Archive for Jungjawa.com April 2016

"Dia mulai lapar"
Masih ingat nggak sih? Ada iklan lokal yang dengan epic banget ngomongin seseorang yang lagi lapar dan ngomel sampe bikin temen-temennya kesel. Nah, dari situlah jadi rame kalo ada yang ngomel-ngomel itu artinya dia lagi lapar. Bahkan kalo kita nggak fokus dengan suatu hal, kita dianggap 'mulai lapar'.

Ya karena orang lapar, cenderung emosinya nggak normal dan bawaan nya pengen ngomel. Salahin glukosa aja deh kalo ada yang lagi laper dan marah-marah. Karena kadar glukosanya yang turun, makanya dia butuh yang manis agar rasa marahnya berkurang.

Tapi, apakah selamanya kita harus kenyang sih? Padahal ada saat yang tepat bagi kita untuk nggak melupakan rasa lapar. Sayangnya, kalo udah kenyang, kita seringkali lupa dan terlena. Eh, ini bukan ngomongin lapar dan kenyang yang sebenernya loh ya. Tapi dalam arti kiasan. Gitu.

Baca juga: Apa Artinya Kenyamanan dan Kesempurnaan?

Salah satu nilai yang gue percaya ketika lapar adalah 'lack of access'. Ketika lapar, kita memiliki kekurangan akses untuk memuaskan rasa lapar yang ada. Kenyataannya, kita cenderung mencari cara untuk melewati barrier atau batasan yang menghalangi kita untuk menjadi kenyang.

Kenapa gue percaya dengan 'lack of access'?

Semasa kuliah, gue pernah bergabung dengan sebuah tim dan bekerja pada sebuah project untuk berkompetisi. Karena fasilitas laboratorium dari kampus yang terbatas, kami sadar dan enggan menuntut yang lainnya. Lebih baik kami fokus untuk bekerja dengan fasilitas yang udah ada. Nggak perlu manja karena dewasa adalah kematangan untuk mengendalikan ego.

Ya, tentu kami berusaha keras untuk mewujudkan project yang kami kerjain. Walaupun kami sebenarnya ya emang lapar banget. Lapar fasilitas dan pengen banget punya sarana dan prasarana yang memadai.

Akhirnya, dengan rasa lapar yang hebat. Project kami mampu bersaing untuk mengikuti kompetisi tersebut. Usaha yang membuahkan hasil ya dari rasa lapar tadi.

Lack of access

Kalo lapar, gue sering kurang fokus. Tapi rasa lapar ngasih tau bahwa ada banyak hal yang harusnya dilakukan dengan segera. Mengingatkan tentang project yang perlu dikerjakan.

Pengalaman rasa lapar dibanyak hal bisa kita manfaatin biar punya mindset yang bagus. Seorang pemburu tentu sudah mengalami banyak sekali kelaparan dalam hidupnya. Sehingga ia akan tahu, waktu dan tempat yang tepat untuk menemukan rusa buruannya.

bagusnya-lapar-biar-mikir
via www.picturequotes.com


Rasa lapar bisa kita asah untuk menjadi skill. Tentu dengan menjadikannya skill yang berguna dan dimanfaatkan untuk orang lain akan jauh lebih baik. Tim sepakbola misalnya, untuk mengikuti sebuah kompetisi, mereka pasti haus akan gelar dan lapar untuk menjadi juara. Itulah yang mendorong mereka untuk berjuang memperebutkan gelar juara.

Baca juga: Berhentilah Marah-marah, Mulailah Bersabar

Apalagi kalau kamu bekerja disebuah startup, mulailah rasa laparmu dengan mengerjakan project kecil sendiri. Membuat sebuah milestone seperti bagaimana akuisisi pengguna pertama, kemudian dilipatgandakan menjadi 100 pengguna, 10.000 pengguna dan seterusnya. Rasa lapar akan mendorong kita melebihi ekspektasi yang kita miliki.

Rasa lapar selalu kita hadapi mulai dari pagi sampai malam. Tapi jangan sampai lupa, ada banyak hal yang bisa kita pelajari dari kelaparan yang kita rasakan setiap hari. Tentu saja, rasa lapar nggak bisa kita selesaikan dengan ngetwit 'Duh, laper nih'

Kecuali ada gebetan yang nganterin sekotak martabak manis 5 menit kemudian. Hehehe.... :p
Apa itu Katanium


Waktu terasa begitu cepat sekali. Tak terasa kami membutuhkan waktu satu tahun untuk mengembangkan Katanium. And yeah! We're excited to show you about Katanium.

"Katanium is platform for blogger or author to find and share their story. User can share their inspiring story as well as getting inspired by the others."

Katanium berusaha untuk memenuhi kebutuhan blogger yang menginginkan publikasi. Siapa sih yang nggak mau kalo blog miliknya populer dan memiliki banyak pembaca? Biar nggak jadi a little space in blogsphere.

Baca juga: Designing Katanium: A Newbie Insight

Kami berusaha untuk membangkitkan gairah blogger untuk berkembang. Yap! Siapa sangka dengan semakin sering kita share ideas and story maka semakin banyak yang kita dapatkan. Discover more.

Di Katanium, kamu dapat mempromosikan tulisan terbaik darimu. Namun, tidak menutup kemungkinan untuk menuliskan ceritanya langsung melalui platform ini. Okay, let me introduce a little bit about Katanium:


What you see is what you get

Sejatinya, editor adalah jiwa dari sebuah post. Buat kamu yang familiar dengan editor milik Blogger maupun Wordpress, mungkin editor Katanium sedikit berbeda.

Editor Katanium


Kamu dapat menulis dan mengedit tulisan milikmu dan melihat hasilnya secara live tanpa perlu 'preview this post'. Editor yang ada di Katanium sudah menampilkan hasilnya ketika nanti dipublikasikan.

Sedikit tricky, untuk menampilkan menu formatting, kamu bisa melakukan block text yang ingin diedit. Voila! Pop-up menu editor akan muncul as simple as that.

Leaderboard

Katanium menghadirkan fitur leaderboard untuk melihat sejauh mana reputasi tulisan milik user tersebut. Fitur ini masih jauh dari sempurna dan kami terus berusaha untuk mengembangkannya.

Bagaimana jika dengan adanya fitur ini, blogger terus berlomba untuk meningkatkan kualitas post mereka? Yap!

Notifikasi

Kami bisa mengakses fitur notifikasi ini di dashboard milikmu. Termasuk melihat siapa yang menyukai tulisanmu dan komentar baru di setiap tulisan yang kamu bagaikan di Katanium.

notifikasi Katanium


What’s next?

Fitur Katanium masih sederhana dan kami masih memiliki banyak pekerjaan tentang berbagai fitur baru. Follow us on Twitter to get the latest previews of what we’re working on.

Kalo kamu emang ingin sekali menggunakan Katanium dan mengklaim username milik mu, just quick sign up right here and easy steps to unlock your account.

Oh iya, terakhir, kalo ada kritik dan saran, bisa langsung mengirimkan email ke hello@katanium.com or share your questions in the comments section below!
Jihad Dzikri Waspada is co-founder of Katanium. This article was originally published on author Medium post with permission.


apa-itu-katanium


I’m Jihad, currently working on Katanium as web developer, single-handedly, at the moment. I’m not the type of man who can do all alone, neither am I possessing an overwhelming knowledge in both backend and frontend technologies, just an adequate armed developer, but at least I know some ES6 implementations, a few on PHP stuff, and a little MySQL design capabilites. Plus, I haven’t worked on a professional contract for any company, except one, as a freelancer, for a two-months agreement. Great.

Well, being in encouragement to build a product, I decided to join the team as they were looking for a decent web developer. Katanium is a community driven website, focusing on bloggers to share their ideas and stories in order for them to give inspiration as well as getting inspired by the others. This product should fulfill some requirement including SEO friendliness (help promoting the bloggers), a good text editor, and some interactive little widgets. Let’s divide those reqs into pages:

  • SEO — blog post and user profile page
  • Good text editor — dashboard thingy (plus account settings, etc)
  • Little widgets — any page (like home, search page, etc)

It seems to me that only the pages in point 1 that require an appropriate attention in making them SEO friendly. We can leave the other pages suck at SEO, but we can still maximize the user experience with a delighting good interaction.
So I believe that choosing AngularJS (or Ember) is not a good option since it’s bad when it comes to SEO, and (I’m afraid) too overkill for such an interactive page. Besides, I don’t like it’s messy structure, it will just make the development proccess slower given their counter-intuitive APIs. Backbone? Too much boilerplate and a lil bit confusing to a newbie like me. My decision goes with Vue for its minimal configuration, intuituve APIs, web component concept, and obviously the small file size. Vue can be used both for SPA (point 2) and web widgets (point 3).

Baca juga: Jihad Waspada, Sharing Pengalaman Ngoding Selama Lima Tahun

Oh wait, there’s React. It is absolutely good for SPA (point 2), maintaining SEO (point 1, you can use React on the server). But i can’t guarantee point 3. And yeah, the classic startup problem, subscription cost of a VPN provider which generally is more expensive than shared hostings.

Talking about the backend, I decided to structure the tech as slim as possible, that’s the reason I’m using Slim Framework 3 to simply pass JSON data from the server to the browser (Vue instances). This ensures the product to be fast and interactive like we’re dreaming. But the problem with Slim 3 is it’s too slim that we have to configure the app organization manually, including folder structure, choosing DB adapter, working with cookies, and many many more. Yet, this problem can be a good solution for those who love designing the app all alone, like me. For instance, I can plug and unplug a DB adapter if I’m uncomfortable working with it. Unlike other frameworks, you cannot change Fluent/Eloquent when using Laravel or so-called Active Record when using CI.

To name a few, here’s some other examples on how I’m making Slim 3 as a “library” of libraries:


Down to date, I’m pretty happy with my technology stack. As a newbie in web development, I’m yet to find any other technology that matches the easiness and performant as Vue, as well as the independence that Slim offers. Has anybody got a different insight, feel free to comment below :)

Happy coding!


Jihad Dzikri Waspada is co-founder of Katanium. This article was originally published on author Medium post with permission.

Good Ideas. Great Stories.

Feel free if you want to send an email to me and ask anything, or just to say hello!

hello@jungjawa.com

Copyright © jungjawa 2022