Kalo Semua Orang Jadi Entrepreneur, Siapa yang Jadi Pegawai? Atau Sebaliknya?
Read this: Cukup baca tulisan ini pelan-pelan. Jangan buru-buru tersinggung. Ini negara demokrasi jadi gak usah diambil hati. Udah sama-sama dewasa. Okay? Gitu aja.
...
Mungkin lo udah sering banget denger istilah entrepreneurship atau entrepreneur ala-ala wirausaha lainnya. Apalagi lo sebagai anak muda tentu pengen banget jadi orang sukses secepat mungkin dan semuda mungkin. Kalo bisa sukses besok ya ngapain musti ditunda. Gitu, kan?
“Kalau bisa sukses muda, kenapa harus nunggu tua.” - Billy BoenApalagi kalo iming-imingnya adalah sukses menjadi wirausahawan muda. Anak muda mana yang nggak mau? Bikin ini itu dan kontribusi ini itu. Seenggaknya punya karya dulu. It’s that all, right?
Terlepas dari banyaknya anak muda yang ingin jadi pengusaha, masih ada nggak sih yang pengen jadi pegawai perusahaan terus sukses bersama perusahaan tersebut? Ya, mungkin beberapa dari lo punya mimpi besar buat sukses menjadi pengusaha. Silakan. Cuman, sukses menjadi seorang pegawai apakah salah? Tunggu dulu.
Kalo semisal gue menjadi pegawai, apakah menurunkan kasta gue? Oke, mungkin jawaban lo, kalo jadi pengusaha lebih enak. Kerja bisa seenak jidat dan punya kekuasaan penuh atas usaha yang dijalanin. Oke, itu menurut lo. Kenyataannya?
Sebagai pengusaha, lo juga dituntut untuk bisa menciptakan lapangan pekerjaan buat mereka yang membutuhkan. Syukur deh kalo emang kek gitu keinginan lo untuk jadi pengusaha. Gue acungi jempol.
Tapi, kalo semisal lo jadi pengusaha dengan alasan biar nggak jadi orang lain dan budak-budak perusahaan atau tempat kerja, itu salah besar. Lagian, entrepreneur kan nggak bisa seenak jidat gitu aja ongkang-ongkang kaki sembari foya-foya.
Jadi pengusaha itu bebas stress?
Bahkan, menurut gue perjuangan dan tanggungjawab seorang entrepreneur itu gede. Selain ngurusin kerjaan, mereka juga ngurusin orang lain yang masuk responsibility perusahaan mereka. I have sorry to say, perjuangannya bisa lebih berat dari mereka yang sibuk berbaris di antrian jobseeker.Post ini emang kontra banget sama gembar-gembor entrepreneur. Ya, against all rule kalo entrepreneur itu bagus. Tapi, gue cuman mau ngasih tau buat lo yang mau jadi entrepreneur, techpreneur, sociopreneur atau apalah-preneur (you named it), bahwa semua itu gak gampang. Butuh mental yang bener-bener keras. Gak cuman mental aja, fisik juga.
Pokoknya gini, jadi entrepreneur atau jadi pegawai itu tetep sama baiknya kok. Gak usah saling membanggakan diri, toh ujung-ujungnya malah saling membutuhkan. CEO bukan berarti seenak jidat dan staff bisa makan gaji buta, nggak, nggak gitu.
Baca juga: Art vs Design
CEO juga punya target yang jadi tanggungjawab dia. Terus, target tersebut dari mana? Ya dari pasar. Ujung-ujungnya kalo pengusaha ya bergantung sama pasar juga, bukan berarti dia di atas terus, kan?
Pengusaha dan karyawan yang dalam satu perusahaan, pasti punya visi. Dan saat nya menuju visi itu bareng-bareng. Bukan menjatuhkan dengan saling merendahkan.
Pengusaha dan karyawan yang dalam satu perusahaan, pasti punya visi. Dan saat nya menuju visi itu bareng-bareng. Bukan menjatuhkan dengan saling merendahkan.
“Semakin tinggi pohon, maka akan semakin kencang angin menerpanya”Apa memang anak muda zaman sekarang belum berpikir dewasa, ya? Maunya serba instan, hilang tanggung jawab dan belum tahu diri. Jangan cuma mau gaji tinggi dan gak mau kerja dan ngurus banyak hal.
Ingat lagi, gaji tinggi itu kompensasi atas tanggung jawab besar yang perusahaan tanggung ke lo. Kalau lo belum bisa ningkatin etos kerja lo sekarang, berarti lo belum siap bermental gaji tinggi. Dengan kata lain, lo harus siap dengan tanggungjawab yang gede buat jadi pengusaha.
Belum lagi yang menjadikan passion sebagai alasan buat ngomong "Jadi karyawan nggak sesuai sama passion gue". Ah elah, mau jadiin passion buat kerja coba pikir dulu deh. Kalo ujung-ujungnya nyesel, siapa yang repot? Ya elo sih, gue nggak.
Gak usah deh terkekang harus jadi pengusaha atau karyawan. Nggak bisa dipilih kok. Pilihlah yang emang sesuai dengan kriteria diri lo. Jangan dipaksain terlihat keren atau sekadar ngikutin trend. Apalagi buat coba-coba.
Masa depan kok dipake buat coba-coba. *garuk-garuk kepala*
Wah, keren pemikirannya. I love you, Jung.
BalasHapusMe too :p
HapusJadi pengusaha itu nggak mudah. Selain harus menciptakan lapangan pekerjaan, dia juga harus berpikir untuk menggerakkan usahanya. dari mana modalnya, bagaimana cara memutarkan uang agar karyawan bisa digaji, menjalin mitra, meyakinkan tiap orang atas usahanya.
BalasHapusSelama kita belum mampu sampai sana, aku rasa menjadi karyawan adalah pilihan yang tepat. :-D :-D
Mantap mas!
Hapusiya, kalau semuanya disarankan/diajak/disuruh untuk jadi pengusaha, yang jadi petaninya siapa? yang bagian nanem padi, sayuran. Yang nyari ikan di dilaut siapa? :D. Kadang sering ngerasa agak gak nyaman juga sama orang yang memang dia udah jadi pengusaha sukses kemudian 'ngajak' orang lain untuk jadi pengusaha juga, di mana menurut dia setelah jadi pengusaha, gak perlu susah-susah ngatur waktu biar bisa bersama keluarga. Padahalkan dia juga punya pegawai diusahanya, yang jam kerjanya berangkat pagi pulang sore, bantu kelancaran usahanya.
BalasHapusSebenernya sama juga kayak orang yang selalu nganggep remeh kepengenan orang yang pengen jadi PNS. Lah ya biarin aja sih kalau menurut saya, asal memang memiliki kemampuan, dan bisa memberikan kontribusi yang baik. :D. Duh maap, komennya panjang ^^v
Klo menurut isi buku Manusia Indonesia: Sebuah Pertanggungjawaban karya Mochtar Lubis, salah satu sifat orang Indonesia itu adalah berjiwa feodal. Dengan arti lain, senang menjadi "atasan"....
BalasHapusIni yang namanya paradoks, banyak yang nyinyir sama pegawai, padahal tanpa pegawai juga ribet toh. Hehe, semua tergantung sudut pandang.
BalasHapus"Gak usah saling membanggakan diri, toh ujung-ujungnya malah saling membutuhkan. "
Yes! Aing sependapat sama ini, yang penting, lakukan yang terbaik yang sedang kita jalani.
gak semua orang punya bakat dan mental sebagai pengusaha, yang mencoba jadi pengusaha dan akhirnya balik ke pekerja juga banyak. tergantung aja goalnya ngapain :D
BalasHapusgua sih pengen jadi pekerja sambil pengusaha wk wk wk wk wk
Nah iya. Dulu aku sempet tuh ikut MLM yg terkesan nyinyirin pegawai. Tapi balik lagi kok jahat banget ini bibir. Hahah :D
BalasHapusDan akhirnya untuk saat ini memutuskan jadi pegawai aja. Sambil ngumpulin tabungan buat bikin usaha :3
Kerja sesuai dengqn hoby kita akan lebih enak ngejalaninnya dari pada harus memaksakan untuk jadi ini itu. Sangat menginspirasi dan memotivasi mas jung
BalasHapusBener, Jung.
BalasHapusAku pernah bener-bener jadi karyawan walaupun cuma sebulan lebih dikit. Sama2 ada enaknya dan enggak enaknya.
Sama aja kok, gausah dibanding-bandingin sebenernya
HapusYang jelas sih, mau lo jadi karyawan atau preneur-preneur-an, semuanya butuh usaha. Nggak ada yang gampang.
BalasHapusJadi mikir nih, orang kita masih reward-oriented gitu. Bekerja kalau ada imbalannya. Beda sama orang Jepang yang kerja, ya untuk bekerja. Hasil itu cuma bonus. Hmmm
Mungkin lebih disesuaiin sama karakter orang dan tujuannya kali ya? Kalo yang paling enak mah jadi istri pengusaha. *eh gimana
BalasHapusAdi pengen jadi istri pengusaha.
HapusTernyata Adi cewek*
Emang banyak sih yg gembor-gembor pengen jadi pengusaha muda yg sukses, mungkin juga udah tekadnya. Tapi, kadang ada aja yg gak mikir mateng-mateng, belum punya skill mumpuni udah maju duluan. Mungkin dia punya moto hidup "bersusah-susah dahulu miskin kemudian". Eh, "bersenang-senang kemudian" maksudnya.
BalasHapusEntrepeneurship bagus sih, karena mengajarkan inovasi dan kreativitas. Tapi bener juga, kalau semua-muanya jadi wirausaha, siapa yang jadi pegawai? Merintis usaha sendiri juga nggak mudah. Nggak ujug-ujug berhasil dan punya karyawan, apalagi merintis dengan modal pas-pasan.
BalasHapusNama CEO emang keren, tapi ya kudu kuat kalau definisinya masih Chief.Everything.Officer. Hehee~
Sekali lagi, tulisan yang bagus masjung!