Lebaran dan Orang-orang yang Ingin Segera Putih

lebaran-segera-putih

Lebaran
Bagi saya, lebaran adalah momen yang tepat untuk menggemukkan dan menambah berat badan. Rasanya cukup sulit sekali bagi saya untuk menaikkan skala timbangan berat badan. Ya mau gimana lagi, jauh merantau di pulau seberang mengajarkan saya hidup sehat dan tidak berlebih-lebihan dalam mengkonsumsi makanan. Gaya hidup hemat dan sehat adalah manifestasi perlawanan terhadap tingginya konsumerisme atas kapital asing.

Alah ngomong wae pelit!

Lebaran adalah peluang terbesar untuk menggemukkan diri dan menambah kadar kolesterol dalam darah. Siapa yang tidak rindu opor ayam buatan ibumu? Siapa yang tidak rindu ketika nenek menawarkan soto ayam yang sungguh gurih sekali. Sebagai cucu, kurang ajar betul jika saya menolaknya.

Opor ayam via cosmopolitanfm.com
Sesungguhnya, momen lebaran adalah kerinduan akan pesta makan-makan yang membuat perut kenyang. Bagaimana tidak kenyang? Berbagai camilan sederhana yang kalorinya nggak sesederhana cara makannya tersaji dengan tersistematis.

Siapa yang sadar jika gerombolan nastar menyerang mata kita sejak pandangan pertama? Sejenak kemudian pasukan nastar sudah digeremus oleh gigi-gigi yang lapar akan kalori. Belum selesai berurusan dengan nastar, tawuran dengan kastangel pun tak dapat dihindari. Merasa sudah aman? Serangan terakhir dari cabe-cabean bernama putri salju mulai menggoda hasrat dan iman kita yang gemesh.

Serangan demi serangan dari berbagai jenis makanan ringan tersebut disajikan dengan khusnul khotimah bagi siapapun yang melahapnya. Tanpa harus mempedulikan lagi lingkar perut yang ingin segera tobat maupun berat badan yang semakin maksiat. Penting enak! Gratis! Lahap sampai habis!

Puasa ramadan yang menurunkan berat badan untuk sebagian orang membuat hukum pesta makan pada saat lebaran menjadi fardu ain. Apapun makanan yang masuk ke dalam perut tidak perlu di filter lagi. Mbok kiro Instagram, ndes!

Mengamalkan ajaran das wareg das weteng lebih utama daripada anjuran kesehatan dari dokter gizi. Lebaran adalah hari yang paling afdol untuk menyantap makanan dan memuaskan hasrat yang terpendam selama satu bulan penuh.

Biasanya, setelah makan besar, seluruh anggota keluarga yang berkumpul selalu memiliki waktu untuk saling bercerita. Entah tentang pekerjaan yang belum juga didapatkan maupun tentang perjalanan mudiknya yang terlewat sedih jika harus didengarkan berulangkali. Siapa yang memiliki derita perjalanan mudik terberat dianggap paling hebat dan paling pantas untuk dikagumi.

"Kemarin saya macet, 2 hari 2 malam. Gile, pusing bener!"

Sungguh aneh bin ajaib. Kesulitan yang didapatkan kok ya malah dibangga-banggakan. Saya sendiri sering tertawa cekikikan kalau mendengarnya. Sudah hidup jadi wong cilik dan susah kok ya bangga atas kesusahan yang didapatkan. Duh gusti, paringono sabar.

Lebaran juga tidak luput dari orang-orang yang ingin terlihat putih. Baik secara jasmani dan rohani, kita menginginkan diri menjadi lebih putih lagi. Mulai dari sandang yang dibuat serba putih dan broadcast minta maaf yang tak seputih susu dan sebening air. Mungkin saja yang bilang nggak seputih susu dan sebening air kurang menikmati secangkir kopi. Mungkin loh ya. Memangnya saya peramal, bisa tahu segala hal?

Jika putih identik dengan suci dan bersih, apakah pantas mengatakan kopi demikian hina dengan rasa pahit karena warnanya yang hitam pekat? Mungkin nikmatnya hitam dan pahitnya rasa kopi itulah yang membuat kita memahami arti putih dan bening.

Ah apa iya?

Tradisi lebaran kerap dijadikan pagelaran seni harta. Siapa yang sukses selama setahun terakhir dan kabar mengagumkan apa yang didapat. Pameran rupa-rupa kehidupan dunia untuk masa depan yang lebih baik.

Wajar saja, sebab menampilkan diri dari sudut pandang yang terbaik adalah sifat dasar manusia yang butuh eksistensi dan pengakuan diri. Lebih utama daripada merapatkan barisan shalat. Salam-salam yang kikuk harus dilakukan dengan cara meminta maaf yang terlihat sungguh-sunggu. Padahal ya baru pertama bertemu kok ya udah minta maaf saja. Mantan, kapan minta maaf? Kan sedih :(

Lebih-lebih ketika saling berkunjung dan berkumpul. Lantaran tidak saling kenal, membuka gawai adalah pilihan yang bijak daripada saling tegur sapa untuk berkenalan. Mirip-mirip mati gaya ketika ditanya pertanyaan tentang pernikahan yang menjadi template utama tradisi lebaran.

Mbok ya paham sedikit. Jomblowan dan jomblowati yang ditanya kapan nikah itu bukannya nggak mau nikah. Tapi ya mohon dicarikan. Justru mahasiswa KKN seperti Ilham Bachtiar yang mau bikin kuliah-kerja-nikah-tapi-kok-nggak-dapet-dapet itu yang harus lebih dikasihani.

Momen lebaran menjadi semakin indah dan damai dengan mekarnya senyum dari jomblowan dan jomblowati. Selain itu, taraf kebahagiaan secara tidak langsung akan memutihkan jiwa dan mencerahkan senyum.

Kita tidak bisa memaknai putih tanpa adanya hitam yang ada dalam diri. Kita paling malas menghitamkan diri dan lebih memilih menjadi putih. Meskipun putih itu kualitas KW 3 pun tak masalah. Yang penting tidak terlihat hitam.

Gemar mengkotak-kotakkan warna tentang baik dan buruk adalah sesuatu yang wajar. Namun, menjadikannya suatu pandangan negatif dan tak patut dicontoh sehingga wajar untuk dihina adalah kasus yang berbeda. Sebab, bagaimana menjadi baik jika tidak mau mengkoreksi diri? Munafik jika harus membenci hitam sebenci-bencinya dan posesif dengan putih.

Lebaran dan momen untuk mereka yang ingin terlihat putih akan selalu ada. Tapi, ya mau gimana lagi, seringkali warna putih terlihat lebih menarik. Presepsi setiap orang berbeda-beda, itulah yang membuat hidup menjadi lebih indah. Mau segera putih kok ya masih seneng rasan-rasan, kan gimana ya.

Pokoknya gini, lebaran dan warna-warna yang menyertainya itu selalu indah untuk diperbincangkan. Bahkan dijadikan guyonan dan diperkosa menjadi sebuah broadcast minta maaf, itu sudah wajar. Tradisi lebaran yang gurih seperti soto ayam dan tentu lezat seperti nastar adalah momen yang dirindukan setiap tahunnya.

Sudah dulu ya, sepiring opor ayam sudah dihidangkan oleh ibu. Saya ingin menyantapnya.




Header image credit: https://gudeg.net

Komentar

  1. !!!!!


    Selamat Idulfitri, anw.


    Apasih ini kok nggak jelas komennya. Ya intinya setuju sih

    BalasHapus
  2. Saya penggemar opor ayam buatan mama begitupun kopi.

    Mbok yo di hari lebaran ini nggak usah ada yang dikotak-kotakan. Karena bentuk ketupat juga nggak kotak. Biarkan nastar, kastengel dan putri salju merosot indah ke perut yang semakin bulat dan biarkan baju putih hanya baju yang berwarna putih.

    minal aidzin wal faidzin, btw.

    BalasHapus
  3. ulun #NastarGarisKeras tapi kenapa tahun ini kd ketemu nastar yo :'(

    Kebanyakan orang mau jadi keliatan bersih banar pas lebaran bang hihi
    Padahal yang hitam kayak kopi kada pasti pahit, kayak ulun ni hitam manis :v

    Minal aidzin wal faidzin bang arifff

    BalasHapus
  4. Aku naik 3 kilo selama 10 ahri di rumah. Sekarang balik jadi anak kos :-D hahahhahha

    BalasHapus
  5. Tiada yang lebih menyesakkan ketika lebaran datang ke tempat sodara, ditanya "Kapan nikah? / calonnya mana?" rasanya getir, rasanya nelangsa, rasanya marah, rasanya pengin aku ganyang itu toples nastar, rasanya ingin aku bantai seluruh isi kaleng wafer nissin. Mbok ya dicarikan toh ya, jangan cuma ditanya. Syukur-syukur ada anak gadisnya yang sudah siap menikah muda hahaha

    Selamat menikah, eh selamat menikmati hidangan yang disediakan *lah kok jadi kayak hajatan* -__-
    Selamat hari raya idul fitri bang jung X)
    Peace yoo broo, damai kita...

    BalasHapus
  6. Paling bersyukur datang ke rumah yg dari Padang, asyikkkk sate padang gratisan :"D

    Justru mahasiswa KKN seperti Ilham Bachtiar yang mau bikin kuliah-kerja-nikah-tapi-kok-nggak-dapet-dapet itu yang harus lebih dikasihani.

    Lol :(

    BalasHapus
  7. Paling bersyukur datang ke rumah yg dari Padang, asyikkkk sate padang gratisan :"D

    Justru mahasiswa KKN seperti Ilham Bachtiar yang mau bikin kuliah-kerja-nikah-tapi-kok-nggak-dapet-dapet itu yang harus lebih dikasihani.

    Lol :(

    BalasHapus
  8. Mohon maag lahir dan batin ya, duh kalau idul fitri alhamdulillah berat badan saya tetap stabil kok dan tidak naik mendadak, ahi hi hi.

    BalasHapus
  9. Selamat lebaran, bang!

    Wah begitulah sifat dasar manusia yg selalu ingin terlihat baik. Walaupun harus KW. Hehe

    BalasHapus
  10. Jangan buru2 nikah :))) nyari uang dulu seng enak nanti nikah.. pada kebelet aja itu yang masih kuliah -___- dikira pegimana kali itu nikah ya --"

    Met idul fitri, jangan ilangin tren sesaat sebening air karena habis itu gontok2an dimulai kembali. dinikmati alurnya saja ^^

    BalasHapus
  11. Wah... diriku ngeliatin gambar paling atas semacam masjid jamek di new delhi. Wah wah langsung terkenang

    BalasHapus
  12. Ketupat kare ku dah mateng. Mau?
    Met idul Fitri,Jung.

    BalasHapus
  13. Cuma pengen kasih pesen "Jung, kadang cara agar kita tetep merasa bahagia adalah menertawakan kesialan"
    Wes ngono wae komenku 😃

    BalasHapus

Posting Komentar

Popular Post

Yuk Kenalan dengan Berbagai Jenis Power Plant yang Ada di Indonesia

Pengalaman Pengembalian Dana (Refund) Tiket Pesawat di Traveloka

LOGO BARU PIZZA HUT