Buat kalian yang sering blogwalking, pasti udah paham banget ya, gimana caranya berkomentar. Entah itu isi komentar maupun etika berkomentar saat blogwalking itu sendiri. Di sini, saya akan memberikan opini dan sedikit saran ketika memberikan komentar untuk blog yang sedang dikunjungi. Ya, sejauh yang saya tau dan pandangan awam banget. Kalo ada salah ya, monggo, bisa dibetulin dikit-dikit lewat kolom komentar ya.
Oh iya, sebelumnya, artikel ini murni opini pribadi. Tentu dengan sumber tertentu yang saya baca dan coba pahami. Artikel ini ndak disetting buat SEO banget. Jadi, ndak bakalan nemu di search engine. Lha wong cuman artikel seadanya. Serius. Makanya kalo mau, dibookmark aja *ealah
Oke, sebagai awalan, saya yakin, diantara kalian yang memang rajin blogwalking pasti pernah menemukan link aktif di kolom komentar. Apa itu link aktif? Ya, ada komentar dengan link yang menuju website atau blog lain. Kayak gambar di bawah ini.
![]() |
Link aktif pada kolom komentar |
Komentar Ca Ya adalah komentar dengan sisipan link aktif menuju blog cahcilik4869. Kalo di klik, menuju blog tersebut. Makanya disebut link aktif (clickable).
Terus ada lagi yang namanya komentar dengan sisipan link yang tidak aktif atau ndak bisa diklik. Itu namanya link pasif. Seperti yang saya tunjukkan pada gambar di bawah ini.
![]() |
Link pasif pada kolom komentar |
Perbedaannya, link aktif akan dirayapi atau ditelusuri oleh bot/spider mesin pencari seperti Mbah Google. Sedangkan link tidak aktif atau pasif tidak bisa ditelusuri oleh bot dan spider tadi. Untuk poin ini, saya masih ragu. Tapi sejauh yang saya tahu, ya seperti ini.
Permasalahan di kolom komentar pun dimulai dari perbedaan dua jenis link ini. Terkadang, ada beberapa pemberi komentar yang boleh dibilang sedikit 'nakal' dan memberikan link aktif yang tidak bertanggung jawab.
Kenapa saya bilang tidak bertanggung jawab? Karena dia tidak mengurus tautan tersebut dan mengelola sepenuhnya. Alasannya banyak sekali. Bisa karena url tautan tersebut mati (dalam kasus ini seperti domain yang sudah expired). Atau link tautan tersebut tidak relevan dengan konten yang sedang dibahas oleh artikel yang dikomentari. Bisa juga penulisan link secara manual dan sedikit typo, sehingga akan menemukan halaman 404 page not found. Misalnya seperti itu.
Agar lebih mudah, saya contohkan ya. Mas Paijo membuat sebuah artikel dengan topik Sego Pecel misalnya. Nah, kemudian si Surti sedang blogwalking ke blog Mas Paijo tadi dan membaca artikel Sego Pecel. Sedangkan blog Surti itu nggak suka Sego Pecel, dia suka balapan. Otomotif banget lah pokoknya.
Karena Surti pengen punya banyak backlink ke blognya dia, maka, dia bikin komentar di blognya Mas Paijo seperti ini:
"Wah, artikelnya keren! Mantap gan! Kunjungan balik ya ke surtiotomotifgowesgowes.com"
Dengan disertai link aktif ke surtiotomotifgowesgowes.com tadi. Secara logika nih ya, blog kuliner milik Mas Paijo yang ngebahas Sego Pecel tadi ndak ada relevansinya sama sekali dengan blog milik Surti yang ngebahas otomotif.
Kalo dinalar nih, robot atau spider akan bingung melakukan indexing untuk konten yang berbeda namun memiliki keterkaitan. Lha mosok ya, kontennya nggak relevan kok bisa saling terkait. Kan bisa dianggap sebagai aktifitas yang tidak wajar. Spam!
Pada ujungnya, bisa saja menyakiti inang (blognya Mas Paijo) dan juga berakibat tidak baik pada blog yang berkomentar (milik Surti). Hal ini dikarenakan konten kedua blog tersebut tidak relevan. Sinyal buruk untuk kualitas konten kedua blog tersebut.
Ya walaupun secara default, link pada kolom komentar akan diset dengan tag no-follow. Jadi, hal ini akan mengurangi sinyal relevansi tautan atau link tersebut. Nah, apa itu tag no-follow pada sebuah link?
Nih, saya mengutip dari pramudito.com tentang link no-follow dan dofollow:
Link Dofollow sebaiknya diberikan kepada website yang menurut kamu bermanfaat dan tidak berbahaya. Karena Dofollow berarti merekondasikan Website tersebut kepada Googlebot.Sederhananya, tag no-follow itu sebagai pertanda untuk bot atau spider tadi agar tidak menelusuri link tersebut. Karena mungkin saja link yang dituju tidak memiliki konten yang begitu relevan. Hal ini untuk menghindari relevansi sinyal negatif dari bot atau spider. Mosok ya sego pecel mau dihubung-hubungin sama oli samping. Lak yo lucu ndes!
Komentar itu sangat tajam dan bisa berakibat baik dan buruk. Loh kok gitu? Jadi gini, adanya kolom komentar akan membuat halaman blog tersebut akan selalu update. Konten dari post di blog tersebut akan semakin bertambah dengan adanya komentar. Kenapa? Karena bot atau spider akan merayapi seluruh text, termasuk komentar.
Seperti artikel milik Mbak Susi tentang resep masakan ini ya. Pada kolom komentar, sudah seharusnya memiliki komentar yang relevan tentang masak-memasak. Bisa dilihat dari screenshot yang saya ambil langsung dari blog Mbak Susi.
![]() |
Yuk masak yuk! |
Relevansi beberapa komentar (hingga 9 komentar pertama) cukup baik karena tidak melenceng dari pembahasan tentang masakan. Ya, walaupun belum ada yang memiliki prominence atau tingkat kepentingan yang masuk dalam densitas yang diharapkan. Tapi ini sudah bagus kok.
Terus apakah komentar tersebut akan membuat konten situs tersebut menjadi lebih berisi? Jawabannya adalah, ya! Saya ambil original text dari isi post tersebut.
![]() |
Original text dari post milik Mbak Susi |
Nah, teks yang saya blok dengan warna biru tersebut adalah konten dari 9 komentar tadi. Scrapping teks yang dilakukan mulai dari angka tanggal hingga teks reply dan delete. Nah, jika memang kualitas komentar akan semakin baik, maka konten original text akan semakin rich dan relevan.
Bagus kan? Apalagi kalo komentar yang ada itu berbobot dan relevan banget dengan apa yang dibahas pada artikel utama. Maka, isi (secara keseluruhan) dari artikel tersebut akan semakin padat. Sebab, hasil dari komentar akan memperkaya konten yang lebih banyak lagi.
Kalo ndak percaya, coba kamu lakukan pencarian di Google misalnya dengan pencarian 'opini saya tentang kualitas helm'. Nah, di halaman pertama ada blog milik Wak Haji tmcblog.com yang menyertakan kolom komentar sebagai hasil kueri pencarian.
![]() |
Nah kan, komentar pun muncul di hasil pencarian |
Komentar nomor 25 padahal hanya menuliskan 'cuma opini saya saja', namun muncul di kueri pada hasil pencarian. Padahal di halaman tersebut, hasil pencarian kata kunci 'opini' hanya muncul satu kali saja. Bayangkan, satu kata kunci yang muncul dari kolom komentar akan sangat berarti. Paham, nggih?
Sedangkan pada deskripsi hasil penelusuran, keyword dari 'opini saya', 'helm' dan 'kualitas' juga muncul dari kolom komentar. Padahal, kalo orang mencari sesuatu melalui search engine biasanya akan menuliskan seperti yang ada di kolom komentar. Seperti permasalahan bahkan Q&A suatu produk. Jadi, memang komentar yang benar-benar relevan akan membuat blog tersebut menjadi lebih baik.
Sisi buruk dari adanya kolom komentar muncul ketika artikel tersebut punya banyak komentar yang sama sekali ndak relevan dengan konten yang ada. Kalo ndak percaya, cobain aja deh mengkomentari artikel dengan isi yang ndak relevan sama sekali. Kalo saya sendiri lebih suka untuk memoderasi komentar dalam jangka waktu 30 hari ke atas, setiap komentar akan dimoderasi.
Gunanya untuk mencegah spam atau menyeleksi komentar yang penting atau tidak untuk ditampilkan. Kalo memang ndak perlu, ya ndak usah ditampilin saja.
Memang sih, moderasi kolom komentar akan bikin ribet. Tapi kalo bisa menghindari komentar blog yang spammy kan akan lebih baik. Blognya juga bisa jadi lebih sehat.
Begitu juga dengan adanya link di kolom komentar. Kalo semisal yang memberikan komentar menyisipkan link dan bener-bener relevan, apalagi blog yang dituju punya reputasi yang lebih baik (ditandai dari berbagai macam metriks dan kualitas SERP miliknya), maka ini akan menguntungkan dua blog tadi. Sama-sama naik. Kalo nggak relevan, ya bisa jadi sama-sama turun.
Kalo saya, mau ngasih link di kolom komentar blog lain pun selalu lihat-lihat. Apakah link yang akan dipasang ini memang berguna apa nggak. Dan efeknya untuk blog yang saya komentari. Sebab, secara nggak langsung juga berimbas ke blog saya juga tho ya.
Jadi, saya lebih senang kalo ada kolom komentar yang menyertakan link, saya kosongin saja. Kalo pun mau dikasih link, ya saya isi dengan url Twitter. Toh jalan-jalan ke blog orang lain kan buat menjalin silaturahmi dan tali jodoh *eh?
Lagian, buat yang nyari-nyari backlink nih, udah ndak keren lagi loh. Iya sih, backlink bisa jadi sumber traffic untuk blog, tapi udah ndak jadi sinyal relevansi utama untuk menentukan ranking sebuah blog. Karena Google menganggap, jika link tetap dianggap dalam perhitungan kualitas suatu blog atau website, maka akan ada banyak sekali link spam. Wah, gimana tuh?
Mosok ya sudah bikin blog bagus-bagus. Kontennya juga bagus, keluar modal sana-sini dan ujung-ujungnya dianggap spam sama si Mbah Google. Ealah.
Terakhir, yang saya tahu ya, Google sekarang pake yang namanya Knowledge-based Trust (KBT). Nah, si KBT ini fungsinya adalah untuk mempermudah Google melakukan perhitungan ranking suatu situs, termasuk blog.
![]() |
Knowledge-based Trust via brightedge.com |
KBT akan membandingkan kualitas per situs. Yha! Langkah positif dari Google untuk membuat ranking kualitas dari suatu situs. Selain untuk menghindari konten yang copy paste dan spammy sites, Knowledge-Based Trust (KBT) akan memberikan peluang bagi situs yang secara metriks tidak populer namun memiliki konten yang berkualitas dan bisa dipertanggungjawabkan. Kan, bikin lega buat kita yang ndak jago-jago banget memanipulasi ranking.
Kesimpulan dari tulisan saya, buatlah komentar yang baik dan relevan. Content is king! Sudah, gitu aja. Ndak susah kan? Kalo ndak bisa bikin komentar yang bagus, silent reader adalah pilihan bijak. Silakan dipilih sendiri mau jadi yang mana. Toh saya juga ndak memaksa sampeyan, nggih?
Bukan komentar yang asal komentar dengan harapan biar dapet kunjungan balik, nggak gitu dong ya. Kalo memang mau dikunjungi balik, itu bonus. Toh, kalo kamu bisa ngasih komentar yang bagus, pemilik blog nggak segan-segan buat ngunjungin blog kamu kok. Kebiasaan berkomentar yang jelek-jelek gitu ndak bikin blog kamu bakalan lebih bagus. Ya, yang ada kualitas blog kamu ndak bakalan naik.
Terus untuk pemilik blog yang memang kebelet 'pengen' dikomentari, kejar kualitas konten. Kalo konten yang kita bikin bisa berkualitas, orang-orang juga nggak akan segan buat ngasih komentar yang berkualitas. Begitu kan? Ah, malah jadi chicken-egg problems kalo kayak gini. Hehehe...
Header image credit: pixabay.com