jika tidak segera dituntaskan. Ya, dahaga akan rasa ingin tahu.

Eren Yaeger, tokoh utama Attack on Titan mengingatkan saya kepada Jaeger Pacific Rim besutan Guillermo del Toro. Kata Jaeger diambil dari bahasa Jerman yang berarti jagoan. Wajar, jika kita melihat cerita tentang umat manusia yang diambang kepunahan, adalah pantas menyebut juru selamat menjadi seorang jagoan.

gipsy-danger-pacific-rim
Yha! Gipsy yha! - via pacificrim.wikia.com


Pokok permasalahan utama dari Attack on Titan adalah Titan. Ya, raksasa tanpa pakaian dengan berbagai kelas yang entah bagaimana muncul tidak jelas dan berusaha untuk membunuh setiap manusia demi kesenangan mereka.

Ya, membunuh adalah kesenangan bagi Titan. Mereka tidak membunuh manusia sebagai kebutuhan akan bahan makanan. Hal inilah yang masih menjadi misteri. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa Titan muncul untuk memusnahkan umat manusia.

We lived in fear of the titans

Konflik utama yang menyebabkan manusia kesulitan menghadapi Titan adalah rasa takut. Ya, takut akan kematian dan meninggalkan seluruh orang yang mereka cintai. Seperti Eren yang kehilangan ibunya dan terbunuh oleh Titan Smile.

Pemain Attack on Titan (Anime) - via Alphacoders


Bayangan kematian menghinggapi seluruh umat manusia yang berada di dalam dinding. Baik itu tentara, pihak kerajaan maupun warga biasa. Resiko paling besar tentu diemban oleh para tentara terutama mereka yang bergabung bersama Scout Legion.

Mengapa pihak tentara kesulitan untuk membunuh Titan? Hal ini bukanlah persoalan mudah, bukan perkara ukuran mereka yang besar, melainkan kemampuan regenerasi yang memuakkan dan sangat menyebalkan. Satu-satunya kelemahan Titan adalah daging pada bagian tengkuk leher yang harus dipotong hingga ke dalam syaraf tulang belakang.

Belum lagi, munculnya Titan Shifter seperti Eren, Berthold dan Reinner yang membuat kecemasan dan ketakutan berkecamuk menjadi satu. Gejolak pemerintahan dan tentara yang pengecut juga menjadi penyebab kekalahan utama umat manusia ketika melawan Titan.

Ketakutan akan kekalahan, kematian dan hilangnya harapan selalu menyelimuti. Bahkan, dinding suci yang dibangun setinggi 50 meter pun tak menjamin rasa takut itu hilang. Ya, semuanya penuh dengan ketidakpastian.

Berbagai permasalahan yang ada di serial, komik maupun live action Attack on Titan seolah adalah representasi dunia nyata yang saat ini sedang kita hadapi. Ketakutan akan perang saudara, perbedaan ideologi, ras dan agama yang menjadikan setiap manusia tidak pernah bersatu.

Kedamaian yang diimpikan hanyalah utopia bertabur kegagalan. Terbunuhnya orang-orang terdekat pun akan selalu menjadi bayang-bayang ketika menghadapi masalah. Ya, masalah terbesar adalah Titan yang muncul dari ego manusia.

Ketidakpastian

Dinding yang dibangun setinggi 50 meter seolah-olah memberikan rasa aman. Namun, rasa aman adalah ketidakpastian dalam Attack on Titan. Apalagi setelah jebolnya dinding Maria, manusia semakin dihinggapi oleh rasa takut yang amat sangat hebat.

Melihat bagaimana para titan memusnahkan sebagian besar populasi manusia membuat saya berpikir lebih jauh tentang kenyataan dalam hidup. Ancaman yang sudah pasti ada. Tidak dapat dielakkan lagi.

Namun, kepastian yang ada adalah ketidakpastian itu sendiri. Attack on Titan seolah memberikan saya petunjuk dalam berpikir. Tentang bagaimana berpikir tidak hanya satu atau dua langkah ke depan. Kalau bisa, 100 langkah ke depan sudah dipikirkan lebih jauh. Ya, karakter Armin yang mengajarkan saya akan hal ini.

armin-attack-on-titan
Yeay! Armin Arlert - via fanpop.com


Ya, SNK atau Attack on Titan bisa menjadi alternatif lain pelipur anime selain aliran yang sudah mainstream seperti OP dan Bleach. Atau boleh juga ke One Punch Man. Karakter si botak yang mengesalkan.

Header image credit: screenrant.com

Komentar

  1. Kalimat terakhirnya diketik dengan penuh kebencian kayaknya, Njung. Bahahaha.

    Kita hidup dalam ketakutan~ Kalau misalnya ketakutan yang gini nih, udah punya pacar misalnya trus udah lama pacarannya (yang diibaratkan tahun berpacarannya itu adalah dinding suci), tapi masih takut hubungan itu akan berakhir, itu bisa di-relate-in sama Attack On Titan nggak, Njung? Huehehehe.

    BalasHapus
  2. Kedamaian yang diimpikan hanyalah utopia bertabur kegagalan. Ahahaha, nampaknya memang, iya!



    Annie Leonhart

    BalasHapus
  3. Attack on Titan yang versi movie juga keren itu. ngeri kalau mbayangin ada raksasa telanjang pada mbantai manusia gitu

    BalasHapus
  4. Kok langsung penasaran gini sama anime-nya. Sejauh ini cuma ngikutin One Piece, sih. Wqwq.

    Iya, satu-satunya yang nggak pasti emang ketidakpastian. Tapi kalau sesuatu hal menjadi pasti, kita jadi nggak berjuang dengan keras terus nggak tau rasanya kecewa karena gagal untuk sesuatu itu dong?

    BalasHapus

Posting Komentar

Popular Post

Yuk Kenalan dengan Berbagai Jenis Power Plant yang Ada di Indonesia

Pengalaman Pengembalian Dana (Refund) Tiket Pesawat di Traveloka

FONT UNTUK NUANSA RAMADHAN DAN IDUL FITRI