Archive for Jungjawa.com Desember 2016


Sekilas, judul di atas bisa dibaca seperti ini:

Kalah Tak Menyerah, Menang Tak Jungjawa

Oke, tidak ada hubungan yang pasti antara judul dan kalimat pertama tulisan ini. Saya hanya ingin membahas sebuah topik yang cukup singkat. Padat dan jelas. Kompetisi.

Ya, sebuah kata yang bermakna sangat luas. Bahkan dalam kehidupan pun kita sudah ditakdirkan untul berkompetisi sejak dalam bentuk yang paling lucu, sperma.

Berlomba menjadi pemenang sejak dalam rahim. Mencoba mengalahkan pesaing lainnya untuk menjadi yang nomer satu untuk melakukan pembuahan. Beruntung bagi yang memiliki dua pemenang alias menjadi si kembar.

Sejak lahir ke dunia, kita sudah terbiasa untuk berkompetisi. Entah skala nasional maupun interlokal. Eh?

Sampai-sampai, segala film hadir dalam bentuk permainan yang menghadirkan kompetisi. Contohnya The Hunger Games.

Saya melihat ada dua hal dalam sebuah kompetisi. Pertama, pihak pemenang yang memiliki kapabilitas maupun kompetensi yang lebih daripada kompetitor. Mereka mungkin saja memiliki bakat untuk terlahir sebagai pemenang atau berambisi cukup kuat dan melibas lawan-lawannya dengan ciamik.

Kedua, pihak yang kalah karena keberuntungan, dicurangi maupun memang mereka sendiri yang hadir dan tidak mampu mengarungi kompetisi. Memilih untuk menyerah pada keadaan yang nyatanya masih bisa diubah sebelum terlambat. Ya, sebelum mereka menyadari kekalahan tersebut.

Jangan salahkan Manchester United yang terpuruk di era Van Gaal. Terlebih skeptis dengan performa Indonesia yang telah berjuang melawan Thailand di final piala AFF 2016. Pun jangan remehkan Maverick Vinales yang bergabung dengan tim Movistar Yamaha MotoGP di gelaran MotoGP 2017. Play on! Semuanya masih bisa dilakukan.

Semuanya akan terus berlangsung. Kompetisi tak akan pernah berakhir. Musim baru pun akan terus bergulir. Mengapa? Karena manusia terlahir untuk bersaing dan berkompetisi.

Kalah bukanlah alasan untuk menyerah dan terpuruk. Jika gagal? Ingat, masih ada kompetisi lain yang bisa diikuti dan mencoba untuk gagal lagi. Terbiasa gagal bukanlah perkara mudah. Tengok saja fans Arsenal, mereka sudah menang sejak dalam pikiran dan terpaan meme dan sindiran sarkas untuk The Gunners.

Kekalahan bukanlah pil pahit yang harus ditelan terus menerus. Ya, walaupun Lionel Messi harus konsisten menelan itu semua hingga saat ini. Gagal di final Piala Dunia 2014 dan Copa America 2016 yang telah lalu. Cukup tragis hingga ia menyatakan untuk pensiun secepatnya. Teleq pitiq!

Kekalahan bukanlah momok yang menakutkan. Sudah sewajarnya tidak menyerah akan kekalahan yang didapatkan. Boleh jadi kita kalah. Tapi kita tetap menang untuk berjuang. Termasuk berjuang menghadapi sidang tugas akhir. Hidup mahasiswa!

Kalau menyerah karena kalah, mesakke rahim si mbok mu yang sudah memenangkan dirimu sejak dalam bentuk sperma. Kompetisi atau perlombaan jangan dijadikan momok yang menakutkan. Anggap saja itu adalah cambuk yang cukup keras.

Mereka yang berhasil menjadi pemenang tak lantas membanggakan diri, sebab lengah sedikit saja, musuh bisa melibas mereka di gelaran kompetisi berikutnya.

Hidup adalah kompetisi. Kalah bukanlah alasan untuk menyerah. Kemenangan pun menjadi terlalu sombong jika dijadikan dasar untuk jemawa.

Header image credit: Sasin Tipchai on Pixabay


Meraup penghasilan dari blogging memang menyenangkan. Bagaimana tidak? Cukup ongkang-ongkang kaki sembari menyeruput secangkir latte di cafe terdekat tentu dapat menyalurkan hobi menongkrong dan berfoya-foya. Siapa yang tak suka?

Penghasilan dari blogging memang menggiurkan. Salah satunya melalui Google Adsense. Sebuah program iklan dari Google yang dapat digunakan oleh webmaster untuk melakukan monetisasi situs atau blog yang dikelola.

Google Adsense secara sederhana melibatkan tiga pihak. Google sebagai penyedia platform, Advertiser sebagai pemilik iklan dan Publisher sebagai tempat untuk beriklan. Blog atau situs yang dimonetisasi masuk ke dalam Publisher. Sedangkan Advertiser adalah pihak yang 'pengin' usahanya diiklankan melalui Google dan Publisher yang tentu saja sudah buanyak sekali jumlahnya.


Lantas, dimanakah nurani yang hilang?

Saya memberikan tanda kutip pada kata pengin di atas.

Begini, pihak Advertiser tentu ingin sekali iklan mereka 100% berhasil. Ya namanya juga orang usaha, biar bikin usahanya makin tokcer ya ngiklan dimana-mana tho ya? Biar banyak orang yang tau.

Namun, ada perangai nakal yang menyayat hati dan nurani. Jika boleh dibilang, hanya perkara perut yang lapar dan nafsu hewani yang tak terkendali. Mengapa saya berkata demikian? Ya, faktanya seperti itu.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa Adsense bisa diakali. Dimanipulasi, dicurangi bahkan digandakan penghasilannya seperti yang dilakukan Kanjeng Dimas Taat Pribadi.

Pencapaian materi yang memaksa kita untuk membujuk nurani agar tak menasehati. Adsense yang diakali dan dimanipulasi bisa dilakukan dengan berbagai macam cara. Menggunakan script atau trick tertentu selama tidak 'melanggar' guideline dari Google Adsense adalah hal yang lumrah.

Berusaha untuk meraup dollar sebanyak-banyaknya dari Adsense adalah perkara wajib hukumnya. Kalo bisa, teplok di jidat, click for ads. Peduli setan. Sikat semua!

Dipojok sana, nurani kecil sedang berbisik lirih. Ingin sekali ia menasehati pihak Publisher yang sedang membohongi Advertiser. Mengapa demikian?

Advertiser tentu ingin sekali iklan yang ia serahkan kepada Google (dan Publisher tentunya) dapat dilihat oleh banyak orang. Bukan dilihat oleh script dan trik abal-abal. Mereka ingin usaha yang dijalankan mendapatkan awareness. Kalo bisa ya tentu saja untuk menaikkan penjualan barang atau jasa yang ditawarkan.

Seolah-olah Publisher sedang memanfaatkan Advertiser karena kebodohannya. Lebih halus lagi, mungkin karena ketidaktahuan pihak Advertiser.

"Salah sendiri ngiklan pake Adsense"
"Ya, emang dari dulu gitu toh?"
"Suka-suka gue lah. Akun gue kok!"

Fraud klik atau manipulasi jumlah klik memang lumrah terjadi dan Google sebagai pihak yang menyelenggarakan iklan tentu tidak senang akan hal ini. Oleh karena itu, Google melarang keras setiap tindakan yang mengindikasikan adanya fraud klik.

Namun tetap saja, ada seribu jalan menuju Roma. Ada banyak trik yang masih bisa dipakai untuk mendapatkan receh yang tentu jumlahnya harus bertambah setiap harinya. Persoalan perut, persoalan dunia, persoalan apapun yang selalu menjadi sebuah persoalan.

Bukan mempermasalahkan semuanya yang berbau iklan. Saya yakin, masih banyak orang di luar sana yang menggunakan slot iklan dan monetisasi berbasis klik dan impresi dengan jujur. Namun, saya ragu, apakah mereka benar-benar jujur atau karena tidak tau cara untuk memanipulasinya.

Opsi untuk tidak tahu sama sekali mungkin akan menjadi pilihan bijak. Lha daripada menjadi script kiddies yang membuat muak pengunjung (atau pembaca) dan tentu saja secara tidak langsung 'mencuri' apa yang harus dibayar oleh pihak advertiser.

Kalau sudah begini, nurani yang murung akan menjadi sebuah masalah. Barangkali ia sudah bosan dan pergi meninggalkan Sang Publisher. Ya, nurani yang pergi. Nurani yang hilang.


Header image credit: Tama66 on pixabay.com

Good Ideas. Great Stories.

Feel free if you want to send an email to me and ask anything, or just to say hello!

hello@jungjawa.com

Copyright © jungjawa 2022